Film Senyap karya Joshua Oppenheimer dan ko-sutradara anonim/antaranews
Entertainment

Film Senyap Suarakan Pentingnya Rekonsiliasi Pelanggaran HAM

Deandra Syarizka
Rabu, 12 November 2014 - 09:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Film The Look of Silence atau Senyap karya Joshua Oppenheimer menyuarakan pentingnya rekonsiliasi bagi para penyintas pelanggaran HAM.

Penayangan perdana film yang merupakan sekuel  The Act of Killing atau Jagal ini merupakan hasil kerja sama antara Komnas HAM, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Final Cut For Real dan dilakukan di  Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (10/11/2014).

Dalam surat sambutannya yang dibacakan oleh sejarawan Bonnie Triyana, sutradara film Joshua Oppenheimer menyampaikan kegembiraanya atas penayangan perdana film Senyap di Indonesia. “Kenyataan bahwa film ini disampaikan kepada Anda lewat lembaga negara membuat pemutaran ini menjadi pemutaran terpenting baik bagi film Senyap maupun Jagal,. Saya merasa bahwa surat cinta kami untuk Indonesia buka saja telah mencapai alamat tujuannya, tetapi juga dibacakan, oleh negara, kepada Anda, rakyat Indonesia katanya.

“Yang dibutuhkan Indonesia bukan mengidentifikasi para pelaku genosida dan memasukkan mereka ke penjara, tetapi pengetahuan, kesadaran (tentang sejarah) dan rekonsiliasi,” ujar Oppenheimer melalui konferensi pers jarak jauh yang dilakukan sebelum penayangan. Dia juga mengatakan pameo “yang lalu biarlah berlalu” tidak berlaku bagi para penyintas pelanggaran HAM karena selama ini mereka masih hidup dengan ketakutan dan ancaman.

“Kita menyerahkan masa depan anak kita untuk hidup berdampingan sebagai sesama manusia, bukan sebagai anak para penyintas,” tambah Oppenheimer. Dia mendorong upaya rekonsiliasi agar para penyintas tidak perlu bersembunyi lagi dan bisa melanjutkan hidupnya seperti orang kebanyakan.

Pada pemutaran film tersebut, Adi Rukun yang menjadi tokoh utama dalam film pun hadir dan turut menceritakan pengalamannya. Kehadirannya dalam acara itu disambut dengan apresiasi meriah berupa a long standing ovation dari para penonton.

“Hal yang paling saya tidak suka kepada para pembunuh ketika mereka mengaku pahlawan ideologi dan negara,” cerita Adi. Harapannya untuk mendapatkan pengakuan dari para pembunuh tidak pernah terjadi. “Jangankan minta maaf, menyesal sedikit pun tidak ada,” ujarnya.

Senyap bercerita tentang upaya Adi Rukun yang memiliki latar belakang keluarga penyintas. Kakaknya, Ramli, adalah korban peristiwa 1965. Ayahnya yang kini telah berusia 140 tahun mengalami trauma ketika kehilangan anak pertamanya. Giginya rontok satu per satu. Meski kini ingatannya telah memudar, dalam satu adegan film digambarkan masih ada trauma yang tersisa dalam diri ayahnya.

 Adi lahir dua tahun setelah kakaknya dibunuh.  Selama hidupnya, Ibunda Adi menceritakan pengalaman  keluarganya. Berbeda dengan ayahnya, ibunda Adi masih ingat dengan detail peristiwa keluarganya. Hidup berdampingan dengan salah satu pelaku pembunuhan, dia menjalaninya dalam  kebencian dan ketakutan.

Pertemuan Adi dan Oppenheimer membawa Adi kepada pengalaman baru. Dalam film diceritakan bagaimana Adi menyaksikan rekaman wawancara Oppenheimer dengan para pembunuh kakaknya.

Adi  yang berprofesi sebagai tukang kaca mata keliling itu menemui satu per satu pembunuh kakaknya tersebut. Dia bercerita bagaimana kakaknya menjadi korban pembantaian. Harapannya, dengan begitu Adi akan mendapatkan pengakuan dan permintaan maaf dari pelaku.

Namun, yang didapatkan Adi justru penolakan dan penyanggahan. Suasana selalu memanas setiap kali dia mengakui jati dirinya sebagai adik dari korban pembantaian. Permintaan maaf yang didapatkannya justru bukan dari pelaku, melainkan dari keluarga pelaku yang tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian.

Film Senyap merupakan karya sutradara Joshua Oppenheimer asal Amerika Serikat dan ko-sutradara anonim asal Indonesia yang menganggap sampai akuntabilitas dan keadilan sejati ditegakkan di Indonesia, dia takkan pernah bisa mengakui Jagal dan Senyap sebagai karyanya.

 Film produksi lima negara yakni Denmark, Indonesia, Norwegia, Finlandia dan Inggris yang telah diputar perdana secara internasional pada Festival Film Internasional Venezia ke-78 di Italia ini berhasil meraih penghargaan Grand Jury Prize. Selain itu, film yang diproduksi selama 10 tahun ini juga menjadi film dokumenter pertama yang meraih penghargaan  kritikus online Mouse d’Oro sebagai film terbaik.

Selain itu, masih ada banyak penghargaan lainnya yang diraih oleh Senyap. Di antaranya adalah film terbaik FIPRESCI Award dari Federasi Kritikus Film Internasional, film terbaik Eropa-Mediterania oleh Federasi Kritikus Film Eropa dan Mediterania dan Human Rights Nights Award untuk film terbaik bertema hak azasi manusia.

Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Sepudin Zuhri
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro