Bisnis.com, JAKARTA – Untuk mendorong berkembangnya industri seni pertunjukan, khususnya teater di Indonesia, pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) merasa perlu adanya aktivasi taman budaya di seluruh Indonesia sebagai pusat latihan dan pementasan teater.
Hal itu disampaikan Menteri Kemenparekraf Mari Elka Pangestu dalam diskusi “Perkembangan dan Prospek Pariwisata dan Ekonomi Kreatif” di Wisma Bisnis Indonesia, Senin (22/09/ 2014)
Pihaknya bersama Kemdikbud merasa perlu ada aktivasi 25 taman budaya yang ada di Indonesia, yang memang biasanya ada di tengah kota.
Tempat itu ideal untuk diaktivasi sebagai tempat latihan, performance, dan pengarsipan bagi para seniman teater. Kemendikbud lebih ke fisik taman budayanya, sementara Kemenparekraf lebih ke aktivasinya.,” ujarnya kepada Bisnis.com.
Dia pun menambahkan, hal ini perlu dilakukan lantaran pihaknya belum bisa mengatasi kendala klasik yang seringkali dihadapi oleh para seniman teater seperti mahalnya biaya gedung dan pajak hiburan, serta minimnya sarana latihan.
Menurut Mari, pekerjaan rumah yang mesti dilakukan dalam rangka membantu geliat seni pertunjukan di Indonesia cukup berat.
Pasalnya, seni pertunjukan ini membutuhkan banyak industri-industri pendukung (supporting industries) yang ketersediannya di Indonesia belum cukup memadai, seperti ahli tata cahaya yang masih bisa dihitung dengan jari, serta minimnya gedung latihan.
Terkait dengan gedung pertunjukan, Mari merasa perlu adanya sinergi antara pemerintah dan pihak swasta. Pihak swasta pun dapat proaktif menyediakan gedung-gedung pertunjukan atau menanam investasi untuk membangun gedung pertunjukan yang representatif.
Selain itu, tambahnya, minimnya apresiasi masyarakat terhadap hasil karya seni pertunjukan pun turut berpengaruh pada lesunya industri kreatif di bidang ini.
“Kita hanya melihat ujungnya, hasil karya, bukan prosesnya. Ini perspektif yang mesti kita ubah,” tambahnya.
Mari pun membandingkan harga tiket umumnya seni pertunjukan teater di Indonesia yang hanya berkisar minimal Rp50.000 dengan pertunjukan teater Broadway yang harga tiketnya dapat mencapai jutaan rupiah.
Padahal, katanya, setiap kelompok teater di Indonesia berproses selama berbulan-bulan untuk menghasilkan sebuah pertunjukan yang hanya dipentaskan selama beberapa hari, atau paling lama sebulan, berbeda dengan Broadway yang satu pertunjukan bisa berlangsung selama berbulan-bulan.
Alhasil, para seniman teater tak dapat untung yang maksimal dari pertunjukannya sendiri.
Berdasarkan data BPS pada 2013, bidang seni pertunjukan hanya menyumbang sekitar 0,4% terhadap nilai tambah dan distribusi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Industri Kreatif di Indonesia.
Angka tersebut jauh terpaut kecil bila dibandingkan dengan tiga subsektor industri kreatif lainnya seperti kuliner yang menyumbang 32,51%, fashion/mode 28,29% dan kerajinan 14,44%.