ilustrasi perhiasan emas
Health

Pakai Perhiasan Emas Bisa Sebabkan Alzheimer, Benarkah?

Ni Luh Anggela
Kamis, 19 Agustus 2021 - 16:38
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa waktu lalu, beredar isu di media sosial bahwa perhiasaan emas berbahaya bagi bayi karena partikel dari emas dipercaya dapat menembus kulit dan aliran darah dalam tubuh bayi. Ini disebut migrasi emas, yang berisiko menimbulkan penyakit, mulai dari alergi, iritasi, gatal, luka hingga timbul kemerahan.
 
Namun, informasi tersebut tidak benar adanya. Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin, Dr.dr. Raendi Rayendra, SpKK, M.Kes, mengutip laman resmi Kominfo, Kamis (19/8/2021), emas merupakan logam mulia yang mempunyai bentuk atom yang stabil.
 
“Sebetulnya emas tidak bisa masuk ke dalam aliran darah. Emas juga merupakan logam yang paling jarang menyebabkan suatu kasus dermatitis kontak alergi. Hanya satu sampai dua persen bisa menyebabkan dermatitis kontak alergi namun tidak bisa masuk ke darah karena emas bukan logam berat.” jelasnya.
 
Hasil penelitian terkait partikel emas, juga menunjukkan fakta yang berbanding terbalik dengan informasi yang beredar.
 
Sebuah penelitian pada 2006 menunjukkan partikel emas yang hanya berukuran nanometer atau sepersejuta meter bersama dengan gelombang mikro yang sangat lemah dapat melarutkan gumpalan protein abnormal yang terkait dengan penyakit Alzheimer dan berpotensi terkait dengan penyakit degeneratif lainnya.
 
Melansir Phys.org, Kamis (19/8/2021), Marcelo Kogan, ahli kimia organik di University of Chile di Santiago bersama rekan-rekannya mengembangkan partikel emas dengan lebar kira-kira 10 nanometer dengan peptida yang melekat padanya yang secara khusus mengikat jenis protein abnormal yang ditemukan pada Alzheimer. Partikel-partikel ini cukup kecil untuk menembus membran sel dan juga dapat menyerap radiasi gelombang mikro.
 
Para ilmuwan menginkubasi nanopartikel dengan protein hingga seminggu, cukup lama untuk protein menggumpal. Menggunakan frekuensi gelombang mikro pada tingkat daya enam kali lebih rendah daripada yang digunakan oleh ponsel konvensional, para peneliti menemukan bahwa beberapa jam penyinaran memanaskan nanopartikel, cukup untuk benar-benar melarutkan gumpalan beracun. Nanopartikel saja tidak menunjukkan efek seperti itu, sedangkan gelombang mikro saja mempercepat laju pertumbuhan serat abnormal.
 
"Teknik baru ini dapat dianggap sebagai semacam operasi molekuler yang dapat menghentikan atau memperlambat perkembangan penyakit tanpa merusak sel-sel otak yang sehat," kata Kogan.
 
Selain itu, protein abnormal yang diperlakukan dengan nanopartikel dan gelombang mikro gagal menggumpal setelah setidaknya satu minggu, menunjukkan perlakuan ini secara signifikan mengurangi kemampuan protein untuk berkumpul kembali menjadi serat. Kogan dan rekan-rekannya saat ini sedang merancang studi hewan yang menggabungkan teknik mereka. Studi ini sudah dipublikasikan dalam jurnal Nano Letters.
 
Selain itu, fakta bahwa terapi potensial ini bekerja secara termal sebagai lawan dari kimia berarti bahwa terapi ini dapat diadaptasikan terhadap lebih banyak penyakit daripada obat.
 
 “Ini adalah platform teknologi yang potensial untuk mengembangkan banyak jenis terapi lainnya,” kata Claudio Soto, ahli saraf di  University of Texas Medical Branch di Galveston.
 
Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2020 juga melakukan penelitian serupa, dengan melibatkan tikus. Studi yang dipublikasikan di Nature Communications ini menemukan bahwa nanopartikel emas kiral secara enantioselektif menyelamatkan defisit memori pada model tikus penyakit Alzheimer.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro