Bisnis.com, JAKARTA – Sampai hari ini, setidaknya sudah ada banyak sekali varian-varian Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Sebut saja varian Alfa, Beta, Gamma, Delta hingga yang terbaru, Omicron.
Kemudian muncul pertanyaan, dengan munculnya varian-varian baru, apakah lantas varian yang lain sudah menghilang?
Ketua Bidang Komunikasi Publik Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 BNPB Hery Trianto mengatakan, sejak pertama kali virus SARS-CoV-2 masuk di Indonesia, setidaknya sudah ada ratusan varian.
Namun, apakah semuanya adalah varian baru Omicron, dia mengaku belum mengetahui hal tersebut. Sebab untuk mengetahuinya, perlu melalui prosedur kesehatan yang disebut Whole Genome Sequencing (WGS).
“Ada prosedur kesehatan yang harus dilalui namanya adalah Whole Genome Sequencing untuk mengetahui varian-varian apa saja yang ada di sana. Cuman pelaksanaan di Indonesia baru bisa dilakukan di 12 laboratorium. Jadi memang sangat terbatas,” kata Hery dalam diskusi ‘Pandemi Covid-19: Update Perkembangan dan Penanganan untuk PTM yang Aman’ yang diselenggarakan oleh Yayasan Tarakanita secara daring pada Jumat (21/1/2022).
Dikarenakan WGS membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka digunakanlah metode yang lebih murah, SGTF (S-gene target failure) untuk bisa mengetahui apakah varian tersebut probable Omicron atau bukan.
“Kira-kira dengan metode SGTF yang lebih murah itu akan ketahuan apakah itu probable Omicron atau tidak. Baru kemudian dibawa ke laboratorium untuk dipilah lagi, apakah dia Omicron atau bukan. Nah itu masalahnya mahal sekali WGS itu,” ujar Hery.
Hery juga mengungkapkan, di Indonesia setidaknya sudah ditemukan lebih dari 150 varian. Dan virus-virus ini dikategorikan dalam dua jenis varian, yaitu variant of concerns (VOC) dan variant of interest (VOI).
“VOC jika memang variannya itu seperti Omicron ini, jadi memberikan impact kesehatan yang tinggi. Kalau yang tidak, ada varian-varian yang abortif, jadi varian-varian yang memang tumbuh, tapi ternyata ketika dia melakukan mutasi dia gagal, sehingga dia punah dengan sendirinya. Sehingga varian-varian yang bisa bertahan ini bisa bertahan hidup,” tuturnya.
Di sisi lain, dirinya menjelaskan mengapa Omicron bisa 10 kali lebih cepat untuk melakukan replikasi. Ini karena, saat Omicron sudah ada di tenggorokan, kemampuan tubuh manusia untuk melawan virus itu lebih rendah.
Akan tetapi, ketika Omicron turun ke paru-paru misalnya, kemampuannya bisa ditanggulangi sehingga tingkat keparahannya menjadi tidak terlalu tinggi