Toxic masculinity/Pixabay
Relationship

Toxic Masculinity: Ciri-ciri, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Hana Fathina
Selasa, 29 November 2022 - 08:26
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Toxic masculinity adalah perilaku terkait peran gender dan sifat laki-laki. Dalam toxic masculinity ini, definisi maskulinitas yang lekat sebagai sifat pria identik dengan kekerasan, agresif secara seksual dan tidak boleh menunjukkan emosi. 

Sebuah studi yang terdapat pada Journal of Psychology mengartikan toxic masculinity adalah kumpulan sifat maskulin dalam konstruksi sosial yang difungsikan untuk mendorong dominasi, kekerasan, homophobia dan perendahan terhadap perempuan. 

Berikut ini adalah beberapa hal tentang toxic masculinity yang sudah dilansir dari berbagai sumber:

1. Ciri-ciri toxic masculinity

  • Selalu ingin mendominasi 
    Sikap ini akan terlihat terutama pada saat ia berada di lingkungan yang mayoritasnya perempuan sehingga jiwa maskulinitasnya semakin tinggi. 
  • Sering mengejek sesama teman laki-laki yang cengeng 
    Laki-laki yang memiliki maskulinitas beracun cenderung sering mengejek sesama teman lelakinya yang cengeng alias suka menangis. Hal ini dikarenakan ia menganggap jika menangis hanya untuk kaum wanita saja. 

Jadi jika ada sesama teman lelaki yang menangis, ia pasti akan mengejek dan mengatakan jika laki-laki tidak seharusnya menangis.

  • Mengagungkan Tindakan berisiko tinggi 
    Orang-orang yang mengalami maskulinitas sangat mengagungkan Tindakan yang berisiko tinggi. Seperti, berkendara dengan kecepatan yang tinggi, minum alkohol hingga mengonsumsi obat-obatan. 
  • Tidak melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan 
    Salah satu sikap maskulinitas yang bisa dilihat pada laki-laki adalah tidak mau melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan oleh perempuan. Misalnya, memasak, mengasuh anak, berkebun dan lain-lain. Mereka akan beranggapan jika melakukan hal tersebut, mereka akan dikatakan seperti perempuan, bukan laki-laki. 

2. Contoh toxic masculinity

  • Tidak boleh menunjukkan perasaan 
    Secara umum, laki-laki tidak boleh menunjukkan perasaan atau emosionalnya. Laki-laki dituntut untuk selalu kuat secara fisik dan mental. Padahal, laki-laki juga manusia yang bisa saja bersedih, kecewa dan menunjukkan perasaannya. 
  • Menganggap normal perilaku kekerasan 
    Ada pemahaman bahwa laki-laki dan kekerasan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dan kepercayaan ini lah yang kemudian menjadi toxic masculinity. Laki-laki dan kekerasan bukanlah sesuatu yang saling berhubungan. 

Kekerasan bisa terjadi tanpa memandang gender dan tidak bisa dianggap wajar. Kekerasan merupakan Tindakan yang tidak tepat secara moral dan sangat tidak dianjurkan dalam menyelesaikan sebuah masalah.

3. Dampak toxic masculinity

  • Kesulitan mengekspresikan emosi 
    Toxic masculinity membuat seolah-olah emosi yang bisa diungkapkan oleh semua laki-laki dengan kemarahan. Hal ini menghalangi laki-laki untuk mengakui hal-hal lain yang mereka rasakan. 
  • Mendorong terjadinya pelecehan seksual 
    Budaya perguruan tinggi yang mendorong maskulinitas berisiko mendorong budaya pemerkosaan di kampus. Menurut laman Bustle, tidak jarang sistem aturan sosial di kampus tentang dominasi dan hierarki, sedangkan toxic masculinity mengajarkan pada laki-laki bahwa identitas mereka bergantung pada kemampuan mereka untuk menggunakan dominasi atas perempuan dan satu cara umum bagi laki-laki untuk menegaskan dominasinya adalah melalui kekerasan dan pelecehan seksual. 
  • Cenderung mengabaikan masalah Kesehatan mental 
    Menurut American Psychological Association, lebih kecil kemungkinan bagi laki-laki dibandingkan perempuan untuk mencari bantuan terkait Kesehatan mentalnya, yang mungkin disebabkan oleh idealisme maskulinitas. 

Hal ini disebabkan anggapan bahwa laki-laki Tangguh tidak mungkin bergumul dengan emosi yang justru membuat laki-laki berisiko menghadapi masalah kesehatan mental yang tidak ditangani. Itu sebabnya, ketakutan akan terlihat lemas justru membuat laki-laki memilih diam dalam menghadapi penderitaan. 

4. Cara mengatasi toxic masculinity

  • Cari teman bicara yang positif
    Curhat kepada teman yang memiliki pikiran positif, jadi salah satu cara mengatasi toxic masculinity. Ketika kita sudah berusaha menerima keadaan, ada waktunya pikiran-pikiran negatif itu datang lagi. 
  • Menerima keadaan 
    Jika kamu tidak bisa mengubah keadaan atau setidaknya kamu sudah berusaha untuk itu dan tidak berhasil, maka kamu harus menerima kondisi dan keadaannya. Tidak semua hal bisa kamu control dan kamu ubah. Mengikuti standar maskulinitas di lingkungan sosial, hanya membawa kamu kepada toxic masculinity. 
  • Belajar percaya kepada diri sendiri 
    Standar maskulinitas yang ditetapkan oleh lingkungan, terkadang tidak cocok dengan kepribadian kita. Menurut standar tersebut tidak hanya membawa kita kepada toxic masculinity tetapi juga membuat kita tidak percaya kepada diri sendiri. 

5. Penyebab toxic masculinity

  • Usia.
  • Ras.
  • Budaya.
  • Seks.
  • Kelas sosial.
  • Agama.

Itulah beberapa hal tentang toxic masculinity yang mungkin baru kamu tahu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hana Fathina
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro