Bisnis.com, JAKARTA - Dalam penelitian yang diterbitkan secara online, para peneliti menemukan antibodi di dalam individu yang dapat menetralisir enam varian Covid-19.
Varian tersebut termasuk seperti delta dan beta, dan virus lainnya yang terkait dengan SARS-CoV-2, termasuk satu di kelelawar, dua di trenggiling, dan satu menyebabkan pandemi virus corona pertama yakni SARS-CoV-1.
Penelitian yang dijalankan dalam beberapa bulan tersebut juga menunjukan bahwa tubuh mereka bukan hanya menghasilkan tingkat antibodi yang tinggi, namun juga membuat antibodi dengan fleksibilitas yang tinggi.
Antibodi tersebut kemungkinan bukan hanya mampu untuk melawan varian virus corona yang beredar, namun kemungkinan efektif melawan varian yang mungkin muncul di masa depan dan mampu menonaktifkan virus yang sengaja direkayasa.
Beberapa ilmuan menyebutkan kekebalan ini dengan “kekebalan manusia super” atau “anti peluru”. Namun Shane Crotty, ahli imunologi lebih suka menyebutkannya dengan “kekebalan hibrida”.
Secara khusus, orang-orang yang terinfeksi virus corona pada tahun 2020 diimunisasi dengan vaksin mRNA pada tahun ini. Theodora Hatziioannou di Universitas Rockefeller, seorang ahli virus menyebutkan bahwa antibodi dalam darah orang-orang ini dapat menetralkan SARS-CoV-2.
Virus “hibrida” mengandung 20 mutasi yang diketahui dapat mencegah antibodi SARS-CoV-2 untuk mengikatnya. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang memiliki antibodi “kekebalan hibrida” dapat menetralkan virus mutan tersebut.
Temuan ini menunjukkan seberapa kuat vaksin mRNA pada orang dengan paparan sebelumnya terhadap SARS-CoV-2
“Ada banyak penelitian yang sekarang difokuskan untuk menemukan vaksin pan-coronavirus yang akan melindungi dari semua varian di masa depan. Temuan kami memberi tahu Anda bahwa kami sudah memilikinya.” Ucap Hatziioannou yang dilansir dari Npr pada hari Selasa (7/9/21).
Hatziioannou juga mengatakan bahwa seseorang harus terpapar Covid-19 dahulu dan divaksinasi dengan m-RNA, hingga antibodi berkembang dan menjadi tidak hanya lebih kuat, namun juga menjadi lebih luas dan lebih tahan terhadap mutasi di dalam virus.
Hatziioannou dan rekannya tidak tahu apakah semua orang yang telah terkena COVID-19 dan kemudian vaksin mRNA akan memiliki respons kekebalan yang luar biasa. Namun terdapat beberapa penelitian yang mendukung hipotesis penelitian tersebut, contohnya dari penelitian yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine pada bulan lalu.
Belum diketahui juga secara pasti apakah orang yang terpapar Covid-19 kemudian divaksinasi m-RNA juga dapat memberikan efek kekebalan yang luarbiasa kepada semua orang. Namun Hatziioannou mengatakan bahwa hal ini cenderung umum.
"Dengan setiap pasien yang kami pelajari, kami melihat hal yang sama." Ucapnya mengenai studi yang melaporkan data pada 14 pasien.
Sedangkan, untuk orang yang belum terpapar Covid-19 dan divaksinasi m-RNA juga belum diketahui apakah akan mendapatkan efek “kekebalan super” tersebut. Namun Hatziioannou mengatakan bahwa kemungkinan vaksinasi ketiga akan membantu antibodi seseorang berkembang lebih jauh.
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, yang diterbitkan secara online pada akhir Agustus, Ahli imunologi John Wherry dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa seiring waktu, orang yang hanya mendapat dua dosis vaksin dan belum terpapar Covid-19 sebelumnya mulai membuat antibodi yang lebih fleksibel, sehingga lebih banyak mengenali virus yang menjadi perhatian (variants of concern).
Oleh karena itu menurut Wherry, dosis ketiga vaksin mungkin akan memberi antibodi tersebut dorongan dan mendorong evolusi antibodi lebih jauh.
Dari semua temuan juga menunjukan bahwa pada akhirnya sistem kekebalan akan memiliki keunggulan atas virus ini.
“Dan jika kita beruntung, SARS-CoV-2 pada akhirnya akan masuk dalam kategori virus yang hanya menyebabkan flu ringan." Ucap Bieniasz dari Rockefeller University, yang dilansir dari Npr pada hari Selasa (7/9/21).