Bisnis.com, JAKARTA - Tepat 2 minnggu pascaLebaran, berat badan Ipul, begitulah Syaiful Iman kerap disapa, mengalami penaikan 3 kg. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Depok itu mengaku memiliki berat badan 71 kgselama puasa dan kini naik mencapai 74 kg.
“Waktu puasa, saya benar-benar menahan nafsu untuk tidak makan selama 14 jam sesuai ajaran agama saya, tapi setelah lebaran nafsu makan ku tak dapat kubendung lagi," katanya kepada Bisnis.
Ada 2 faktor yang menyebabkan pemuda berusia 19 tahun itu mengalami penaikan berat badan, faktor tersedianya banyak makanan yang jarang dia jumpai ketika puasa dan faktor aturan keluarga yang memaksanya menghabiskan makanan yang ia makan. “Karena kalau makanan bersisa kan mubazir,” candanya.
Pola makan pascapuasa pun tidak ia control, dia perbanyak makanan bersantan seperti rendang dan opor, dan pola makan yang tidak teratur, semisal sarapan, makan siang, ngemil, makan sore, makan malam dan ngemil lagi tengah malam.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, MS, seharusnya setelah bulan puasa, berat badan seseorang akan mengalami penurunan 2 hingga 3 kilogram.
“Jika ada penambahan berat badan setelah puasa, berarti ada something wrong dalam perilaku makannya, yaitu perilaku rakus, tidak dispilin dan kurang tertib,” katanya kepada Bisnis.
Penyumbang terbanyak dalam penaikan berat badan adalah sumber-sumber karbohidrat seperti lontong, nasi dan makanan berlemak hewani.
Tak hanya bentuk fisik tubuh yang berubah akibat naiknya berat bedan tetapi berat badan berlebih, jauh di atas ideal akan memberikan dampak penyakit bagi seseorang. Penyakit yang sering menghantui orang dengan berat badan berlebih, yaitu Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi atau darah tinggi, kolesterol tinggi, asam urat dan penyakit jantung.
Untuk mendapatkan berat badan ideal setelah penaikan pascaLebaran, menurut Hardinsyah, dapat dilakukan dengan 3 hal.
Pertama, adalah mengurangi konsumsi makan. Kunci diet agar mendapat hasil maksimal adalah kepatuhan terhadap aturan diet dan disiplin.
Yang kedua adalah menerapkan prinsip makan beragam. Bukan jumlah asupan makanan yang diperbanyak tetapi kandungan gizinya. Pilih makanan pokok yang berserat seperti nasi. Lebih baik lagi jika diselingi dengan ubi rebus atau jagung. Hindari makanan pokok yang terbuat dari tepung terigu.
Pilih lauk yang berprotein tinggi seperti tempe, ikan, telur dan daging. Konsumsi sayur juga sangat penting, konsumsi 2 mangkuk sayur perhari dan 2 macam buah perhari. Boleh konsumsi mie tetapi harus ada tambahan sayur seperti sawi, bayam, kol atau tomat. Intinya adalah, berhenti makan sebelum kenyang.
Hal terakhir yang dilakukan untuk mendapatkan berat badan ideal adalah olahraga. Olahraga yang paling mudah dilakukan dan dapat dilakukan kapan saja, dimana saja serta murah adalah jogging dan skipping.
Berat badan ideal dapat diukur secara subjektif dan kuantitatif. Ukuran subjektif tergantung perspektif orang yang memandang dan menilai. Ukuran kuantitatif diukur dengan indeks masa tubuh, berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) pangkat dua. atau IMT= BB/ (TBxTB). Jika hasil IMT kurang dari 18,5 maka berat badan dikategorikan kurang. Berat badan normal jika IMT antara 18,5-22,9. Obesitas dikategorikan dengan IMT lebih dari 23,0.