Bisnis.com, JAKARTA - Seniman kaca Patricia Untario menyulap botol wine bekas menjadi karya seni bernama 'Fragmen' yang dipajang di Social House, Jakarta Pusat. Seni kaca yang ditampilkan berfokus pada pantulan warna dari botol wine.
Ide ini bermula ketika dirinya mendapatkan tawaran dari pihak Museum Macan yang berkolaborasi dengan Social House untuk memanfaatkan botol wine bekas menjadi karya seni yang menarik. Hal ini tidak lepas dari pengalaman Patricia yang sempat bekerja di perkebunan anggur.
'Fragmen' sendiri merupakan nama dari karya yang dia buat. 'Fragmen', katanya, adalah potongan dari botol yang disatu padukan dengan potongan botol lainnya hingga membentuk susunan yang aestetik.
"Jadi di sini saya ngambil potongan-potongan dari botol [wine] yang menurut saya itu bentuknya bagus seperti lengkung, yang memang ini bentuk-bentuk yang menurut saya indah. Kemudian saya satu-satu kan jadi mempunyai makna yang baru," kata Patricia kepada wartawan, Kamis (6/6/2024).
Dia menyebutkan makna lain dari karyanya adalah menghilangkan kesan 'rentan pecah' pada botol kaca dengan merubahnya ke bentuk-bentuk yang terlihat indah dan kokoh.
"Bentuk tuh ketemu antara bentuk bulet serta bentrokan dengan bentuk tajam sehingga sebenernya untuk yang ini kesan 'frigle' atau ketakutannya itu sudah hilang," ungkapnya.
Dari pantauan Bisnis, botol kaca wine memiliki potongan presisi yang kemudian tersusun sehingga menghasilkan bentuk unik. Terdapat potongan ujung botol wine yang tampak seperti wastafel untuk mencuci tangan.
Patricia juga mengkombinasikan lengkungan bagian atas botol yang menumpuk dan terlihat seperti labu didih yang biasanya digunakan di laboratorium.
Setiap susunan botol kaca atau disebut sebagai instalasi kaca disusun mengikuti sisi-sisi kotak yang memiliki tingkatan dari bawah kemudian ke atas dan setiap susunan diberikan sorotan lampu sehingga menghasilkan bayangan dengan kombinasi warna yang ciamik.
Pasalnya, dia mengkombinasikan warna botol hijau muda, hijau tua, transparan, dan cokelat yang memberikan nuansa tersendiri dari hasil bias terhadap cahaya.
Wanita yang pernah mengenyam pendidikan seni kaca di Italia itu mengatakan material kaca mempunya nilai filosofis sendiri ketika dipadukan dengan cahaya.
"Kaca ini adalah salah satu material yang menurut saya mempunyai keunggulan, dia [botol] itu kalau dapat cahaya, bayangannya itu berwarna. Jadi kalau misalnya benda-benda ini semua kan kalau kena cahaya dia [benda selain kaca] hitam, ya. Inilah salah satu keunggulan dari kaca yang saya tonjolkan, saya angkat, saya manfaatkan untuk menjadi sebuah seni yang aestectik," jelasnya.
Walaupun telah lama berkiprah di dunia seni kaca, dia tetap merasakan kesulitan untuk mengukur ketebalan kaca. Pasalnya, kaca yang terlalu tipis rentan pecah saat dipotong sedangkan kaca tebal memerlukan tenaga ekstra agar terpotong secara presisi. Selain botol wine, dia pernah membuat karya seni dari botol kaca minyak angin.
Dalam kesempatan itu Venus Lau, Director of Museum MACAN juga mengatakan material kaca bukan sekadar material biasa karena sebenarnya menghasilkan visual yang indah untuk dilihat terutama ketika dikombinasikan dengan cahaya.
"Kaca merupakan material yang penuh cerita. Saat kaca dipasang, kita bisa melihat sesuatu didepan kita, itu juga dapat merubah pemandangan," jelasnya.
Baginya kolaborasi ini tidak hanya menampilkan karya seni botol kaca, melainkan memberikan ruang yang hangat bagi para pengunjung untuk berkumpul bersama sanak saudara atau teman-teman.
Tak hanya itu, melalui kolaborasi ini mereka akan mengadakan lelang bebrapa karya yang hasilnya akan didonasikan ke Museum MACAN untuk melestarikan karya-karya seni kontemporer. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)