Bisnis.com, JAKARTA - Diketahui bahwa berdasarkan data tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia dengan laki-laki memiliki gap sebesar 29 persen.
Lenny N. Rosalin, selaku Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengatakan bahwa partisipasi kerja perempuan sebesar 53 persen.
Hal ini berbeda dengan laki-laki yang memiliki partisipasi kerja sebesar 82 persen.
“Jika melihat kesimpulan dari penelitian McKinsey Global Institute Analysis 2018, Indonesia dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Sebesar US$135 miliar pada tahun 2025” Ucap Lenny.
Dirinya kemudian melanjutkan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan syarat bahwa partisipasi ekonomi perempuan dapat ditingkatkan.
Kemudian, sektor lapangan pekerjaan utama yang paling sedikit ditempati oleh perempuan selain pertambangan dan penggalian adalah pengadaan listrik dan gas.
Data tersebut berdasarkan hasil survei angkatan kerja nasional pada Agustus 2021 atau yang terbaru, dengan persisnya sebesar 29 persen.
“Perempuan yang memiliki ijazah pendidikan tinggi di bidang STEM, berdasarkan data BPS 2020 hanya 29 persen” Ujar Lenny dalam acara “Perempuan-Perempuan di Dunia Tambang” yang diselenggarakan oleh Tempo (18/04/2022).
Hal tersebut kemudian menjadi salah satu hal yang menyulitkan untuk mencapai kepemimpinan tertinggi dalam pengambilan keputusan yang penting, ucapnya.
Untuk kondisi saat ini, contohnya yakni pada industri pertambangan, diketahui bahwa data dalam tiga tahun terakhir proporsi pekerja perempuan di Industri tambang Indonesia terus menurun.
Data tersebut merupakan dari survei angkatan kerja nasional Agustus 2021.
Diketahui juga bahwa proporsi perempuan kurang dari 10 persen, sehingga 90 persen lebih ditempati oleh laki-laki.
Kemudian, perempuan juga lebih banyak bekerja sebagai pekerja informal skala kecil. Hal ini seperti bekerja paruh waktu, musiman, yang sehingga juga mendapatkan upaya yang lebih rendah.
Terkait kondisi ini, Presiden juga memberikan arahan kepada kementrian PPA yakni hingga tahun 2024, untuk melakukan lima prioritas, dimana prioritas utama adalah pemberdayaan perempuan di bidang kewirausahaan berperspektif gender
“Bagaimana dalam kondisi yang seoptimal mungkin kita bisa memberdayakan perempuan dimanapun dia berada, terutama fokusnya pada perempuan yang menjadi kepala keluarga, tulang punggung ekonomi, penyintas kekerasan dan penyintas bencana.” Ujarnya.