Bisnis.com, JAKARTA – Gaya hidup berkelanjutan atau sustainable lifestyle diharapkan bisa menjadi tren untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang hal ini diungkapkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman.
Hal ini diungkapkan melalui webinar Festival Iklim 2020 pada 22 Oktober 2020. Melalui kegiatan yang sama, musisi dan juga aktris Eva Celia yang tengah menerapkan gaya hidup berkelanjutan mengajak kita untuk menjadi konsumen yang bertanggung jawab.
"Kita berpikir selama ini sumber daya alam itu tidak terbatas kenyataannya tidak. Ternyata sebenarnya membutuhkan lima bumi untuk menopang kehidupan delapan miliar penduduk bumi saat ini," ungkap Eva.
Gaya hidup ini menurut Eva bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti tidak menggunakan sampah plastik sekali pakai, mengonsumsi makanan produk lokal, menggunakan transportasi publik, dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Senada dengan itu Komunikator Iklim Lia Zakiyyah pada Selasa (27/10/2020) melalui siaran langsung Instagram Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan setiap individu bisa menjadi agen perubahan dimulai dari tindakan-tindakan kecil dan perubahan itu dimulai dari saat ini.
Siaran langsung ini membahas mengenai krisis iklim yang kemudian mengajak masyarakat untuk peduli terhadap perubahan iklim. Karena perubahan iklim itu sudah mulai terjadi dan mulai dirasakan dampak buruknya.
Menurutnya saat ini penting untuk mencari tahu apa itu perubahan iklim yang saat ini dikenal dengan istilah krisis iklim. Lalu juga mau untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan termasuk didalamnya meminimalisir penggunaan karbon. Poin lainnya yaitu mampu yang nantinya didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang memadai.
Perubahan-perubahan ini pun sudah mulai tampak dari berbagai lapisan. Misalnya kebiasaan baru bersepeda, atau tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai, produk-produk kebutuhan sehari-hari mulai menggunakan bahan ramah lingkungan dan sebagainya.
Kesadaran-kesadaran ini mulai tumbuh baik itu di pemerintahan, perusahaan, organisasi, dan bahkan masyarakat.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Change.org dan Yayasan Indonesia Cerah yang dilakukan selama dua bulan, akhir Juli hingga awal September 2020, menunjukkan 19 dari 20 responden berpendapat krisis iklim terjadi karena ulah manusia.
Survei ini kemudian mempertanyakan solusi untuk meminimalisir krisis iklim dan responden menjawab 28 persen memilih untuk menghentikan penebangan dan pembakaran hutan dan lahan. Solusi dengan persentasi 26 persen yaitu mengakhiri ketergantungan energi fosil dan mulai dengan energi baru terbarukan.
Selanjutnya 19 persen responden menjawab dengan memulai perilaku hidup ramah lingkungan. Pilihan lainnya adalah mengelola limbah dan polusi industri sebanyak 10 persen.
Kemudian 17 persen lainnya yaitu memperbanyak menggunakan transportasi publik dibandingkan dengan kendaraan pribadi, mengelola sampah rumah tangga, dan juga hemat energi.