Bisnis.com, JAKARTA — Gula tebu sering kali digadang-gadang menjadi pilihan dibandingkan dengan sirup jagung fruktosa tinggi di mata konsumen. Namun, apakah gula tebu benar-benar lebih baik dan lebih sehat daripada pemanis lainnya?
Salah satu perusahaan minuman terbesar di dunia, Coca-Cola telah mengumumkan akan mulai menawarkan versi Coke di AS yang menggunakan pemanis dengan gula tebu, alih-alih menggunakan sirup jagung fruktosa tinggi, pada musim gugur ini.
Perusahaan mengatakan bahwa tambahan varian baru ini dirancang untuk melengkapi portofolio inti perusahaan yang kuat dan menawarkan lebih banyak pilihan untuk berbagai kesempatan dan preferensi,
Terlebih, Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Robert F. Kennedy Jr., juga menyebut sirup jagung fruktosa tinggi sebagai "racun".
Lantas benarkan gula tebu sebagai pemanis lebih sehat dari pemanis lainnya?
Dilansir Today.com, banyak ahli mengatakan bahwa kenyataannya tidak ada manfaat kesehatan yang didapat dari mengganti sirup jagung fruktosa tinggi dengan gula tebu.
"Gula tetaplah gula, baik yang berasal dari gula tebu, sirup jagung fruktosa tinggi, maupun madu," ujar Angel Planells, ahli diet terdaftar di Seattle dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics.
Dia menjelaskan bahwa tubuh kita akan memprosesnya dengan cara yang sama. Jadi, konsumsi berlebihan dalam bentuk apa pun dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan, diabetes tipe 2, penyakit jantung, atau bahkan masalah gigi.
Marie-Pierre St-Onge, profesor kedokteran nutrisi di Institut Nutrisi Manusia Universitas Columbia juga menegaskan bahwa secara umum, orang-orang sebaiknya membatasi asupan gula tambahan, apa pun bentuknya.
“Bagi saya, beralih dari sirup jagung fruktosa tinggi ke tebu hanyalah mengganti gula dengan gula. Saya rasa hal itu tidak akan berdampak besar pada kesehatan masyarakat,” ujar St-Onge.
Apa Perbedaan Gula Tebu dengan Sirup Jagung Fruktosa Tinggi?
Menurut Organisasi Penelitian Gula Dunia, gula tebu terbuat dari sari tebu yang dipekatkan dan dikristalkan. Dengan proses pemurnian yang lebih lanjut, gula tebu menjadi gula putih granular.
Sukrosa juga dikenal sebagai sukrosa, molekul yang terdiri dari 50% glukosa dan 50% fruktosa.
Sementara, sirup jagung fruktosa tinggi adalah pemanis cair yang terbuat dari pati jagung yang diubah menjadi sirup jagung dan diolah.
Sirup jagung fruktosa juga terbuat dari glukosa dan fruktosa, tetapi versi yang digunakan untuk mempermanis minuman ringan mengandung 55% fruktosa, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), sehingga proporsinya sedikit lebih condong ke fruktosa dibandingkan gula tebu.
Planells menambahkan, perusahaan soda beralih ke sirup jagung fruktosa tinggi karena lebih ekonomis daripada gula tebu,