Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan RI pada Senin (10/1) menyampaikan bahwa pasien yang terkonfirmasi Omicron tidak membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit. Hal ini dikarenakan mayoritas pasien terkonfirmasi varian Omicron memiliki gejala ringan dan tidak bergejala.
Nantinya, pasien hanya perlu menjalani isoman di rumah dengan diberikan suplemen vitamin maupun obat terapi tambahan yang telah mendapatkan izin penggunaan dari pemerintah.
“Kenaikan transmisi Omicron akan jauh lebih tinggi daripada Delta, tetapi yang dirawat lebih sedikit. Sehingga strategi layanan dari Kemenkes dari yang sebelumnya ke RS sekarang fokusnya ke rumah. Karena akan banyak yang terinfeksi namun tidak perlu ke RS,” kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, Selasa (11/1).
Menanggapi wacana dari Menkes RI, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan langkah yang diambil oleh Menkes sudah tepat karena kasus infeksi Omicron berpotensi akan jauh lebih besar daripada Delta.
“Dan fokus kita tentu harus memprioritaskan pada penanganan kasus-kasus berat ya, menengah atau dari sedang ke parah. Dan tentu dalam hal ini prioritas harus diberikan kepada kelompok yang berisiko tinggi tadi yang punya komorbid, atau pada kasus-kasus yang tiba-tiba mengalami perburukan,” kata Dicky saat dihubungi Bisnis pada Selasa (11/1/2021).
Dia melanjutkan, fasilitas kesehatan - dalam hal ini rumah sakit, harus dipastikan agar ruangan, tempat tidur dan juga tenaga kesehatannya tersedia sehingga kasus-kasus sedang ke bawah [gejala ringan hingga sedang] tidak sampai membebani rumah sakit.
Selain memastikan fasilitas kesehatan tersedia, Dicky juga mengatakan bahwa akan lebih baik bila pemerintah juga meningkatkan peran atau efektivitas dari aplikasi PeduliLindungi, untuk menambahkan fitur isolasi karantina rumah yang dapat menjadi alat deteksi dan monitoring dari otoritas kesehatan setempat.
“Dan aktivasi platform telemedicine juga menjadi penting. Ini seharusnya kalau bisa terkoneksi dengan PeduliLindungi ya sangat bagus sekali,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya diperlukan cara-cara pencegahan yang tepat, seperti deteksi dini karena “itu akan menemukan kasus-kasus infeksi maupun probable atau kasus kontak sehingga mereka masuk isolasi karantina mandiri atau disediakan fasilitas isolasi karantina oleh pemerintah pada level terendah dalam hal ini tingkat kecamatan,” sarannya.
Tidak hanya mendorong karantina mandiri, Dicky juga menyampaikan perlu adanya literasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kondisi pandemi dengan varian baru tersebut.
Disisi lain, dia memperingatkan agar kita semua tidak meremehkan varian apapun termasuk varian Omicron karena dampaknya sama.
“Kunci keberhasilan ada di isolasi karantina. Karena setengah tuh ada di situ, memutus itu ada di situ. Itu artinya, temukan kasus terduga kontak. Dan jangan lupa bahwa kita harus mapping betul, daerah mana yang cakupan vaksinasi lengkapnya belum, daerah mana yang populasi berisiko tingginya belum tercakup vaksinasi dosis lengkap, apalagi ini sekarang sudah mengarah ke booster. Nah ini yang harus ditingkatkan karena ini yang akan menjadi barrier yang efektif.,” tuturnya.
Menurut data Kemenkes RI, total ada 414 kasus terkonfirmasi Omicron, dimana 99 persen memiliki gejala ringan dan tanpa gejala. Sebanyak 114 orang (26 persen) sudah sembuh, termasuk 2 orang dengan kategori sedang dan butuh perawatan oksigen.