Menyusui memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk bayi, namun juga ibu. Bagi bayi ASI adalah sumber perlindungan dan gizi terbaik karena mengandung antibodi penting dan zat gizi lain yang membantu sistem daya tahan tubuh bayi melawan infeksi (UNICEF, 2020). Bagi ibu menyusui mengurangi risiko kanker, obesitas, penyakit kardiovaskuler, serta membantu mengembalikan rahim ke ukuran normal, menguatkan ikatan emosional ibu-anak, hemat waktu dan biaya dan masih banyak lagi (Newman, 2003).
Maka dari itu lembaga seperti WHO, UNICEF dan Pemerintah kita, Kementerian Kesehatan pun mendorong untuk tetap melanjutkan menyusui di masa pandemi covid-19 seperti sekarang. Menyusui di saat pandemi merupakan penyelamat sekaligus pelindung dari tertularnya virus covid19 kepada bayi/anak. Berdasarkan penelitian, belum terbukti virus ini dapat menular lewat ASI karena tidak ditemukan RNA SARS CoV2 pada ASI dari ibu menyusui yang terkonfirmasi covid (Pace et al, 2021).
Menyusui bermanfaat bagi kesehatan dan kelangsungan hidup anak karena efek yang diberikan yaitu ASI meningkatkan daya tahan tubuh anak serta membantunya melawan infeksi penyakit. Menurut Pace et al dan Mathieau et al (2020), antibodi SARS CoV2 ditemukan pada ASI, dimana IgA berperan menetralisir virus SARS CoV2 di mukosa saluran napas sehingga mencegah bayi terinfeksi. Namun, bayi tetap dapat terpapar virus melalui droplet dari orang di sekitar bayi sehingga penting sekali untuk tetap menjaga protokol kesehatan sebelum dan selama menyusui.
Sesuai anjuran WHO/UNICEF, Ibu yang terkonfirmasi covid19 tetap dapat menyusui secara langsung bayinya, selama menjalani isolasi mandiri di rumah. Menurut CDC tidak ada perbedaan risiko bayi terinfeksi antara dirawat bersama ibu yang terkonfirmasi covid atau pun dirawat terpisah. Dengan ibu menyusui langsung selain menyelamatkan bayinya, juga menyelamatkan ibu karena ibu dikala sedang sakit seperti ini sangat membutuhkan bonding atau sentuhan fisik antara ibu dan bayi demi menyelamatkan hormon Oksitosin.
Hormon Oksitosin ini disebut hormon cinta karena berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, emosi positif, dan keterikatan antar manusia. Hormon Oksitosin pada ibu menyusui berperan sangat penting yaitu membantu mengaliri ASI dari pabriknya ke saluran lalu keluar melalui puting ibu. Saat bayi/anak mengisap payudara ibunya, hormon Oksitosin ini dapat membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan ibu. Itulah mengapa jika ibu terkonfirmasi covid, tetap disarankan menyusui langsung.
Sangat dipahami selama ibu menyusui positif covid, psikis menjadi terganggu dan berakibat menghambat pengaliran ASI dan berlanjut kepada menurunnya produksi ASI. Segeralah mencari cara untuk rileks, bisa dengan mendengar suara rekaman bayi, melihat videonya, membaui bajunya (yang dibawa ke lokasi isoman) atau melakukan apapun yang ibu suka, menonton, membaca dan lain-lain. Karena lancar/tidaknya pengaliran ASI tergantung dari bekerjanya hormon Oksitosin. Ibu dapat menghubungi konselor menyusui untuk mendapatkan pendampingan selama positif covid19 untuk meyakinkan apa yang ibu lakukan tepat atau tidak, teknisnya pelaksanaan menyusui seperti apa, dan dapat menjadi teman bercerita yang bisa memberikan ilmu dan pengalaman menyusuinya.
Apabila ibu tidak mampu menyusui bayinya secara langsung, karena dirawat terpisah dan bergejala lebih berat, ibu dapat memerah ASI untuk mempertahankan produksi ASI, dan anggota keluarga lain yang sehat dapat memberikan ASI perah tersebut. Saat memerah ibu tentu tetap menjalankan prosedur kebersihan dan memakai masker. Manajemen ASI perah terdiri dari cara memerah, menyimpan ASI perah, memanaskan ASI perah dan memberikan ASI perah yang disarankan menggunakan sendok, gelas, pipet dan bukan botol dot.
Bagaimana dengan persalinan dan pelaksanaan IMD bagi ibu yang terkonfirmasi covid? Menurut anjuran dari kementerian Kesehatan ibu yang melahirkan dan positif covid tetap dapat berkontak fisik dengan bayinya karena IMD dan pemberian ASI sesegera mungkin dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Ibu harus tetap didukung untuk kontak kulit dengan bayinya dan berbagi ruang dengan bayinya. Hal ini bisa dilakukan selama kondisi ibu baik. Komunikasikanlah perihal persiapan melahirkan ini kepada petugas kesehatan penolong persalinan demi lancarkan semua proses. Berkonsultasilah dengan dokter yang memahami tentang menyusui agar mendapatkan arahan tepat untuk IMD dan menyusui saat persalinan dan sesudah persalinan.
Sementara vaksin bagi ibu menyusui disampaikan oleh Kementerian Kesehatan dan UNICEF, aman dan ibu tetap bisa menyusui bayi setelahnya. Hal ini sesuai dengan surat edaran Kemenkes RI tentang pelaksanaan vaksinasi covid19 No. HK.02.02/11/368/2021. Ibu menyusui aman divaksin covid 19 karena vaksin yang disuntikkan merupakan virus yang sudah tidak aktif dan hal ini secara klinis tidak menimbulkan risiko bagi bayi yang disusuinya. Antibodi ibu setelah vaksin dialirkan melalui ASI untuk melindungi bayi.
Vaksin juga tidak berpengaruh kepada produksi ASI dan kecil kemungkinan berdampak pada penurunan produksi. Ingat, produksi ASI bergantung pada jumlah yang dikeluarkan baik menyusui langsung maupun memerah. Ibu menyusui yang akan vaksin pastikan tidak demam, atau batuk atau kontak langsung selama 14 hari terakhir serta memenuhi syarat skrining kesehatan. Dan tentu silahkan berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi ibu menyusui.
Jadi, setelah mengetahui dan mempelajari hal-hal diatas, mari semangat untuk melawan virus covid, tertiblah melakukan protokol kesehatan yaitu mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker medis, menghindari menyentuh area mulut hidung mata, dan sering membersihkan dan mendesinfeksi benda sekeliling. Selamat melanjutkan menyusui, yakinlah bahwa ASI melindungi.
*Pendiri dan Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia (Urindo), Mahasiswa S3 Fakultas Ekologi Manusia IPB