Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan orang-orang yang kekebalannya terganggu atau menerima vaksin COVID-19 yang tidak aktif harus menerima dosis penguat untuk melindungi dari penurunan kekebalan.
Rekomendasi tersebut muncul setelah Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) tentang vaksinasi mengadakan pertemuan pada hari Selasa untuk mengevaluasi kebutuhan booster COVID-19 dan sebagian besar sejalan dengan panduan yang diberikan pada bulan Oktober.
Vaksin tidak aktif yang mengambil virus SARS-CoV-2 dan menonaktifkan atau membunuhnya menggunakan bahan kimia, panas atau radiasi, dibuat oleh produsen China Sinovac Biotech, Sinopharm milik negara, dan Bharat Biotech India.
Mereka telah diberikan persetujuan penggunaan darurat oleh WHO.
Beberapa negara termasuk Turki, Uni Emirat Arab, dan Thailand telah memberikan suntikan booster kepada mereka yang diinokulasi dengan vaksin China di tengah kekhawatiran bahwa mereka mungkin tidak seefektif terhadap varian virus corona yang lebih menular.
Banyak negara telah meluncurkan suntikan booster, menargetkan orang tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang mendasarinya, tetapi kekhawatiran tentang varian Omicron baru yang lebih menular telah mendorong beberapa untuk memperluas penggunaannya ke sebagian besar populasi mereka.
Meski merekomendasikan vaksin inaktif untuk booster, tapi WHO menegaskan dengan tingkat vaksinasi yang sangat rendah di sebagian besar negara berkembang, WHO telah mengatakan dalam beberapa bulan terakhir bahwa pemberian dosis primer daripada booster harus menjadi prioritas.
"Untuk saat ini kami terus mendukung perlunya pemerataan distribusi [vaksin] dan penggunaan dosis ketiga hanya pada mereka" dengan masalah kesehatan atau orang yang telah menerima vaksin yang tidak aktif, katanya.