Bisnis.com, DENPASAR- Para seniman asal Bali yang menamakan dirinya sebagai kelompok Militan Art akan menggelar pameran bertajuk Ulu Teben di Bentara Budaya Bali pada 22-30 Juni 2015. Sementara untuk pembukaannya akan digelar pada 21 Juni 2015.
Namun, bedanya dalam pameran ini para seniman diwajibakan untuk lepas dari pakem dan bingkai penciptaaan karya yang selama ini membatasi karya mereka. Para seniman diharapkan mampu menampilkan karya sebebas-bebasnya, sehingga mampu menampilkan ekspresi dari diri mereka sendiri.
Di sisi lain, dalam pameran ini diharapkan akan muncul karya-karya yang berbeda dan tak biasa dari para seniman Militan Art tersebut. Hal tersebut dilakukan karena para seniman merasa pakem dan bingkai penciptaan yang selama ini mereka gunakan, justru menjadi batu sandungan dan juga pembatas bagi imajinasi liar mereka.
Hal ini sejalan dengan tema yang mereka angkat yakni Ulu Teben, yang diambil dari bahasa Bali. Ulu Teben diambil dari kata luaan yang berarti hulu dan teben yang berarti hilir.
Berdasarkan konsepsi Bali, Ulu diidentikkan dengan gunung, sedangkan Teben dianggap mewakili laut. Secara filosofi, Ulu Teben juga kerap disandingkan dengan Kaja-Kelod (utara-selatan), Tegeh–Lebah (tinggi–rendah) dan sebagainya, yang secara umum mencerminkan konsep Rwa Bhinneda, yakni dua hal yang bertentangan tetapi saling melengkapi.
Akan ada 30 perupa dari Militan Art yang akan ikut dalam pameran ini. Mereka antara lain Made Wiradana, Made Supena, Diwarupa, Ida Bagus Purwa, Sujana Kenyem , Galung Wiratmaja , Lekung Sugantika, Wayan Paramartha, Made Gunawan, I Gede Pande Paramartha, Somya Prabawa, Edy Asmara, Wayan Naya, Decko, Nyoman Pande Wijaya Suta, I Gusti Buda, Gung Putra, Antho, Agus “Dangap” Murdika, Ngurah Paramartha, I Ketut Suasana “Kabul”, I Gede Jaya Putra “Dekde”, Atmi Kristiadewi, Made Kaek, Teja Astawa, Putu Bonuz, Made Kenak Dwi Adnyana, Uuk Paramahita, Wayan Suja, dan Ketut Tenang.
Dilansir dari laman Bentara Budaya Bali, tema pameran kali adalah sebuah upaya untuk merespon tema Bentara Budaya tahun 2015 ini, yakni Giri Bahari atau di Bali dikenal dengan Nyegara Giri.
Tema tersebut merupakakonsep harmonis yang mempertautkan kehidupan sosial kultural pegunungan dan pesisir (lautan) dalam satu kesatuan Nilai, menjadi acuan dalam kehidupan keseharian maupun ritual serta upacara.