Bisnis.com, JAKARTA - Kepedulian terhadap permainan tradisional juga ditunjukkan oleh Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma atau yang kerap disebut Dik Doank. Melalui “sekolah” yang dikenal dengan sebutan Kandang Jurank, Dik mencoba memperkenalkan tempat bermain yang tidak terkungkung pada apa yang disebut dengan bangunan sekolah.
Sebutan Kandank Jurank Doank ditafsirkan berbeda oleh Dik dari makna sebenarnya. Dik ingin melepas makna kandang yang berarti harfiah sebagai tempat sempit di mana orang terhimpit di dalamnya. Dan jurang yang bermakna literal pemisah daratan dan lautan.
“Tempat ini [KJD] bukan tempat belajar. Tetapi tempat bermain. Jika anak bermain otomatis akan belajar. Anak belajar belum tentu bermain karena butuh konsentrasi. Bermain akan melahirkan kreativitas sedangkan belajar tak akan melahirkan itu [kreativitas],” katanya saat ditemui Bisnis di lokasi KJD, Jumat (11/4/2014).
KJD yang berlokasi di Komplek Avita Blok Q No 14 Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan ini mengajarkan anak-anak untuk bermain dua hal yaitu permainan tradisional dan permainan digital.Dik menjelaskan permainan tradisonal akan menghasilkan kebersamaan sedangkan permainan digital hanya akan mengejar kemenangan atau saling berebut naik level.
“Hidup harus seimbang antara jasmani, rohani dan pikiran dan harus saling melengkapi. Jasad jasmani diisi dengan aktivitas permainan fisik. Rohani diisi dengan pengajian, sholawatan dan zikir sedangkan pikiran [berkompetisi] diisi dengan permainan digital,” ujarnya. (Inda Marlina & Deliana Pradhita Sari)