Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat perlu meningkatkan kewaspasaan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit hepatitis akut.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo, Lies Dina Liastuti mengatakan hepatitis akut bukanlah penyakit baru. Bahkan pemerintah mencanangkan program imunisasi. Namun Lies mengungkapkan, kasus hepatitis akut yang ditemukan ini menyebabkan kerusakan pada hati yang cukup parah dengan gejalanya yang cepat.
"Bahwasannya hepatitis sudah banyak sekali sebelumnya, makanya ada imunisasi. Tapi yang kali ini sangat berat, cepat dan kerusakannya pada hati sangat parah," bebernya, Selasa (24/5/2022).
Karena itu, kata dia, diperlukan pengawasan dan edukasi orangtua terhadap anak akan bahaya ini sebab penyakit yang penyebabnya belum diketahui ini menyasar anak-anak.
"Kita tidak ingin gagal untuk kembali ke sekolah, karena sudah lama tidak bersekolah dalam situasi normal, kita sangat ingin itu terjadi, kita ingin sampaikan hati-hati tapi tidak panik karena begitu kena kerusakan cepat sekali," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa gejala hepatitis akut hampir mirip dengan berbagai penyakit lain. Adapun gejala tersebut antara lain lemas, hilangnya nafsu makan hingga diare.
"Kalau sudah seperti itu hati-hati. cepat diperiksa ke dokter dicek lab. tapi tidak semua harus begitu, karena ada yang penyakit lain, ada gejala yang sama. Dan apakah ada makanan yang harus diperhatikan orangtua, gimana cara makan anak kita, bagaimana mencuci tangan," ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini masyarakat dunia, khususnya Indonesia memang belum keluar dari situasi pandemi Covid-19. Sementara di sisi lain, penularan hepatitis akut misterius juga masih belum bisa dipastikan.
"Jadi yang terpenting pencegahan sama seperti prokes Covid-19, dan juga jangan memberikan makanan yang tidak jelas pada anak. Dengan mengawasi itu, kita bisa yakin apa yang diberikan aman. Itu Insya Allah bisa meminimalkan risiko lebih percaya diri dan cara agar tidak mudah terpapar," tuturnya.
Sehari sebelumnya, dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, Lies mengatakan pihaknya telah menerima satu kasus hepatitis akut yang belum diketahui tepat sehari sebelum lebaran tahun ini.
"Sebagai rumah sakit rujukan nasional, kami adalah rumah sakit pertama yang menerima rujukan kasus ini sehari sebelum lebaran. Kasusnya waktu itu datang dari Jakarta Timur, dua anak," katanya.
Kasus itu, kata dia, merupakan pertama yang ditangani RSCM. Pihaknya lantas berkoordinasi dan melaporkan kasus tersebut kepada Kemenkes setelah mengetahui hasil lab pasien yang dirujuk.
"Itu pertama kali kita menerima rujukan, sehingga kita melaporkan kepada kemenkes bahwa ada kasus terduga hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui. Kami kaget dengan temuan laboratorium yang mengarah pada kerusakan hati yang berat sekali," pungkasnya.