Pemandangan Wakatobi dari udara/rt.wildasia.org
Travel

Sambut Perantau Pulang, Wakatobi Gelar Festival Potapaki

Dimas Novita Sari
Rabu, 10 Juni 2015 - 20:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Wakatobi mempunyai acara khusus untuk menyambut perantau yang pulang ke daerah asalnya dengan menggelar Festival Potapaki. Pada tahun ini pesta rakyat tersebut akan digelar pada 10 Juni-19 Juli 2015.

Seperti yang dikutip dari situs resmi pariwisata Indonesia, Wonderful Indonesia, Rabu (10/6/2015),  kegiatan tersebut berlangsung di Desa Kulati Desa Kulati, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dalam bahasa setempat, potapaki bermakna mari bermusyawarah, sehingga festival tersebut merupakan ajang bersuka ria, melepas rindu, sekaligus musyawarah besar saat perantau kembali ke desanya.

Tak hanya itu, acara tiga tahunan Potapaki juga menghadirkan berbagai atraksi budaya berupa tarian, nyanyian, permainan daerah , lomba, dan kegiatan keagamaan. Jangan lewatkan pula pengalaman pesta barbeque ala Kulati yang disebut Hematua.

Seluruh penduduk akan berkumpul di tepi pantai untuk memasak berbagai hasil laut dan bumi di atas batu yang sudah dibakar.

Puncak acara festival yang jatuh pada Hari Raya Idul Fitri atau pada 17 Juli mendatang akan menghadirkan dua jenis arak-arakan, yaitu Lemba Kangsodha dan Pajuju.

Lemba Kangsodha adalah arak-arakan remaja yang baru saja menginjak usia akil balig. Remaja putera dan puteri itu dipikul dengan tandu berhiaskan bunga setelah melewati masa pingitan selama 8 hari 8 malam yang dikenal dengan ritual Sombo Alalungku.

Dalam arak-arakan tersebut juga terdapat arak-arakan Pajuju yakni tumpukan kue karasi (kue tradisional khas Wakatobi) yang dibentuk menyerupai kubah bertingkat dan diisi makanan lokal termasuk hasil laut seperti ikan, lobster, dan kerang.

Tingkatan kubah Pajuju erat hubungannya dengan ajaran Islam yakni bertingkat tiga yang menggambarkan baitullah sekaligus mengingatkan untuk beribadah haji. Kemudian, tingkat selanjutnya yakni tingkat lima mengingatkan untuk sholat lima waktu.

Pajuju terbesar bertingkat tujuh yang mencerminkan jumlah hari dalam seminggu dan tingkatan langit di alam semesta. Pajuju setinggi 4,5 meter dengan lingkar tengah 3 meter ini akan dipikul oleh 100 orang.

Pajuju biasanya ditutup dengan Manga Lebu-Lebu atau makan bersama penuh keakraban antara seluruh penduduk desa dan pengunjung.

Festival Potapaki akan ditutup dengan pelepasan 1.000 anak penyu di Pantai Hu’untete pada tanggal 19 Juli 2015. Hal ini sejalan dengan upaya masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar, baik darat maupun laut.

Potapaki merupakan tradisi Desa Kulati sejak zaman dahulu tetapi baru beberapa tahun terakhir dikemas sebagai festival. Tahun ini merupakan keempat kalinya festival tersebut diselenggarakan dengan dana swadaya masyarakat, guna melestarikan sekaligus memperkenalkan budaya setempat kepada masyarakat luas, baik domestik maupun mancanegara.

Desa Kulati sendiri merupakan sebuah desa di Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.  Kulati menjadi rumah bagi beragam kebudayaan yang masih terjaga serta panorama terbaik di Pulau Tomia.

Indahnya pantai dengan hamparan pasir putih, air laut sejernih kristal, dan barisan tebing gagah pemecah ombak merupakan sebagain pesona yang ditawarkan desa ini. Belum lagi keindahan bawah lautnya yang sulit ditandingi dengan menghadirkan beraneka biota laut dan sensasi menjelajahi bangkai kapal perang Jepang.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro