Vaksin virus corona Johnson and johnson memiliki efek samping yang kecil./ilustrasi
Health

Ini Efek Samping Vaksin Johnson & Johnson

Hanafi Nurmahdi
Selasa, 4 Mei 2021 - 11:53
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceuticals yang diberi nama Johnson & Johnson atau disebut juga Ad26.COV2.S. J&J juga merupakan vaksin Covid-19 dengan dosis tunggal.

Berdasarkan rekomendasi dari European Medicines Agency (EMA) dan Food and Drug Administration (FDA), komisi Eropa mengeluarkan otoritas darurat dan bersyarat untuk menggunakan vaksin J&J kepada individu berusia 18 tahun keatas.

Namun hingga saat ini, efek samping terhadap beberapa vaksin terus mengalami pembaharuan. Seperti Johnson & Johnson misalnya, ditemukan risiko pembekuan darah yang jarang terjadi kepada wanita dibawah usia 50 tahun yang menggunakan vaksin ini.

Meskipun sempat dihentikan peredaran dan penggunaannya di Eropa, FDA menyarankan untuk mengatur jeda penggunaan vaksin walaupun ini vaksin dosis tunggal.

Pada akhir april lalu, perusahaan kemudian mengumumkan akan melanjutkan distribusi vaksin di Eropa setelah EMA menyimpulkan bahwa manfaat vaksin melebihi efek samping yang dideritanya. WHO juga terus memantau keamanan dan keefektifan vaksin tersebut.

Bentuk vaksin ini menggunakan virus berbeda yang tidak berbahaya untuk memberikan instruksi genetik dalam membuat protein lonjakan permukaan virus SARS-CoV-2, yang memicu respons kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi. Vaksin ini juga tidak mengandung virus SARS-CoV-2 dan tidak dapat menyebabkan COVID-19.

Vaksin Johnson & Johnson memiliki tingkat kemanjuran 66 persen, lebih rendah dari tingkat kemanjuran vaksin Pfizer atau Moderna. Uji klinis vaksin Johnson & Johnson berlangsung dalam konteks yang berbeda secara global di mana variannya yang lebih umum.

Seperti vaksin Covid-19 lainnya, vaksin Johnson & Johnson memiliki efek samping yang rendah namun berpotensi menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi yang tidak parah mungkin termasuk gejala seperti gatal-gatal.

Namun ada beberapa orang yang juga menunjukkan reaksi alergi parah. Menurut FDA, reaksi parah dapat dicirikan seperti sulit bernafas, detak jantung cepat, pembengkakan pada wajah dan tenggorokan, pusing, dan ruam pada tubuh.

Bahan kimia yang mendapat perhatian khusus tentang respons alergi adalah polisorbat 80, yang secara struktural terkait dengan polietilen glikol (PEG) yang juga ditemukan dalam vaksin mRNA Pfizer dan Moderna.

Alergi terhadap vaksin dengan PEG dan pengujian kulit polisorbat menyimpulkan bahwa kegunaan pengujian kulit dalam memprediksi respon alergi potensial masih belum jelas.

CDCT menyarankan bahwa siapa pun yang diketahui alergi terhadap bahan vaksin polisorbat 80, mencari nasihat dari profesional perawatan kesehatan sebelum menerima vaksin Covid-19. Orang yang mengalami reaksi alergi parah sebaiknya tidak menerima vaksin tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro