Bisnis.com, JAKARTA - Vaksin virus Corona atau Covid-19 milik AstraZeneca menjadi pembahasan hangan sepekan terakhir lantaran penggunannya telah ditangguhkan sejumlah negara, terutama di Eropa. Pasalnya, vaksin Covid-19 tersebut dinilai berpotensi menyebabkan pembekuan darah bagi penerimanya.
Sejumlah negara telah menghentikan sementara penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca meski Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengimbau agar negara-negara tersebut tidak menghentikan program vaksinasi mereka.
WHO pada Senin (15/3/2021) mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa kasus-kasus penggumpalan darah disebabkan oleh vaksin yang dikembangkan AstraZeneca bersama Universitas Oxford tersebut.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk penanganan pandemi Covid-19 Siti Nadia Tarmidzi mengatakan kementerian sedang menunggu tindakan lebih lanjut dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) terkait dengan perihal AstraZeneca tersebut.
"Kami akan tunggu informasi lebih lanjut dari BPOM sebelum didistribusikan," ujar Nadia kepada Bisnis, Senin (15/3/2021).
Terkain isu itu, Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban, melalui akun Twitternya, @ProfesorZubairi, Senin (15/3/2021) 10.17 WIB, mengatakan imbauan WHO sudah menyatakan bahwa tak ada kaitan antara pembekuan darah dengan vaksin AstraZeneca.
Yang terang, WHO telah menyatakan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin AstraZeneca dan pembekuan darah.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) March 15, 2021
Mereka saat ini sedang meninjau data-datanya. Kita tunggu saja bagaimana nanti perkembangannya.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pengurus Besar IDI (Satgas Covid-19 PB IDI) itu juga mengingatkan bahwa penangguhan AstraZeneca yang dilakukan sejumlah negara itu karena sedang dilakukan penelitian atas data-data kematian di sejumlah negara tersebut.
"Bukan menolak. Dus. Tidak ada pengaruhnya juga di Indonesia. Karena vaksin ini sudah melalui uji klinis yang baik. Bisa dilihat studinya," ujarnya dalam sebuah utasan di Twitter.
Ahli penyakit dalam ini menilai Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM (BPOM) tidak terlalu terburu-buru dalam mengeluarkan emergency use authorization (EUA) untuk vaksin Covid-19 AstraZeneca. Pasalnya, semua uji klinis vaksin AstraZeneca terbukti aman.
"Juga laporan interimnya. BPOM, yang saya tahu, memperhatikan data-data itu, baru mengeluarkan izin darurat. Jadi, tidak benar kalau buru-buru," jelas dia.
Oleh karena itu, dia meyakinkan masyarakat agar tidak perlu takut untuk divaksin dengan AstraZeneca. Pembekuan darah, jelas dia, tidak lebih sering dari kejadian yang terjadi selama ini atau sebelum ada vaksin tersebut.
Apalagi, jelas dia, vaksin AstraZeneca dilaporkan mampu melawan varian virus Corona P1 yang sering disebut mutasi Brasil. Hal itu, jelasnya, berdasarkan keterangan institut biomedis Fiocruz Brasil.
Bagaimana meyakinkan masyarakat yang takut divaksin AstraZeneca?
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) March 15, 2021
Tidak usah takut. Kejadian pembekuan darah itu tidak lebih sering dari kejadian yang terjadi selama ini—sebelum ada vaksin. Beberapa negara Eropa juga menyatakan begitu.
Sebagai catatan di Indonesia, vaksin AstraZeneca akan digunakan untuk program vaksinasi nasional. Pasalnya, belasan juta dosis vaksin tersebut merupakan bagian dari sumbangan dari WHO melalui program COVAX.
Pemerintah Indonesia sudah menerima sebanyak 1.113.600 vaksin jadi AstraZeneca buatan perusahaan farmasi asal Inggris pada Senin (8/3/2021) petang. Total berat keseluruhan vaksin yang tiba di Tanah Air itu mencapai 4,1 ton dan terdiri dari 11.136 karton.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun