Bisnis.com, JAKARTA – Tergerusnya bisnis Industry, Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions atau MICE mendorong para pelaku usaha untuk berkolaborasi supaya bisa bertahan hidup.
Panca R Sarungu, Co-founder Indonesia International Mice Expo nengatakan, dalam masa krisis ini para pelaku usaha MICE tidak bisa berjalan sendiri tanpa melakukan adaptasi.
Keramaian sebagai ciri kesuksesan pameran dan MICE selama masa normal baru harus melalui proses penyesuaian yang akan membebani biaya operasional. Sebagai contoh saja, kapasitas pameran paling banyak hanya 35 persen.
Meski demikian, pilihan adaptasi ini tak terhindarkan dibandingkan pebisnis harus berdiam dan membatalkan semua proyek.
Mengingat fase normal baru akan melalui banyak kondisi trial and error, diperlukan kerjasama untuk menghadirkan acara sehingga para pelaku usaha bisa melakukan kolaborasi bersama perusahaan besar.
"Sehingga exhibition ini akan digelar secara virtual, guna membantu industri MICE di Indonesia kembali pulih dari pandemi ini," ujar Panca, Kamis (15/10/2020).
Kolaborasi ini bisa dilihat dalam pelaksanaan 2nd Indonesia International Mice Expo yang sedianya tetap digelar pada 1-3 Desember 2020. Keputusan ini pun menjawab keresahan para pelaku industri pariwisata dan MICE masa pandemi ini.
Pameran virtual ini akan berbasis B2B dengan online trade show, dan merupakan model pertama yang dilakukan di Indonesia.
2nd Indonesia International Mice Expo digawangi oleh 3 pelaku usaha di industri MICE yang terdiri dari AlcorMICE sebagai perusahaan yang membawahi beberapa unit usaha, salah satunya di bidang venue.
Selanjutnya, RajaMICE yang merupakan perusahaan di bidang professional conference organizer, dan TripEvent sebagai perusahaan yang mengelola trip and event management company.
Christovel, CEO TripEvent menambahkan dengan format acara 2nd Indonesia International Mice Expo yang berbasis online trade ini, maka para peserta akan dipertemukan satu sama lain dengan sistem meeting one on one secara online.
Peserta lalu akan melakukan bisnis meeting dan diskusi kasus, dan melakukan penawaran, melalui platform online. Hal ini bertujuan untuk melakukan kesepakatan khususnya antar sesama pelaku usaha.
"Dengan begitu setiap pelaku usaha dan industri dibidang MICE tetap memiliki pandangan positif meskipun kondisi sekarang sedang tidak bersahabat," ujarnya.
Bisnis mencatat sejumlah pelaku usaha memang sudah mengeluhkan sulitnya adaptasi terhadap normal baru. Meski begitu segala upaya tetap dilakukan melalui adaptasi di dunia digital.
Misalnya saja, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI) Hosea Andreas Runkat mengatakan akibat pandemi Covid-19, semua acara dan proyek terunda atau dibatalkan. Kerugian besar dialami oleh semua perusahaan MICE.
“Jadi mau tak mau ada penyesuaian kapasitas pengunjung per jam. Artinya, kita perlu menambah jam operasional pameran dan hari pameran, tanpa perlu mengurangi target pengunjung,” ungkapnya.
Salah satu syarat protokol kesehatan selain penyediaan fasilitas kesehatan juga adalah kewajiban pengunjung untuk mau mendaftar secara online sebelum masuk pameran. Dengan demikian, registrasi masuk ke pameran secara langsung akan ditiadakan.
Pendaftaran secara online ini penting menurut Andreas guna mengendalikan jumlah pengunjung, serta mendata dengan lengkap semua orang yang pernah masuk ke pameran.
Tak hanya pembatasan pengunjung, jumlah tenant dan petugas tenant pameran akan dibatasi untuk bisa memberikan ruang yang lebih bebas dan berjarak antar tenant.
Okupansi tenant pun mau tak mau tak bisa sama seperti pameran sebelumnya. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan memberi jadwal tiap tenant.
Selain itu, pameran juga bisa dialihkan secara virtual bagi pengunjung yang tidak memiliki kepentingan khusus.
“Kalau cara begini memang high cost dan less profit. Namun di sisi lain positifnya, ini jadi lebih efektif. Karena orang yang mau datang ke pameran sudah pasti orang yang punya kepentingan untuk mencari dan membeli sesuatu bukan sekadar jalan-jalan,” tutur Andreas.
2nd Indonesia International Mice Expo ini akan digelar secara online dan offline sesuai dengan protokol terbaru serta diikuti oleh pembeli dari korporasi dalam dan luar negeri.
Sebaliknya, untuk penjual akan diikuti oleh hotel, venue mice, tempat wisata, maskapai penerbangan, perusahaan teknologi, dan juga pelaku pariwisata yang akan menjual produknya.
Adapun 2nd Indonesia International Mice Expo juga didukung oleh sejumlah asosiasi pariwisata di Indonesia diantaranya Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia , Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Masyarakat Sadar Wisata (MASATA), dan Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA).