Bisnis.com, JAKARTA – Kredivo bersama Katadata Insight Center melakukan survei mengenai Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia sepanjang 2021. Hasilnya, ternyata laki-laki lebih mendominasi transaksi e-commerce, bukan saja di Tanah Air, bahkan di Amerika Serikat.
Berdasarkan riset tersebut, juga diketahui ada tiga kategori produk favorit yang kerap dibeli berdasarkan jumlah transaksi antara laki-laki dan perempuan.
"Untuk konsumen laki-laki kategori produk pulsa dan voucer menduduki posisi pertama, diikuti oleh fesyen dan aksesorinya, dilanjutkan oleh kesehatan dan kecantikan," kata VP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari, Rabu (6/7/2022).
Sebaliknya untuk konsumen perempuan, sambung dia, produk fesyen dan aksesoris berada di posisi pertama, kemudian produk pulsa dan voucer, serta produk kesehatan dan kecantikan.
Sementara itu, Indina menyebut perempuan mengeluarkan uang lebih banyak untuk kategori produk komputer dan gadget. Konsumen perempuan menghabiskan sekitar Rp2.892.039 untuk kategori produk komputer, gadget dan aksesorinya.
"Sedangkan konsumen laki-laki menghabiskan sekitar Rp2.108.342 untuk kategori produk yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi telah memicu adanya investasi dari konsumen perempuan akan produk-produk yang mendukung produktivitas di rumah," ucap dia.
Adapun riset ini memanfaatkan data primer dengan 16 juta sampel transaksi pembayaran yang berasal dari 1,5 juta sampel pengguna Kredivo di lima e-commerce terbesar di Indonesia selama 2021.
Seiring dengan kemudahan akses serta ekosistem digital yang makin mendukung, dia memprediksi tren belanja online melalui e-commerce akan terus jadi pilihan bagi masyarakat Indonesia dan terus meningkat dengan jumlah transaksi yang akan mencapai U$137,5 miliar atau sekitar Rp2,406 triliun pada 2025.
“Pertumbuhan industri e-commerce akan berjalan beriringan dengan industri pembayaran digital, seperti Paylater. Ke depannya, Kredivo sebagai platform kredit digital akan terus berinovasi jadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat di tengah rendahnya penetrasi layanan kredit di Indonesia sebagai metode pembayaran yang mudah diakses, aman dan terjangkau,” tutup Indina.