Kopi Yumin di kawasan Masjid Jamik Pangkalpinang, yang diseruput Tim Jelajah BUMN 2022 ketika bertolak menjalani tugas peliputan ke Pulau Timah, Bangka Belitung/Bisnis.com-Abdurachman
Kuliner

Menyesap Kentalnya Toleransi Warga Pulau Timah, Buah Budaya Ngopi Sampai Pagi

Aziz Rahardyan
Rabu, 28 September 2022 - 23:00
Bagikan

Bisnis.com, PALEMBANG - Menyusuri jalan darat dari Palembang sampai Pelabuhan Tanjung Api-Api, awak Tim Jelajah BUMN 2022 tercengang setengah mati mengetahui waktu tempuh menyeberang sampai Pelabuhan Tanjung Kalian, Bangka Barat, bisa menembus 5 jam lamanya.

Harap maklum, dalam tugas meliput salah satu agenda PT Timah Tbk. (TINS) pada Minggu (25/9/2022) itu, belum ada satu pun anggota tim yang pernah menuju Pulau Bangka lewat jalur darat. Semuanya main sepakat saja, bahwa penyeberangan Sumatra--Bangka bakal sama dengan Jawa--Sumatra.

Syahdan, rencana sampai ke Pangkalpinang pada siang hari harus molor sampai jelang petang tiba. Beruntung, beberapa perwakilan TINS yang menyambut Tim Jelajah BUMN 2022 masih setia menanti cerita kami sembari minum kopi bersama.

Setelah asyik mengobrol sampai jelang tengah malam, Tim Jelajah BUMN 2022 memutuskan pamit dan bertolak menuju penginapan. Namun, melihat banyaknya warung kopi yang masih buka dan begitu ramai pengunjung, kami mulai tergoda untuk ikut nongkrong.

"Mau coba kopi asli, biar agenda besok mata kita segar," ungkap Miki, salah satu awak Tim Jelajah BUMN 2022 yang sebenarnya sudah mengantuk, namun sekaligus penasaran dengan cita rasa kopi di Pulau Timah.

Sebab, hampir semua warung kopi yang kami temui tampak begitu menggoda, bahkan dari jauh sekali pun. Terutama, karena pekatnya kepulan uap panas di sekitar para barista yang sedang mengangkat saringan jumbo berisi sisa kopi dari sebuah teko yang tak kalah jumbo. 

"Mayoritas warung kopi di Bangka Belitung, memang menggiling biji kopi sendiri. Resep dan asal biji kopinya berbeda-beda. Tapi kalau kami ambil dari Sumatra," ujar seorang pramusaji di Warung Kopi Yumin, salah satu warung kopi di Pangkalpinang yang buka hingga 24 jam.

Budaya Ngopi Hingga Pagi

Tim Jelajah BUMN 2022 memutuskan mencoba warung kopi yang berada di kawasan Masjid Jamik Pangkalpinang itu karena tengah penuh sesak oleh pengunjung yang asyik bercengkerama, maupun mengobrol dengan topik serius.

Saking penuhnya sampai-sampai kami tak dapat kursi, namun salah seorang pengunjung bernama Fikri dengan hangat mempersilakan kami duduk semeja dengannya. Ternyata, Fikri yang asli Pangkalpinang tengah menyambut temannya yang baru datang dari Nusa Tenggara Timur untuk merantau.

"Mengobrol sampai dini hari di warung kopi sudah seperti budaya. Apalagi sejarahnya memang kopi ini yang membuat kami terbuka dengan banyak orang," ujarnya sembari memakan roti kukus bersama-sama Tim Jelajah BUMN 2022.

Secara umum, masyarakat Bangka Belitung memang memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang kental dengan nuansa keterbukaan dan adaptif terhadap budaya luar, buah dari letak geografisnya sebagai daerah kepulauan.

Tak heran, kebudayaan Melayu Bangka Belitung begitu kuat dengan hasil asimilasi antara unsur budaya pra-Islam dan Islam beserta berbagai agama lain, juga suku Cina, Jawa, Minang beserta berbagai suku lain, yang semuanya hidup berdampingan secara harmonis.

Bahkan, budaya minum kopi di Pulau Timah sebelumnya merupakan kebiasaan para Cina pendatang yang menjadi pekerja tambang timah di era kolonial. Ketika itu, karena waktu minum kopi begitu terbatas, para pekerja biasa meminum kopi dengan cara secangkir berdua.

"Barangkali inilah kenapa banyak tokoh dari Bangka Belitung yang muncul ke permukaan karena unsur-unsur toleransi dari sini. Seperti Ahok [Basuki Tjahaja Purnama] atau Andrea Hirata, misalnya. Ini karena semua masalah biasa kami bicarakan dan selesaikan di warung kopi," ujar Endi, warga asli Pangkalpinang yang mengaku telah menjadi penikmat kopi sejak kecil.

Menurut Endi, tak lengkap rasanya menikmati kopi di Bangka Belitung apabila belum berkunjung ke Manggar, Pulau Belitung, yang dijuluki Kota 1001 Warung Kopi.

Namun, karena Tim Jelajah BUMN 2022 tak punya cukup waktu, barangkali saran Endi baru bisa masuk ke dalam agenda berkunjung ke Pulau Timah pada kesempatan berikutnya.

Berdasarkan cerita perjalanan kami menyusuri Kepulauan Bangka Belitung di atas, nuansa keterbukaan dan toleransi dari para warga lokal begitu kental terasa, bukan?

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Wahyu Arifin
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro