Bisnis.com, JAKARTA – Kecelakaan truk oleng, terguling, dan kehilangan kendali masih kerap terjadi. Berdasarkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), 80 persen kecelakaan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan niaga terjadi seketika saat ban kempes atau pecah.
Insiden ini dipicu berbagai hal, antara lain kondisi muatan berlebih di luar kemampuan kendaraan dan gaya mengemudi yang kurang baik. Namun sebenarnya, penting mengetahui apa yang membuat ban bereaksi dengan kondisi tersebut, yaitu dengan memahami cara kerja tekanan angin pada ban.
Ban dapat mengalami kerusakan hingga pecah jika digunakan dengan tekanan angin yang tidak sesuai dengan muatan beban dan kecepatan mengemudi.
National Sales Manager Hankook Tire Sales Indonesia Ahmad Juwen mengatakan untuk menjaga keselamatan dalam berkendara maka pengendara kendaraan, khususnya kendaraan niaga dianjurkan untuk memperhatikan dan memeriksa tekanan angin pada ban secara berkala.
“Pemeliharaan tekanan angin sangat berpengaruh terhadap kinerja ban, kestabilan mengemudi, kemampuan pengereman yang lebih baik, bahkan penggunaan bahan bakar yang lebih hemat,” ujarnya, dalam keterangan pers, Rabu (21/10/2020).
Untuk itu, Ahmad membagikan tiga cara untuk menjaga tekanan angin atau inflasi ban agar menghasilkan kinerja yang optimal.
Pertama, sesuaikan tekanan angin dengan berat muatan (beban) yang diangkut. Pengemudi truk maupun manajer armada harus memastikan bahwa tekanan angin sudah sesuai dengan beban yang diangkutnya. Usahakan untuk tidak memberikan tekanan angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Ban dengan tekanan angin terlalu tinggi dapat menyebabkan aus di bagian tengah, serta membuat ban lebih mengembang secara tidak wajar sehingga mudah pecah jika terkena benturan. Daya cengkram ban juga akan berkurang dan membuat kendaraan terasa melayang saat laju kendaraan tinggi di jalan tol.
“Kondisi ini yang membuat truk sulit dikendalikan dan berpotensi pada kecelakaan,” tuturnya.
Selanjutnya, ban yang diisi dengan tekanan rendah juga akan menyebabkan keausan pada bagian sisi ban (shoulder). Ban dengan tekanan angin rendah dapat mengalami kerusakan separation (lapisan ban terlepas).
Tekanan angin yang rendah membuat laju kendaraan semakin berat, sehingga membuat mesin bekerja lebih keras dan menurunkan efisiensi bahan bakar.
“Pengemudi kerap kali menyepelekan tekanan angin pada ban, padahal nyawa ban sendiri terletak dari tekanan angin yang ideal. Secara umum, jika beban muatan lebih besar dari standar, maka, tekanan angin harus ditambah dan kecepatan harus dikurangi,” jelasnya.
Kedua, usahakan untuk memeriksa tekanan angin setiap 2 minggu sekali atau setiap akan melakukan perjalanan. Sebaiknya pengecekan tekanan angin dilakukan saat suhu ban sedang dingin karena saat suhu panas, tekanan angin sedang meningkat sehingga pembacaan tekanan angin menjadi tidak akurat. Selain itu, alat ukur tekanan angin (pressure gauge) perlu diperhatikan keakuratannya dengan melakukan kalibrasi secara berkala.
Ketiga, perhatikan kondisi telapak dan dinding samping ban. Jika ditemukan batu-batu atau benda tajam yang menyelip di antara telapak ban agar segera dilepas untuk menghindari kerusakan atau kebocoran ban. Jika ada luka pada telapak ban karena paku atau benda tajam lainnya, segera lepas ban dan perbaiki untuk menghindari kerusakan yang lebih serius.
Sementara itu, President Director Hankook Tire Sales Indonesia Yoonsoo Shin mengatakan pasar ban kendaraan niaga di Indonesia masih sangat potensial untuk digarap. Pasalnya, moda angkutan barang di Indonesia masih didominasi oleh arus darat, seperti mobil, truk, dan bus.
Ini karena tarif angkutan darat relatif terjangkau serta dapat memungkinkan pengusaha mengangkut barang dalam jumlah banyak. Apalagi konektivitas antar wilayah semakin meningkat dengan banyak pembangunan tol dan ruas jalan baru.
“Untuk itu kami terus memperkuat penjualan pada segmen ini, melalui inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan fleet customer serta perluasan jaringan distribusi,” ujarnya.