Bisnis.com, JAKARTA -- Melanjutkan kuliah di luar negeri menjadi impian banyak orang, terutama di Amerika Serikat, rumah dari sederet universitas Ivy League, yang presitsius.
Selain itu, faktanya memang untuk bisa masuk ke universitas-universitas terbaik dunia itu bukanlah hal mudah. Bagi orang Indonesia yang berencana kuliah Strata 1 di AS saja sudah harus mempersiapkan diri dari sejak kelas 9.
Di samping itu, kurikulum yang berbeda dengan di negara lain juga disebut bisa menjadi penghambat untuk bisa masuk ke universitas luar negeri, tapi apakah itu hanya mitos atau fakta?
Mantan Direktur Penerimaan Harvard dan Stanford, Pamela Ng mengungkapkan hal itu hanya mitos. Untuk universitas di Amerika Serikat tetap bisa menerima mahasiswa dari Indonesia meskipun tidak sekolah dengan kurikulum internasional.
"Di AS tidak demikian. Memang di Indonesia kurikulumnya lebih menekankan pada belajar, baca buku sepanjang waktu, tapi tetap bisa asal banyak kegiatan dan berdampak di luar sekolah," jelasnya dalam Media Luncheon bersama Crimson Education di Jakarta, Jumat (20/6/2024).
Universitas di AS menekankan bagaimana calon mahasiswanya tidak hanya pintar dalam belajar, dan memiliki nilai rapor yang bagus. Mereka juga ingin tahu apa saja yang siswa lakukan di luar studi dan bagaimana siswa menggunakan waktunya.
"Hal ini memang bakal menjadi sesuatu yang sangat menantang bagi banyak pelajar Indonesia. Tapi ini adalah sesuatu yang perlu kita atasi sendiri dan dipersiapkan jika memang berniat ingin masuk universitas teratas dunia," jelasnya.
Salah satu contoh peserta Crimson Education yang berhasil adalah Arkan Fadhil Kautsar, lulusan SMAN 2 Tangerang yang berhasil lolos ke University of Pennsylvania, universitas terbaik ke-11 dunia.
Namun, usahanya tidak mudah, tak hanya menang berbagai olimpiade, dia juga harus punya kegiatan di luar sekolah dan memberikan dampak secara nasional.
Dengan banyaknya prestasi dan kegiatan di luar sekolah itu pun tak membuatnya bisa dengan mudah lulus ke universitas impiannya MIT dan Stanford.
Kurikulum Indonesia Tidak Berlaku di Inggris
Lombardo Goantara, Academic Advisor Crimson Education mengatakan, kurikulum Indonesia tidak diakui dan tidak berlaku di Inggris.
Meskipun persyaratan masuk universitas di Inggris lebih sederhana, tanpa perlu kegiatan di luar sekolah dan sebagainya, tapi kurikulum Indonesia tidak diakui untuk bisa masuk ke universitas di sana.
"Jadi top universitas di sana, kalau buka websitenya, masukin negaranya Indonesia akan muncul tulisan we do not accept the curriculum [kami tidak menerima kurikulumnya]. Kecuali berasal dari sekolah dengan kurikulum intenrasional," ujarnya.
Namun, kesempatan itu tidak sepenuhnya tertutup. Anak dari sekolah nasional bisa mengambil kelas program tambahan seperti Cambridge International A level saat kelas 12, yang hasil ujiannya dapat digunakan untuk masuk ke universitas di luar negeri termasuk di Inggris.
Dalam program tambahan tersebut, siswa akan mempelajari materi tambahan sesuai Cambridge International AS & A Level Syllabus di samping mempelajari materi kurikulum nasional dari kelas X hingga kelas XII.
Muatan tambahan tersebut didapatkan dalam bentuk alokasi jam pelajaran khusus setiap pekan yang dibagi untuk beberapa mata pelajaran yaitu Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia.
Keempat mata pelajaran tersebut baik dari kurikulum Cambridge maupun nasional nantinya akan diampu oleh guru yang sama.