Kekebalan tubuh
Health

Studi: Long Covid-19 Bisa Bertahan 6 Bulan Setelah Sembuh

Ni Luh Anggela
Selasa, 10 Agustus 2021 - 16:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Delapan belas bulan memasuki pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, membuat para peneliti semakin menyelidiki efek jangka panjang dari infeksi SARS-CoV-2.

Dijuluki "covid panjang", semakin banyak pasien yang melaporkan gejala persisten yang bertahan selama berbulan-bulan setelah penyakit akut.
 
Penelitian baru di Australia menawarkan pandangan menyeluruh tentang dampak long Covid-19 pada aktivitas sistem kekebalan tubuh. Melacak berbagai biomarker, penelitian menemukan kelainan kekebalan yang memicu adanya long covid ini bertahan setidaknya enam bulan setelah pasien pulih dari penyakit akut.
 
Melansir New Atlas, Selasa (10/8/2021), penelitian di Australia itu mengikuti 69 pasien Covid-19 yang sembuh, yang mayoritas di antaranya hanya menderita penyakit ringan. Karena posisi unik Australia di dunia, setelah menghilangkan sementara virus dari wilayah tertentu, proyek yang sedang berlangsung dapat melacak respons kekebalan jangka panjang terhadap infeksi tanpa khawatir tentang infeksi ulang atau status vaksinasi.
 
Studi baru ini, belum ditinjau sejawat atau diterbitkan dalam jurnal, menguraikan efek infeksi pada sistem kekebalan perifer dalam enam bulan setelah pemulihan awal. Sampel darah diambil dari masing-masing subjek di tiga titik dalam studi enam bulan.
 
Para peneliti menyelidiki tingkat sekitar 130 sel kekebalan yang berbeda, serta melacak respons antibodi dan mengukur ekspresi ribuan gen berbeda yang berkaitan dengan fungsi kekebalan. Temuan ini secara mencolok menunjukkan respons inflamasi yang persisten dan disregulasi imun hingga enam bulan setelah pemulihan.
 
David Lynn, salah satu peneliti utama dalam proyek tersebut menjelaskan studi ini menemukan disregulasi substansial jumlah sel kekebalan yang paling kuat pada 12 minggu pasca infeksi tetapi masih terbukti dalam banyak kasus hingga enam bulan dan berpotensi lebih lama lagi.
 
Sejumlah gen yang terkait dengan peradangan ditemukan diregulasi enam bulan setelah infeksi. Ini menunjukkan mekanisme kekebalan yang disfungsional ini dapat menjadi bagian dari misteri Covid yang panjang, namun, Lynn menjelaskan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi hipotesis ini.
 
"Seseorang secara logis dapat menyimpulkan bahwa disregulasi ini terkait dengan gejala fisik Covid yang lama, namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan ini," tambah Lynn.
 
Penelitian baru ini adalah bagian dari kumpulan bukti yang berkembang yang melibatkan kelainan sistem kekebalan dalam patologi Covid yang lama. Sebuah penelitian di Inggris yang diterbitkan pada bulan April mendeteksi perubahan kekebalan yang terus-menerus pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit enam bulan setelah keluar.
 
Namun, penelitian Australia ini berfokus pada berbagai kasus Covid-19, mulai dari yang ringan hingga yang parah. Dan salah satu kejutan terbesar dalam temuan baru ini adalah tidak adanya korelasi antara keparahan penyakit akut dan tingkat disfungsi kekebalan pasca infeksi.
 
“Kami telah melihat spektrum yang sangat luas dalam tingkat pemulihan dan kami masih tidak mengerti mengapa beberapa orang pulih lebih cepat daripada yang lain,” kata Lynn. “Tingkat keparahan penyakit tidak diterjemahkan secara langsung ke tingkat disregulasi kekebalan dan kami belum dapat menemukan pola yang menunjukkan bahwa usia atau jenis kelamin seseorang merupakan faktor pembeda yang mengatur perbedaan dalam pemulihan.”
 
Salah satu batasan dalam penelitian Australia adalah tidak ada data yang melacak gejala Covid yang panjang dalam kohort, sehingga temuan ini tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan kasus Covid yang lama. Tetapi disfungsi kekebalan/hipotesis Covid panjang menjadi semakin masuk akal.
 
Danny Altmann, seorang ahli imunologi dari Imperial College London, adalah bagian dari proyek Inggris yang lebih besar yang sedang berlangsung yang menyelidiki Covid panjang. Dia mengatakan ada preseden untuk infeksi virus yang memicu kondisi kesehatan kronis jangka panjang, demam kelenjar menjadi contoh sempurna. Dan kondisi kronis tersebut dapat dikaitkan dengan disfungsi kekebalan yang bertahan setelah infeksi akut.
 
“Saya menggambarkannya seperti seseorang melemparkan granat tangan ke dalam sistem kekebalan kita, bahwa semua populasi (sel kekebalan) benar-benar kacau balau dan tidak stabil selama bertahun-tahun,” Altmann menjelaskan dalam sebuah wawancara baru-baru ini. "Dan, itu tebakan, tapi kami punya teknologi untuk melihatnya dengan cukup detail."
 
Branka Grubor-Bauk, seorang peneliti Australia yang mengerjakan studi baru, menyarankan ada kebutuhan mendesak untuk pemahaman yang lebih baik tentang Covid yang lama, terutama karena sepertinya virus itu tidak akan hilang.
 
“Saat ini tidak ada pengobatan untuk penderita Covid yang lama dan karena dunia perlahan-lahan bertransisi untuk hidup dengan Covid, kita perlu menemukan jawaban dan solusi yang lebih baik untuk mencegah dan mengobati Covid yang berkepanjangan di tahun-tahun mendatang” kata Grubor-Bauk.
 
Penelitian baru ini belum ditinjau atau dipublikasikan tetapi telah diposting di medRxiv.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro