Bisnis.com, JAKARTA - Pebisnis dan filantropis Shandy Purnamasari sebagai founder dari Komunitas Perempuan Level Up, Shandy memberikan apresiasi kepada 10 kartini Indonesia masa kini sebesar total Rp100 juta.
“Kami ingin memberikan apresiasi kepada para perempuan Indonesia yang selama ini memberikan kontribusi bagi keluarga, lingkungan sekitar maupun masyarakat Indonesia secara umum,” kata Shandy.
Shandy mengatakan Kartini merupakan sosok perempuan tangguh yang telah memberikan keteladanan untuk melakukan pembaharuan bagi kaum hawa. Dia menjelaskan 10 Kartini versi Perempuan Level Up ini adalah para wanita dari beragam profesi. Profesi tersebut bisa saja bidan, perias, ibu lurah, penulis program TV, asisten rumah tangga, buruh cuci, penjual sayur, penjahit, guru mengaji serta pengemudi ojek online wanita.
“Harapan kami, penghargaan 10 Kartini ini bisa menjadi penguat motivasi mereka untuk terus berkarya dan berbuat kebaikan. Inilah yang kita butuhkan di masa seperti sekarang yang masih belum sepenuhnya terbebas dari pandemi Covid-19,” ujar founder dari Juragan 99 Corp ini.
Inspirasi yang ingin disemaikan melalui Komunitas Perempuan Level Up ini adalah sosok perempuan mandiri, memiliki value dan tidak selamanya bergantung pada siapapun.
Shandy melanjutkan melalui komunitas ini pihaknya secara rutin memfasilitasi kelas dan seminar untuk membekali para anggotanya. Ragam kelasnya antara lain kelas Pengenalan Diri, Kelas Bisnis Dasar dan kelas Sosial Media. Selain itu, ada pula kelas yang diadakan sesuai permintaan anggota seperti kelas belajar make up dan masih banyak rancangan kelas lainnya yang akan dilakukan berkala di bulan Mei mendatang.
Berikut adalah daftar 10 Kartini versi Perempuan Level Up:
1. Rousantya ( 29 tahun) Bidan
Seorang Bidan yang bekerja di rumah sakit swasta ini telah membantu menangani lebih dari 500 kelahiran. Rousantya juga pernah membantu kelahiran ibu-ibu tuna wisma secara cuma-cuma dan mmembantunya sampai proses pemulihannya sempurna.
2. Yelis Safitri (30 tahun) Penulis Program TV
Yelis adalah seorang perempuan muda yang bekerja sebagai penulis. Baginya profesi penulis sering sekali diabaikan padahal, penulis adalah batang tubuh sebuah karya.
3. Dwina Aggita Lubis ( 33 tahun)Make up Artist
Perempuan yang disapa Gita ini sudah menekuni dunia tatarias selama 8 tahun. Di era pandemi, pekerjaannya nyaris tidak menghasilkan namun dirinya tetap semangat dan menekuni profesinya serta mencari peluang baru dengan membuka kelas-kelas make up
4. Tirkem (45 Tahun) Buruh cuci
Ibu tirkem mulanya adalah pengusaha warteg yang kemudian terlibas pandemi. Akhirnya dirinya menyambung kehidupan dengan menjadi buruh cuci di komplek perumahannya untuk menghidupi keluarganya
5. Halimah (60 Tahun)Penjahit
Sudah menjadi penjahit sejak tahun 1978, Halimah merasa bersyukur dengan talenta yang dimiliki karena dirinya dapat membiayai keluarganya bahkan sejak suaminya sudah tidak lagi memiliki penghasilan selama puluhan tahun. Halimah berperan sebagai ibu dan pencari nafkah.
6. Eka (31tahun) Pengemudi Ojek Online
Eka adalah mantan pekerja instansi pemerintah yang dirumahkan. Dirinya menjajal sebagai pengemudi ojek online karena ratusan surat lamarannya tidak ada yang menerimanya. Eka merasa lebih baik tetap bekerja meski resikonya sangat tinggi.
7. Sari ( 46 tahun) Asisten rumah tangga
Sari adalah asisten rumah tangga yang menghidupi keluarganya. Dirinya merasa bahagia menjalani perannya meski ada beberapa cibiran yang diterimanya, Sari tetap semangat karena dirinya memiliki pekerjaan yang halal
8. Anita ( 50tahun) Pekerja penanganan sarana dan prasarana umum
Sebagai orang tua tunggal. Afifah merasa sangat bersyukur tetap mendapatkan pekerjaan sebagai petugas PPSU. Meski lelah dan letih, Anita menjalaninya dengan sepenuh hati
9. Afifah (50tahun) Penjual Sayur
Afifah sudah menjadi penjual sayur sejak 30 tahun lalu. Dirinya merasa sering diremehkan tetapi bagaimanapun juga, pekerjaan ini adalah satu-satunya sumber pendapatan keluarga.
10. Sri Widyastuti (53tahun) Guru Mengaji
Seorang Guru mengaji yang juga kini berperan sebagai pencari nafkah keluarganya. Selain itu, Tuti juga sering memberikan kelas mengajar gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya.