Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengimbau agar tidak ada pengurangan dosis dalam pemberian vaksin virus corona (Covid-19). Begitu pula dengan interval waktu antara dosis pertama dan berikutnya.
Dalam pernyataan resminya, FDA mengatakan perubahan pada dosis atau jadwal dari vaksin terlalu dini dan tidak berakar kuat pada bukti yang tersedia. Tanpa data yang sesuai dan mendukung perubahan dalam pemberian vaksin tersebut, dikhawatirkan menimbulkan risiko dan merusak upaya vaksinasi untuk melindungi populasi dari Covid-19.
Komisioner FDA Stephen M. Hahn mengatakan data yang tersedia hanya mendukung penggunaan dua dosis dari setiap vaksin resmi pada interval tertentu.
"Untuk vaksin Pfizer-BioNTech, interval antara dosis pertama dan kedua adalah 21 hari. Sedangkan untuk vaksin Moderna, interval antara dosis pertama dan kedua adalah 28 hari," ujarnya dikutip dari laman resmi FDA, Selasa (5/1/2021).
Dalam uji coba fase 3 yang dilaporkan, 98 persen peserta dalam uji coba Pfizer-BioNTech dan 92 persen peserta uji coba Moderna menerima dua dosis vaksin masing-masing dengan interval tiga atau empat minggu.
Hahn menyebut menggunakan rejimen dosis tunggal atau memberikan dosis yang kurang dari yang dipelajari dalam uji klinis tanpa memahami sifat kedalaman dan durasi perlindungan dianggap mengkhawatirkan.
Hal ini karena ada beberapa indikasi bahwa kedalaman respons imun dikaitkan dengan durasi perlindungan yang diberikan. "Jika orang tidak benar-benar mengetahui seberapa protektif suatu vaksin, ada potensi bahaya karena mereka mungkin berasumsi bahwa mereka terlindungi sepenuhnya padahal tidak," tuturnya.
Diakui mengubah dosis dan jadwal pemberian vaksin didasarkan pada keyakinan hal ini dapat membantu mendapatkan lebih banyak vaksin ke publik lebih cepat. Namun, menurut Hahn, membuat perubahan yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang memadai pada akhirnya dapat menjadi kontraproduktif bagi kesehatan masyarakat.
"Kami telah berkomitmen berkali-kali untuk membuat keputusan berdasarkan data dan sains," tegasnya.