Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia memiliki peluang menjadi kiblat busana Muslim dunia.Sebagai negara yang mayoritas masyarakatnya Muslim, Indonesia memiliki banyak desainer busana Muslim yang berprestasi di ajang internasional.
"Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kiblat fashion Muslim di dunia. Selain karena memiliki desainer busana muslim yang berbakat, besarnya populasi menjadikan fashion Muslim cepat berkembang," tutur Diajeng Lestari, CEO HijUp.com.
Salah satu upaya mencapai visi Indonesia kiblat busana Muslim dunia adalah memperkenalkan karya desainer Indonesia ke panggung internasional. Mercedes-Benz Fashion Week Tokyo 2015 bisa menjadi langkah awal mewujudkan mimpi itu.
Pasalnya, perancang busana Muslim Indonesia berhasil lolos dan diundang dalam gelaran fashion internasional tersebut.
Restu Anggraini akan mewakili Indonesia dalam ajang fesyen terbesar di Jepang.
Dia menampilkan koleksi terbarunya bertajuk Femme de la Creme.
Kalimat yang berasal dari idiom Prancis tersebut memiliki makna terbaik dari yang terbaik.
Saya mengharapkan perempuan yang menggunakan busana rancangan saya bisa menjadi perempuan yang terbaik, tuturnya.
Dia akan menampilkan busana Autumn Winter 2015 dengan sentuhan Indonesia.
Jika kebanyakan desainer memilih kain tradisional sebagai ciri khas Indonesia, lain dengan pilihan Restu.
Perempuan muda ini memilih anyaman sebagai sentuhan Indonesia dalam busana rancangannya.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak hal yang menarik termasuk anyaman.
Dengan label ETU, busana tersebut mewakili busana Muslim untuk bekerja.
Potongan dan gaya pakaian tersebut terinspirasi dari menswear yang memiliki potongan boxy dan oversized.
Dua hal tersebut sesuai dengan ketentuan pakaian Muslim yang tidak boleh memperlihatkan bentuk tubuh.
Menurut Ajeng, jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini bisa dipergunakan sebagai ajang perkenalan produk Indonesia di mata internasional.
Namun, tentunya produk yang disiapkan pun harus memenuhi kualitas internasional.
Perempuan yang pernah bekerja di perusahan market research ini menceritakan banyak perusahan asing terutama brand fesyen yang ingin membuka cabangnya di Indonesia.
Perilaku ini didorong hasil riset yang menunjukkan pasar Indonesia sangat strategis.
Ajeng menambahkan, negara ini pun harus menunjukkan kemampuannya memperkenalkan produk hingga ke manca negara.Salah satunya produk pakaian Muslim.
Restu pun menekankan upaya go international ini memerlukan banyak dukungan.
Sebuah mimpi dan ide tanpa dukungan menurutnya hanya akan berakhir sebagai sebuah harapan.
Namun, jika berbagai pihak bekerja-sama, hal yang mustahil pun menurutnya bisa menjadi kenyataanl.
Melalui busana Muslim ini, Ajeng dan Restu berharap dapat mendukung perekonomian Indonesia serta mengharumkan nama baik Tanah Air di panggung internasional.
"Pada 1945 rakyat berjuang menggunakan bambu runcing sebagai senjata, sekarang di abad 21 kami tidak menggunakan senjata. Tetapi melalui ekonomi. Yang dilakukan Etu (Restu) merupakan salah satu perjuangan untuk ekonomi negara ini," tutur Ajeng.