Bisnis.com, JAKARTA— Puluhan rancangan busana muslim karya siswa Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama (NU) Banat, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, ditampilkan dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 yang berlangsung di Jakarta Convention Center 26 Februari-1 Maret.
Rancang bertema Miracle of The Sun ini, terinspirasi dari keindahan alam saat perjalanan menuju kota Kudus, dari pagi hingga petang hari. Suasana yang menampakkan matahari dari mulai terbit hingga matahari tenggelam, mengandung perpaduan warna-warna yang begitu menakjubkan, ada pendar kuning, abu, beige, dan hitam pada saat hari berganti malam.
Rancangan yang berjumlah 45 koleksi busana muslim bergaya syar'i tersebut menutupi tubuh, namun tetap elegan dan berdaya pakai tinggi sebagai busana yang bisa dipadupadankan. Garis desain bersiluet A dengan layering dan apron, yang mudah dibongkar pasang.
Detail busana mengedepankan cutting asimetris tanpa emblishment yang rumit, sehingga terlihat lebih bersahaja sesuai kaidah. Unsur bordir dan batik Kudus ditambahkan sebagai aksen pemanis, yang menandakan koleksi busana ini tetap memperhatikan kekayaan lokal.
Sedangkan aksesoris handmade menjadi pelengkap keseluruhan tampilan dari koleksi tersebut.
Irna Mutiara, desainier kondang yang membimbing para siswa tersebut, menuturkan Indonesia Fashion Week merupakan sebuah langkah progresif sekaligus sebagai awal yang baik untuk mengenalkan pada dunia bahwa siswa pada tingkat SMK, memiliki kemampuan membuat busana muslim yang patut diperhitungkan.
“Sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, dan kekayaan warisan budaya di bidang busana, Indonesia memiliki keunggulan untuk menjadi kiblat busana muslim dunia,” kata Irna.
Dia menuturkan potensi industri kreatif busana muslim di Indonesia cukup besar. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Djarum Foundation berkolaborasi dengan Irna Mutiara dan Bank BNI, mengembangkan program tata busana di Sekolah Menengah Kejuruan. Salah satunya SMK Nahdlatul Ulama Banat, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Kegiatan dengan cita-cita menjadi kiblat busana muslim dunia melalui sekolah menengah ini, antara lain meliputi pengembangan kurikulum busana muslim, pelatihan guru, serta bantuan infrastruktur pendidikan.
Selain mencetak tenaga terampil yang mahir secara teknik, para siswa juga dibekali dengan kemampuan mengembangkan tren busana muslim yang sesuai syariah, dengan memadukan unsur warisan budaya, seperti batik dan bordir pada setiap balutan rancangannya.
Para siswa juga dikenalkan pada desain dan teknik membatik, khususnya Batik Kudus. Batik Kudus memiliki ragam motif yang unik, hal ini disebabkan oleh pengaruh budaya Tiongkok, Arab dan Jawa yang kental, kemudian melebur dalam satu maha karya multi kultur.
"Busana muslim dari atas ke bawah itu banyak sekali yang bisa dikembangkan, mulai dari kerudung, busana, dan aksesoris semuanya bisa berkembang menjadi industri masyarakat. Karena itu programpeningkatan mutu SMK jurusan Tata Busana diselaraskan dengan awal hingga akhir proses produksi busana muslim,” tambah Irna.