Health

Anda Single Parent? Baca Dulu Ini

Miftahul Khoer
Jumat, 6 September 2013 - 05:33
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--“Pernikahan itu laiknya sebuah kotak pandora. Kita tidak akan bisa menebak badai apa yang ada di dalamnya. Menikah, berarti bersama-sama dengan pasangan untuk berusaha menghalau setiap pintu jebakan. Bersama-sama menangani semua permasalahan.”

Sederet kalimat itu keluar dari mulut Langit Amaravati—seorang ibu muda yang gagal merajut indahnya mahligai rumah tangga. Di penghujung Agustus 2013, dia bercerita tentang kegagalan rumah tangganya. Perceraian untuk ketiga kalinya.

Langit Amaravati adalah seorang penulis. Hampir setiap minggu, namanya tercetak di koran-koran rubrik budaya lokal dan nasional. Tak sedikit, cerpen dan puisi yang diterbitkan di koran, dia cetak ulang menjadi sebuah buku.

Saat ini, dia menyibukkan diri mengelola sebuah percetakan Metafor Imagination di Bandung. Anaknya dari pernikahan pertama, Salwa Isheeqa Azzahra Maryam sudah berusia 9 tahun. Sementara,  Najwa Ishtary Maryam, anak dari hasil pernikahannya yang kedua meninggal lima jam setelah dilahirkan. Rhea Azalea Maryam dan Ziarre Amaravati, kedua nama calon anak pada pernikahan ketiganya mengalami keguguran.

Bagi Amaravati, begitu dia disapa, kegagalan dalam pernikahan tak pernah menyurutkannya untuk tetap menulis. Bahkan, inspirasi dalam menulis dihasilkan dari perasaan yang dia alami. Sebut saja misalnya, cerpen berjudul Tangis yang dia masukan ke dalam antologi cerpen Payudara, terbit pada 2012. Dia merasa pengalaman hidupnya perlu dituangkan dalam sebuah karya.

Gagal dalam menikah, menurutnya adalah sebuah cobaan. Dia menjelaskan kegagalan dalam pernikahannya salah satunya disebabkan oleh pribadi masing-masing yang tidak sabar melewati proses membangun sebuah keluarga.

“Kalau untuk trauma menikah iya. Tapi tidak trauma untuk memiliki kekasih,” paparnya kepada Bisnis belum lama ini.

Namun, Amaravati tak patah arang. Menjadi single fighter alias berjuang membesarkan anak sendiri bukan sebuah perkara besar. Dia yakin dengan bakat menulis yang dimiliki bakal cukup menghidupi keperluan bersama anak kesayangannya.

Dia menuturkan, berbagai pengalaman hidup telah dilakoni. Manis, asam, dan pahit hidup sudah banyak dicecap perempuan berusia 30 tahun ini. “Insting paling dasar umat manusia adalah bertahan hidup. Lagipula, pengalaman demi pengalaman membuat saya menjadi semacam petarung. Petarung yang tidak pernah mau kalah dalam hidup yang tengah dijalani,”ujarnya.

Dia optimistis dengan hidup yang dijalankan saat ini. Suatu hari, ungkapnya, jodoh akan datang mengetuk pintu hatinya. Menurutnya, setiap perempuan berhak untuk berbahagia, dengan atau tanpa pasangan.

“Saya yakin, akan bertemu seseorang yang cocok, meski harus bertemu dulu dengan orang yang salah supaya bisa bertemu dengan orang yang benar. Just believe it, one day i’ll find the right one, sebab harapan dibangun di atas rasa percaya,” ujarnya.

Mira D. Amir, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) menuturkan penyebab terjadinya kegagalan dalam rumah tangga salah satunya diakibatkan oleh ketidakcocokan chemistry dari masing-masing pribadi.

Dia menilai justru tingkat perceraian yang terjadi banyak ditemukan dari pasangan kelas menengah bahkan kalangan terpelajar. Mira sering menjumpai pasangan yang selalu apes dalam membangun keluarga.

"Dari kasus yang pernah saya ketahui, ada pasangan yang secara fisik dan finansial tidak masalah. Tetapi kegagalan pernikahan bukan hanya disebabkan oleh perihal keuangan saja," ungkapnya.

Mira juga mengamini, kegagalan pernikahan juga disebabkan oleh pasangan yang terlalu muda menikah. Akibatnya, faktor kematangan dalam bersikap dan berpikir jarang dimiliki pasangan muda tersebut.

Memilih pasangan hidup, lanjut Mira idealnya sesuai perasaan dan hati seseorang. Tetapi tak sedikit pernikahan yang terjadi atas pilihan masing-masing pasangan kandas di tengah jalan.

Faktor lingkungan pun cukup berdampak bagi pasangan, terutama kalangan pasangan muda. Pola pikir kaum muda yang sudah menikah cenderung masih labil. Akibatnya, tak jarang cek-cok terjadi terhadap pasangan muda.

Namun contoh kasus tersebut, sambung Mira bisa diatasi oleh komitmen kuat dan saling percaya satu sama lain antar pasangan.

"Ada juga pasangan ideal gagal gara-gara salah satu pihak tidak bertanggung jawab saat tengah membangun mahligai rumah tangga. Ya itu tadi, disebabkan oleh faktor lingkungan," ujarnya.

Mira memberikan nasihat agar perempuan yang telah mengalami kegagalan pernihakan untuk tetap percaya diri. Karena menurutnya, kecenderungan perempuan Indonesia yang bertitel janda kerap dinilai negatif oleh masyarakat lain.

"Yang penting jika perempuan [janda] memiliki karakter baik dan tidak banyak tingkah, jodoh akan datang dengan sendirinya. Kuncinya percaya diri dan tetap optimis," ungkapnya.

Penulis : Miftahul Khoer
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro