Bisnis.com, JAKARTA - Ari Fahrial Syam pernah memiliki seorang pasien pria berusia 55 tahun. Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu menuturkan, sedari kecil sang pasien tidak suka mengonsumsi sayur, dan jarang berolahraga.
“Akhirnya pasien saya itu terkena kanker usus besar. Setelah diperiksa, dalam tubuhnya kekurangan serat dan buah-buahan,” katanya kepada Bisnis.
Hal sepele yang biasa dihiraukan oleh sebagian orang tak jarang berakibat fatal. Asupan makanan, misalnya menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kasus yang dipaparkan Ari Fahrial Syam memang banyak dijumpai di sekitar kita.
Penyakit kanker usus besar termasuk jenis penyakit mematikan nomor dua setelah kanker paru-paru. Hal tersebut disebabkan gaya hidup berlebihan. Tidak mengenal batas dan aturan, terutama dari segi asupan makanan.
Contoh kasus lain, seperti dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, seorang pria bernama Toni kerap memiliki masalah kesulitan buang air besar (BAB). Suatu ketika, dia mengalami pendarahan saat BAB. Pria berusia 50 tahun itu terkejut saat mendapati tinjanya bercampur darah. “Saya pikir ini hanya penumpukan tinja saja. Bukan masalah besar,” katanya.
Namun, setahun kemudian, dia menemukan kembali darah dalam tinjanya ketika BAB. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Toni panik dan langsung diobati di Mount Elizabeth Novena Hospital (MNH) Singapore ketika sakit yang diderita lebih parah. Nafsu makan berkurang dan penglihatan kabur.
Toni divonis kanker usus besar stadium IV yang telah menyebar ke hati. Dia benar-benar takut karena teman-temannya banyak meninggal dunia karena kanker. Namun berkat pengobatan yang dilakukan, perlahan penyakit Toni membaik.
Dean Koh, Ahli Bedah pada MNH Singapore menuturkan tak sedikit penderita kanker usus besar tidak sadar bahwa mereka terjangkit penyakit mematikan tersebut. Penderita hanya baru sadar jika penyakit sudah mulai menyerang parah dalam tubuh.
Menurutnya, Kanker usus besar ini sering diderita yang hampir setiap tahunnya 2 juta masyarakat dunia didiagnosis mengidap penyakit tersebut. Risiko menderita usus besar juga meningkat tajam pada perempuan dan lelaki berusia 50 tahun ke atas.
“Jadi kanker usus besar tidak berkembang dalam sekejap. Setidaknya sekitar 2 tahun atau lebih untuk berkembang biak dalam tubuh,” tuturnya. Ary Syam menambahkan jika penderita kanker usus besar sudah stadium IV, risiko kematian diperkirakan mencapai 80%. Dia mengimbau agar penderita segera dilarikan ke rumah sakit. “Apabila penderita terlambat datang, maka akan sangat berbahaya,” ungkapnya.
Di Indonesia, papar Ary, angka pengidap kanker usus besar cenderung meningkat setiap tahunnya. Dalam seminggu, biasanya dia 2-3 pasien setiap minggunya. Jauh pada tahun-tahun sebelumnya yang hanya seorang per minggu.
Dia mengatakan masyarakat Indonesia agar lebih mencintai makanan berserat. Konsumsi serat masyarakat Indonesia saat ini sangat diluar target. Kedokteran merekomendasikan setiap orang mengonsumsi serat 25 gram per hari, akan tetapi realisasi hanya 10,5 gram per hari.
Selain itu aktivitas gerak tubuh seperti olahraga juga perlu ditingkatkan. Sebab, sambungnya jika hal mendasar tersebut tidak dilakukan, kanker usus besar akan mudah menyerang.
“Dan satu lagi yang perlu diperhatikan adalah rokok. Bagi perokok berat, dunia kedokteran menganjurkan agar segera menjauhinya. Karena gaya hidup yang satu ini juga cukup berbahaya bagi penyebaran kanker usus besar,” ujarnya.