Bisnis.com, JAKARTA -- Setiap hari, para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia terus berupaya untuk dapat meningkatkan kesehatan manusia, dengan mengembangkan pengetahuan medis, dan menemukan obat dan perawatan terbaik.
Dengan adanya temuan-temuan baru di dunia kesehatan, pada akhirnya dapat membantu meningkatkan hasil untuk pasien, termasuk meningkatkan harapan hidup bagi banyak orang.
Dilansir The Week, berikut adalah lima terobosan medis besar yang ditemukan sepanjang tahun ini:
1. Obat khusus untuk pasien Alzheimer
Penyakit Alzheimer, penyebab utama demensia, menyerang sekitar 4,2 juta orang di Indonesia, dan hingga saat ini belum ada obatnya. Selama ini, pengobatan difokuskan pada memperlambat perkembangannya dan mengelola gejalanya.
Namun, sebuah studi di Belanda baru-baru ini telah meningkatkan harapan akan adanya jenis pengobatan untuk penderita Alzheimer agar menjadi lebih personal.
Para peneliti Belanda mengidentifikasi lima "subtipe molekuler" Alzheimer, yang masing-masing disebut memiliki perbedaan yang jelas dalam genetikanya dan dalam karakteristik klinis yang ditunjukkan pasien.
Temuan studi ini menjadi langkah penting menuju kemungkinan untuk memberikan setiap pasien Alzheimer obat terbaik bagi mereka pada tiap tahap penyakitnya dengan tepat.
2. Pengobatan baru untuk asma dan penyakit paru-paru
Mengutip The Guardian, para dokter spesialis pengobatan pernapasan di Australia tengah menguji pengobatan baru untuk serangan asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), yang bisa menjadi "terobosan pertama selama 50 tahun".
Penulis utama studi, Sanjay Ramakrishnan, dosen senior klinis di University of Western Australia, mengatakan bahwa PPOK merupakan penyebab kematian ketiga di seluruh dunia, tetapi pengobatan untuk kondisi tersebut masih terjebak di abad ke-20.
Para dokter yang menjalankan uji coba tersebut mempublikasikan penelitiannya di The Lancet Respiratory Medicine, yang menemukan bahwa suntikan tunggal benralizumab dosis tinggi lebih efektif daripada pengobatan tablet steroid saat ini untuk mengelola jenis serangan tertentu di balik 50% serangan asma dan 30% serangan PPOK.
Suntikan tersebut juga dapat memangkas kebutuhan untuk perawatan lebih lanjut hingga 30%.
Benralizumab sudah digunakan, pada dosis rendah, sebagai pengobatan berulang untuk asma parah, tetapi hasil uji coba untuk penggunaan barunya ini bisa menjadi terobosan transformatif bagi jutaan orang dengan asma dan PPOK di seluruh dunia.
3. Tes air liur untuk kanker prostat
Tes air liur sederhana di rumah dapat segera digunakan untuk mengidentifikasi pria yang paling berisiko terkena kanker prostat.
Menurut BBC, saat ini, belum ada program skrining nasional untuk kanker prostat, yang merenggut sekitar 12.000 nyawa setiap tahun.
Ada beberapa tes seperti tes darah yang dapat diminta di dokter umum, tetapi dianggap belum cukup akurat, dan terkadang bahkan dapat salah mengidentifikasi kanker.
Di sisi lain, Menurut Cancer Research UK, tes baru ini dapat melihat DNA dalam sampel air liur untuk mengidentifikasi berbagai perubahan genetik kecil yang terkait dengan kanker prostat.
Hasil studi awal menunjukkan bahwa tes air liur menghasilkan lebih sedikit hasil positif palsu dan dapat mendeteksi proporsi kanker agresif yang lebih tinggi dibandingkan dengan tes darah.
Studi yang belum dipublikasikan ini, melibatkan lebih dari 6.000 pria Eropa berusia 55 hingga 69 tahun, rentang usia saat risiko kanker prostat meningkat.
Para peneliti dari Institut Penelitian Kanker London dan The Royal Marsden NHS Foundation Trust, meyakini bahwa tes baru ini bisa menjadi alterntif yang lebih murah dan dapat membantu mendeteksi penyakit lebih dini dan menyelamatkan nyawa.
4. 'Pil yoga' untuk atasi kecemasan dan depresi
The Independent melaporkan ada sebuah penemuan yang dapat mengarah pada pengembangan obat baru untuk kecemasan, stres, dan gangguan panik. Bahkan, mungkin akan ada pil yang memberikan manfaat dari olahraga yoga.
Para peneliti di AS telah mengidentifikasi jalur otak tertentu yang memungkinkan perlambatan napas secara sadar, sehingga membantu mengurangi emosi negatif seperti kecemasan.
Penulis penelitian Sung Han, profesor madya di Salk Institute di California, mengatakan bahwa penemuan ini memvalidasi teknik pernapasan lambat untuk menenangkan diri yang merupakan bagian utama dari praktik seperti kesadaran dan yoga, yang saat ini belum banyak diketahui manfaatnya oleh ilmuwan saraf.
Temuan penelitian yang dipublikasikan di Nature Neuroscience ini dapat berarti bahwa, di masa mendatang, ada sel otak tertentu yang dapat ditargetkan dengan obat-obatan ketika terjadi serangan depresi atau gangguan mental lainnya, dan dapat mengarah pada solusi jangka panjang bagi orang-orang yang mengalami kecemasan dan stres.
Penelitian ini masih dilakukan pada hewan, difokuskan pada otak tikus, sehingga masih banyak penelitian lebih lanjug yang harus dilakukan.
5. Vaksin kanker yang dipersonalisasi
Pasien di Inggris yang sedang dirawat karena kanker ikut serta dalam uji coba NHS untuk vaksin kanker yang dipersonalisasi pertama di dunia.
NHS Inggris melaporkan bahwa vaksin berbasis mRNA akan dibuat khusus untuk setiap pasien yang memenuhi syarat, kemudian vaksin tersebut akan bekerja dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali, menghancurkan, dan mencegah penyebaran sel kanker.
Uji coba, yang dilakukan di 30 lokasi di seluruh Inggris dalam kemitraan dengan perusahaan penelitian vaksin mRNA BioNTech, awalnya difokuskan pada pasien dengan kanker kolorektal, kulit, paru-paru, kandung kemih, pankreas, dan ginjal.
Meskipun masih dalam tahap awal, penelitian terhadap vaksin kanker telah menunjukkan bahwa vaksin tersebut dapat secara efektif membunuh sel tumor yang tersisa setelah operasi dan secara drastis mengurangi risiko kanker kambuh.