Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Bisnis Style

Anak Muda, Ini Tip dan Trik Investasi di Pasar Modal

Wike Dita Herlinda
Selasa, 30 Januari 2018 - 18:08
Bagikan

Ada fenomena menarik yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa tahun belakangan. Portofolio pasar modal kini tidak lagi didominasi oleh orang dewasa yang sudah mapan, tetapi justru oleh generasi milenial yang berusia di bawah 30 tahun.

Berdasarkan laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sepanjang 2017 investor muda mendominasi 30,06% dari total pemodal di bursa efek yang berjumlah 1.118.913 investor. Angka tersebut terdiri atas 3,82% remaja usia 20 tahun ke bawah dan 26,24% generasi muda usia 21-30 tahun.

Dominasi investor muda di pasar modal Tanah Air mengalahkan sumbangsih pemodal yang lebih senior dari rentang usia 31-40 tahun (25,12%), 71-80 tahun (1,71%), dan di atas 80 tahun (0,33%). Itu berarti bursa efek di negeri ini telah dirajai oleh ‘kids zaman now’.

Saat ini, semakin banyak generasi muda yang mulai mencoba-coba peluang investasi di pasar modal. Ini adalah sebuah kecenderungan baru, karena dulunya investor di pasar modal cenderung lebih didominasi oleh kalangan-kalangan yang sudah mapan secara finansial.

Meskipun nilai investasi generasi muda di pasar modal belum terlalu besar, BEI yakin tren tersebut adalah awal yang baik bagi portofolio pasar modal Indonesia. Apalagi, BEI semakin gencar mengajak kalangan mahasiswa untuk mencoba peluang investasi di bursa efek.

Kendati demikian, perlu ditelaah lagi apakah memang benar generasi muda zaman sekarang sudah benar-benar memiliki literasi yang mumpuni soal pasar modal? Jangan-jangan mereka hanya sekadar ikut-ikutan tren.

Jika demikian, apa yang harus diperhatikan oleh generasi muda yang tertarik bermain di pasar modal? Berikut penjelasan perencana keuangan OneShildt Personal Financial Planning, Budi Raharjo:

Anak Muda, Ini Tip dan Trik Investasi di Pasar Modal

Apa yang menyebabkan tren investor muda di pasar modal?

Faktor yang paling utama adalah karena arus informasi. Saat ini informasi soal investasi di pasar modal semakin mudah didapatkan di media sosial. Generasi muda bisa belajar dari para pakar melalui pertemuan di media online. Jadi, mereka tidak harus beli koran dulu untuk dapat akses informasi.

Dari segi kurikulum juga, saya perhatikan pembahasan soal pasar modal sudah masuk ke mata pelajaran SMA. Mereka lebih mengenal soal berbagai instrumen pasar modal sejak dini, sehingga mereka bisa mencari tahu dimana dan kapan sebenarnya mereka bisa mulai investasi.

Faktor lainnya, saat ini tuntutan dan kebutuhan untuk bisa mengembangkan uang sudah semakin berkembang di kalangan generasi muda. Kalau zaman dulu, orang yang masuk ke pasar modal adalah orang yang sudah kaya dan pengetahuannya sudah mumpuni untuk bisa investasi.

Dulu, pasar modal masih dipandang ‘menakutkan’. Namun, sekarang, literasi pasar modal di kalangan generasi muda sudah semakin terbuka. Sehingga, mereka yang tidak punya keahlian bermain saham pun bisa mulai investasi dalam bentuk reksadana dengan biaya lebih murah.

Investasi pasar modal saat ini juga sudah semakin terjangkau.

Dulu, untuk buka rekening di sekuritas dibutuhkan modal awal minimal Rp50 juta-an. Sekarang ini, buka rekening untuk pasar modal di sekuritas bisa dengan modal kecil. Untuk mahasiswa bisa mulai dari Rp2,5 juta atau bahkan kurang.

Jadi, saya rasa hal-hal itulah yang membuat investasi pasar modal semakin memungkinkan untuk dilakukan oleh generasi muda di perkotaan. Bahkan, di era informasi ini, pilihan investasi mereka terkadang bukan hanya di pasar modal, tetapi merambah ke virtual currency dan fintech, yang pembukaan rekening awalnya murah dan terjangkau.

Apa urgensi investasi pasar modal bagi generasi muda? Seberapa penting bagi mereka?

Investasi itu terkadang memang ada unsur urgensinya, tetapi bisa juga tidak. Bisa saja seorang anak muda berinvestasi karena sekadar minat. Namun, ada juga yang memikirkan biaya untuk sekolah lagi, menikah, atau membeli aset.

Urgensi investasi bisa dillihat dari jangka pendek [1—2 tahun] atau menengah [1—5 tahun]. Namun, hal pertama yang harus diperhatikan selain urgensi untuk bisa mulai investasi pasar modal adalah punya penghasilan dulu.

Saya lihat, sekarang ini anak kuliah—bahkan SMA—saja sudah bisa punya penghasilan sendiri dari berbagai sumber. Entah menjadi influencer di medsos, membuat karya, atau berdagang secara online. Intinya mereka sudah lebih dini mengenal uang dibandingkan generasi sebelumnya.

Nah, saat mereka masih lajang, mereka punya kebebasan untuk mengatur uang mereka sendiri. Mereka juga semakin melek finansial, dan menyadari bahwa kalau uangnya hanya ditabung di bank, maka nilainya akan susut digerus inflasi. Itu pemahaman dasar yang mereka miliki.

Itulah mengapa lantas banyak anak muda yang sudah bisa berpenghasilan sendiri merasa perlu untuk mengembangkan uang mereka melalui instrumen investasi yang tampaknya menjanjikan, selama penghasilan mereka lebih besar dari pengeluaran mereka.

Apa tantangan investasi pasar modal bagi investor yang masih muda?

Beberapa tahun belakangan ini tren investor pasar modal memang didominasi generasi muda. Namun, satu kelemahan mereka yaitu mereka cenderung kurang memiliki pemahaman yang kurang terhadap risiko dari instrumen investasi yang mereka pilih.

Mungkin karena investasi pasar modal sekarang sedang menjamur dan menjadi tren, banyak dari mereka yang hanya ikut-ikutan tanpa mengetahui risk profile-nya. Padahal, investasi pasar modal belum tentu sesuai dengan karakter, kondisi keuangan, dan pengetahuan finansial mereka.

Kalau begitu, apa persyaratan bagi remaja atau pemuda yang ingin berinvestasi di pasar modal?

Sebelum memulai, kondisi keuangannya harus dicek terlebih dulu. Banyak anak muda yang sering kali mendahulukan investasi dibandingkan dengan cadangan dana untuk kebutuhan darurat. Akhirnya, seluruh tabungan mereka digunakan untuk berinvestasi.

Padahal, mereka kan juga membutuhkan uang untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada pengeluaran mendadak. Kalau semua tabungannya dihabiskan untuk investasi pasar modal, saat mereka butuh dana darurat akhirnya investasi itulah yang harus dicairkan semua.

Kalau pas kondisi pasar sedang bagus sih tidak apa-apa. Namun, kalau kondisi pasar sedang tidak bagus, dia akan mengalami dua kali kerugian. Sudah uang investasinya habis dicairkan untuk kebutuhan darurat, nilainya menyurut pula karena kondisi pasar sedang tidak bagus.

Terkadang, manajemen keuangan generasi muda di Indonesia masih urang. Mereka menomorduakan proteksi sebelum investasi. Contohnya, mengabaikan asuransi kesehatan karena berpikir dirinya masih sehat.

Sehingga, saat sewaktu-waktu mereka sakit, biaya yang dipakai diambil dari uang investasi. Ini menunjukkan manajemen keuangan mereka kurang terarah. Jadi, sebelum mulai investasi, pelajari dulu perencanaan investasi yang benar dan sesuai rencana, serta lihat apakah ada surplus dari pemasukan Anda.

Bagaimana mengatur porsi investasi di pasar modal yang disarankan untuk generasi muda?

Kalau dia masih lajang dan tinggal dengan orang tua, paling-paling pengeluaran utama mereka lebih ke konsumsi seperti untuk jajan, transportasi, atau hiburan. Peluang surplus mereka lebih besar ketimbang orang yang sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan.

Kalau sudah ada surplus, mereka bisa mulai investasi. Perhitungan amannya, paling tidak mereka harus punya tabungan yang sanggup menalangi 2 atau 3 kali pengeluaran mereka. Setelah itu, surplusnya baru dihitung berapa jumlahnya dan dilihat sebaiknya diinvestasikan ke instrumen mana yang sesuai dengan risk profile mereka.

Pilihlah dengan bijak risk profile yang sesuai dengan kondisi keuangan Anda, apakah yang moderat, konservatif, atau agresif; dan apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang.

Sejauh ini, generasi muda cenderung memilih instrumen dengan risiko yang sangat agresif. Banyak dari mereka yang lagi senang belajar trading. Ini tren yang bagus juga, karena mereka tidak ada tanggungan keluarga. Kalaupun rugi, paling tidak mereka punya pengalaman belajar trading.

Jadi, produk investasi efek apa yang lebih disarankan untuk generasi muda?

Sebelum memilih produknya, ada 3 elemen yang harus dipertimbangkan. Karakter, kondisi keuangan, dan kesehatan keuangan.

Dari sisi karakter saja, kalau dia ingin investasi dengan risiko agresif tetapi literasi investasinya rendah, sebaiknya belajar bermain di reksadana dulu. Namun, kalau dia sudah lebih paham kondisi pasar dan faktor-faktor yang langsung memengaruhinya, silakan langsung terjun ke saham.

Hanya saja, kalau mau trading langsung, pastikan untuk memiliki pengetahuan yang mumpuni dan punya waktu. Sebab, trading itu harus diawasi terus. Setiap menit pergerakannya bisa berubah, dan kalau melewatkan momentum akan sangat disayangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro