Fashion

Desainer Mel Ahyar Rancang Busana Dengan Karakter Wayang Golek

Reni Efita
Rabu, 9 Oktober 2013 - 14:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Busana ready to wear dan couture rancangan Mel Ahyar  bertema  Les Mariosnnettes yang mengangkat  kesenian tradisional wayang golek Jawa Barat, mendapatkan sambutan luar biasa pada peragaan busana Bazaar Fashion Festival Present IPMI Trend Show 2014 di Scenoo Exhibitionl Hall, Gandaria City, Selasa malam (8/10/2013).

Banyaknya tepuk tangan para undangan sebagai tanda  apresiasi atas karya alumni Sekolah Mode ESMOD Paris International ini yang   menampilkan wayang golek pada potongan busana yang feminin dan  modern.

Kisah yang diangkatnya merupakan kisah yang sering diangkat dalam kesenian wayang golek. Secara garis besar kisah tersebut menggambarkan hubungan sederhana antara masyarakat umum dan pahlawannya.

Dalam kisah ini, masyarakat umum disimbolkan oleh tokoh  Punakawan, Semar, Cepot, Gareng, Petruk dan satu tokoh antogonis bernama Buto, sedangkan sang pahlawan disimbolkan oleh tokoh pandawa lima yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.

Tokoh wayang golek itu diwujudkanya berupa motif dengan berbagai teknik antara lain printing, bordir, atau laset cut.

Kebanyakan motif wayang itu berwarna hitam yang diaplikasikan di atas bahan  warna off white atau warna krem dia di atas warna hitam, sehingga terlihat kontras. Dan ada sedikit motif yang menampilkan perpaduan warna merah.  Motif wayang itu ditampilkannya hanya pada bagian tertentu saja pada busana itu.  

“Cerita wayang ingin digodok  supaya tidak berat dan tidak Indonesia. Semuanya tampil  modern, sehingga anak muda suka dan orang tua juga menghargai,” kata Mel yang memperagakan 35 kolesi ready to wear dan couture itu.

Warna rancangan yang koleksinya sudah masuk di Galleries Lafayette Jakarta itu tampil dengan warna-warna pucat, off white, dan hitam. Adapun kehadiran warna terang, katanya,  hanya sebagai sentuhan saja.

Karakter wayang golek yang lucu itu ditabraknnya dengan potongan busana yang modern dan dewasa yang dipengaruhi teknik sharp tailoring dan boxy cut yang longgar era tahun 90-an.

“Jadi mood-nya tetap terasa modern dan avant garde,” kata Mel yang mendapatkan penghargaan The Best Nouvelle Couture Graduated student ESMOD Paris France dan spesial award Coup de Coeur from Emmanuel Ungaro Graduated student ESMOD Paris France pada 2006 itu.

Pada sekuen pertama, Mel menampilkan tokoh-tokoh yang menjadi simbol masyarakat yang hidup tenang dan tentram yang akhirnya bertemu dengan tokoh Buto. Hal itu diwujudkannya  melalui siluet yang sederhana dan lebih banyak bermain print, bahannya ringan seperti katun silk, organdi, crepe silk, dan taffeta silk. Sedangkan pada sekuen kedua becerita mengenai konflik antara tokoh pahlawan Pandawa Lima dan antagonis Buto. Hal itu diwujudkannya pada busana bervolume boxy ala 90-an, cutting yang rumit, gaun-gaun panjang dengan aplikasi teknik laser cut, dan  berkelompok yang tampil elegan dan cantik.

 

Penulis : Reni Efita
Editor :
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro