Bisnis.com, JAKARTA -- Sebanyak 7,6 juta orang Indonesia mengidap diabetes, kurang dari 1% nya mencapai target pengobatan. Menurut laporan terbaru dari Novo Nordisk, perusahaan kesehatan global asal Denmark yang selama 90 tahun telah berinovasi dalam perawatan diabetes, hanya 41% orang Indonesia yang mengidap diabetes mengetahui kondisinya, 39% mendapatkan pengobatan dan hanya 0,7% mencapai sasaran pengobatan diabetes.
Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA), Novo Nordisk meluncurkan laporan Blueprint for Change. Pesan utama yang disampaikan dalam laporan studi kasus tersebut adalah perlunya aksi nyata bersinergi dalam menangani diabetes. Apabila tidak, hilangnya nyawa dan produktivitas sebagai konsekuensi diabetes yang tidak dirawat akan berdampak negatif pada status kesehatan dan kemajuan ekonomi Indonesia.
Laporan ini diluncurkan sebagai upaya memahami dengan lebih baik bagaimana kolaborasi dari para pemegang kepentingan utama dapat mengatasi empat hambatan utama yang diidentifikasi sebagai berikut, rendahnya pengetahuan akan pencegahan dan pengobatan diabetes, ketidakrataan penyediaan dan kebutuhan kesehatan, terbatasnya sumber daya dalam sistem kesehatan publik dan terbatasnya jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan diabetes yang tepat.
Kemenkes RI mengungkapkan deteksi dini faktor resiko diabetes dilakukan melalui kegiatan posbindu (pos pembinaan terpadu) dengan jumlah 7.225 pos di seluruh Indonesia dan implementasi perilaku CERDIK yang merupakan akronim dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress.
“Pengendalian diabetes tak bisa dilakukan oleh kemenkes saja, tetapi harus ada attitude of change dari masyarakat, yang sebelumnya tidak doyan olahraga, harus dibiasakan aktifitas fisik lebih banyak,” kata DR. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes saat konferensi pers Blueprint for Change awal bulan lalu.
Ketua PERSADIA Prof.Dr. dr. Sidhartawan Soegondo, SpPD-KEMD mengungkapkan hal serupa, gaya hidup harus mulai diubah. Jika berat badan naik dan lingkar perut bertambah besar, kemungkinan diabetes pasti ada. Aktifitas fisik dan pengaturan pola makan sangatlah penting.
“Minimal jalan lah 30 menit, 5 kali dalam seminggu dan hindari kawin antar saudara karena jika gula kawin dengan gula akan menjadi gula, si anak akan berpotensi diabetes turunan,” katanya.
Ia menambahkan untuk mengurangi konsumsi permen, baik permen manis ataupun yang mengandung mint. Satu buah permen terkandung 16—32 kalori. Untuk menurunkan 1 kalori dari tubuh kita saja perlu 25 langkah sehari, katanya, bayangkan saja harus berapa langkah jalan untuk mengurangi 16—32 kalori dalam satu permen yang dikonsumsi.
Laporan Blueprint juga mengindikasikan, jika tahap pencegahan diabetes dapat dilakukan oleh semua pihak, akan berdampak baik bagi Indonesia. Secara spesifik, deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah 37.500 serangan jantung yang disebabkan oleh diabetes, 405.200 gagal ginjal yang disebabkan diabetes dan menghemat biaya pengobatan diabetes sebanyak US$5,8 milyar , di atas 4,6 juta tahun kehidupan yang diselamatkan.