Bisnis.com, JAKARTA - Tawa membahana dari penonton yang memenuhi kursi di Gedung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Senin (27/4), saat menyaksikan pergelaran seni tradisi ketoprak berlakon Pangeran Samber Nyowo.
Pergelaran hasil kerja sama Adhi Budaya pimpinan seniman senior Aries Mukadi, bekerja sama dengan senior editor dan masyarakat keuangan-perbankan ini penuh adegan pemain lupa dialog dan nama tokoh yang diperankannya.
Maklum saja, para pemain ketoprak kali ini bukan profesional tetapi berasal dari kalangan perbankan dan senior editor. Tidak mengherankan jika istilah perbankan dan ekonomi banyak terselip dalam dialog cerita berlatar belakang sejarah pada 1740.
Latar belakang sejarah tidak membuat ketoprak yang di sutradarai oleh Aries Mukadi menjadi membosankan.
Pertunjukan ini tidak lupa menyelipkan kritik sosial tentang situasi kekinian yang terlihat pada adegan masuknya Pangeran Samber Nyowo yang diperankan Sulasno Lasmono ke atas panggung.
Kepada sang istri Raden Ayu Inten Ratu Bandoro yang dimainkan Dewan Komisioner OJK Ilya Avianti, Pangeran Samber Nyowo ber sumpah berjuang melawan pasukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang mencampuri pemerintahan Kraton Mataram.
”Negara Mataram yang subur diobrak-abrik oleh VOC. Mengadu domba, aturan diputarbalikkan, hukum mengikuti kekuasaan, pajak naik, beras susah, BBM naik. Aku bersumpah melawan VOC demi kesejahteraan masyarakat,” serunya di depan ibunda Raden Ayu Kusumonarso yang diperankan Komisaris Bank Mandiri Aviliani.
Sejumlah praktisi di kalangan perbankan berperan dalam pergelaran yang berakhir sampai pukul 22.30 WIB itu, a.l. Ketua OJK Muliaman Hadad, Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah, Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono, Presiden Direktur Mandiri Sekuritas Abip rayadi Riyanto, Direktur Bank BTPN Anika Faisal, Wakil Direktur Utama Bank Jasa Jakarta Lisawati, dan Presiden Direktur Bank OCBC NISP Surjaudaja.
PEMILIHAN LAKON
Sutradara sekaligus pimpinan Adhi Budaya Aries Mukadi menuturkan pemilihan lakon Pangeran Samber Nyowo sangat pas. Kondisi yang terjadi di zaman Mataram pada 1740 sesuai dengan situasi saat ini.
Pada zaman itu, rakyat kecil sangat kesusahan mencukupi kebutuhan hidupnya karena kekuasaan kongsi dagang asal Belanda itu. Kebencian Pangeran Samber Nyowo terhadap VOC terpicu karena melihat kondisi rakyat yang menderita.
”Kondisi saat ini, saya tidak izinkan permainan ini mengkritik pemerintahan dan menyakiti hati orang lain. Kritik sosial yang muncul dari pemain hanya improvisasi. Mengingat lakon ini menceritakan yang [kondisi masyarakat] susah, pasti dengan emosi kemarahannya kritik itu keluar dengan sendirinya,” ujar Aries.
Aries mengakui tantangan dalam pergelaran ini adalah mengumpulkan para pemain yang merupakan pejabat di industri perbankan, ekonomi, dan media. Persiapan pergelaran seni ketoprak yang berdurasi tiga jam ini hanya dilakukan dua minggu dengan dua kali latihan.
”Itu pun setiap kali latihan tidak komplit. Saya sebagai sutradara hanya memberikan garis besar ceritanya dan pembicaraan sesuai dengan benang merahnya. Para pemain diberi kesempatakan untuk berimprovisasi,” katanya. Hadirnya bintang tamu dari ranah hiburan a.l. Eko Dj, Whawhien Laora, Marwoto, dan Kirun menyeimbangkan pola pertunjukan tersebut.
Aviliani mengaku tidak kesulitan terlibat dalam pergelaran seni ketoprak ini. Keterlibatannya dalam pentas budaya kali ini sudah kelima kalinya. ”Meskipun dialognya tidak persis sama, yang penting konteksnya sama,” tutur perempuan berparas cantik ini. Antusiasme kalangan profesional terhadap seni ketoprak diakui sebagai menjadi tanda bergairahnya apresasi khalayak kepada dunia ketoprak.
Dia mengharapkan apresiasi yang semakin meningkat membuat kehidupan seniman dapat lebih baik, manajemen gedung pertunjukan dapat menyelenggarakan tontonan gratis bagi masyarakat, dan fasilitas penunjang dapat diperbarui.
”Semua ini menunjukan respons positif terhadap budaya. Salah satunya dengan cara melibatkan orang profesional,” tuturnya. (AZIZAH NUR ALFI & DIENA LESTAR)