Bisnis.com, JAKARTA - Kain songket merupakan salah satu warisan budaya yang biasa dipakai pada upacara adat dan pesta pernikahan terutama di Sumatra.
Penampilan kain songket terlihat mewah, karena ditenun dengan menggunakan benang emas dan kadang benang perak.
Untuk memasyarakat kain songket, Museum Tekstil Jakarta yang didukung oleh Cita Tenun Indonesia (CTI), dan Yayasan Bangun Langkat Sejahtera menggelar Festival Songket Sumatera bertajuk The Journey of Songket Sumatera di Museum Tekstil Jakarta pada 18-21 Desember 2014.
Pada kegiatan tersebut menyajikan perjalanan songket yang ada di Pulau Sumatera dengan ragam hiasnya Serdang, Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, Kesultanan Asahan, Sumatera Barat, Museum Provinsi Sumatera Utara, Museum Tekstil Jakarta dan para kolektor di Lampung dan Jakarta, serta songket hasil pengembangan Cita Tenun Indonesia (CTI).
Di daerah Sumatera Barat, songket menjadi bagian penting dari upacara adat, sebagai bagian dari busana dan sebagai penghias ruang upacara.
Bagi masyarakat Sumatera Barat dan masyarakat Melayu di Sumatera bagian timur, sengket benang emas adalah warna klasik, merupakan bagian penting dari upacara sebagai tanda gembira.
Berbeda dengan songket Melayu dari Riau dan sekitarnya. Songket yang berupa sarung dengan hiasan songket penuh di bagian pinggir dan kepala, sedangkan bagian badannya sederhana dengan taburan motif bunga.
Dari Sumater Utara, menampilkan wastra Serdang, Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, Kesultanan Asahan.
Ketua Umum Cita Tenun Indonesia, Okke Hatta Rajasa mengatakan di Sumatera Utara, memiliki makna tradisi melayu yang diwarisi turun temurun dengan ciri khas daerah setempat. Dulu songket ditenun oleh wanita, tapi kini songket juga ditenun oleh laki-laki.
Harapan songket tidak hanya untuk interior dan fashion, juga menjaga budaya yang merupakan identitas bangsa.
Perancang mode busana muslim, Dian Pelangi sering menggunakan kain songket Palembang untuk busana muslim yang mewah, dan elegan.