Pande Wayan Suteja Neka. /padebaik.com
Fashion

Mengenal Keris Jawa dengan Sang Empu

Wike Dita Herlinda
Senin, 28 September 2015 - 14:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ada alasan mengapa keris didapuk dengan titel Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO pada November 2005. Pusaka Nusantara itu merupakan saksi sejarah pembentukan strata sosial dalam masyarakat adat bangsa ini.

Sejarahwan kerissekaligus budayawan dan seniman asal BaliPande Wayan Suteja Neka mengatakan kelekatan keris dengan budaya bangsa tidak hanya mendarah daging di Jawa. Di Pulau Dewata, keris pun dilestarikan sebagai pusaka sakral dan bagian dari tradisi.

Pendiri Museum Neka Ubud yang lahir pada 1939 itu menjelaskan secara historis keris Bali merupakan cerminan dari kekuatan ekspansi kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, khususnya Kerajaan Majapahit.

Pada era modern, lanjutnya, fungsi keris pun beralih dari senjata menjadi pengayom. Itulah sebabnya, masyarakat adat di Bali tidak pernah lupa menyematkan keris dalam setiap kegiatan. Pande-pande penempa keris pun terus dilestarikan hingga sekarang.

Bagaimana peran Anda terhadap dunia perkerisan Nusantara?

Saya pernah meraih dua penghargaan dari Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) sebagai pelestari budaya keris sekaligus sebagai dewan pakar atas jasa-jasa sebagai pelestari budaya keris di Bali.

Penghargaan itu saya terima pada 2010, dalam ajang Kris for the World di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Saya juga dinobatkan dengan gelar Jejeneng Mpu Keris (JMK) karena koleksi, pengetahuan, dan kemampuan saya mengenai perkerisan.

Mengoleksi keris sejak kapan? Bagaimana awalnya?

Saya sudah mengoleksi keris sejak 1970. Sebab, leluhur sayanamanya Pande Panedengadalah seorang empu keris dari Kerajaan Ubud pada abad ke-19. Jadi, secara silsilah saya sudah lama bergelut dengan keris karena leluhur saya sendiri adalah empu keris.

Nah, karena UNESCO pada November 2005 mengukuhkan keris sebagai karya agung warisan kemanusiaan untuk seluruh bangsa di dunia, saya berbangga hati mengumpulkan keris-keris saya untuk diteliti.

Saya minta bantuan kurator/pakar keris Sukoyo Hadi Negoro dari Surabaya untuk meneliti keris-keris saya, apakah pantas dikoleksi di museum atau tidak. Jadi, semua yang saya koleksi adalah hasil seleksi dari kurator keris.

Berapa koleksinya sampai saat ini? Dari mana saja?

Saya punya 300 keris, terdiri dari 27 bilah keris dari kerjaaan-kerajaan di Bali, 100 keris kuno, dan sisanya adalah keris Kamardikan yang dibuat sesudah Indonesia meredeka dari pembuat keris yang ada di Madura, Jogja, dan Solo.

Mendapatkan koleksinya bagaimana?

Sebelumnya saya sudah punya ratusan keris, warisan leluhur. Selanjutnya, karena banyak yang tahu saya akan membuka museum, kolektor-kolektor keris banyak yang menawarkan koleksi mereka untuk dipajang di museum saya.

Beranjak ke masalah sejarah, bagaimana sejarah perkerisan di Bali?

Keris di Bali itu sama saja sejarahnya dengan keris dari daerah lain. Di Bali, keris berkembang sejak 1343, saat Pulau Dewata ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit.

Karena penaklukkan oleh Majapahit itu, di Bali banyak raja-raja yang datang dari Jawa. Mereka turut serta membawa empu-empunya ke Bali.

Dari situlah lantas para penempa dan empu-empu yang sudah ada di Bali bergabung dengan empu-empu yang datang dari Majapahit. Sejak saat itu, berkembanglah tradisi empu keris di Bali sampai saat ini. Jadi, keris Bali banyak dipengaruhi oleh gaya Majapahit.

Perbedaannya dengan keris Jawa?

Empu-empu atau maestro keris asli di Jawa sudah sangat jarang. Beberapa karya terakhir, misalnya Ki Empu Djeno Harumbrodjo dari Yogyakarta. Lalu ada juga Empu Sukamdi dari Surakarta [Solo].

Nah, kalau di Bali empu-empu keris sampai saat ini masih banyak dan masih hidup. Budaya perkerisan sampai sekarang juga masih bertahan di banyak daerah.

Kalau dari segi fisik, perbedaan utama keris Jawa dan Bali terletak pada ukuran. Keris Jawa ukurannya lebih kecil ketimbang keris Bali. Namun, hiasan keris Bali lebih artistik karena digabungkan dengan ukir-ukiran khas Bali.

Keris Jawa, selain ukurannya lebih kecil,danganan-nya juga cenderung polos. Keris Bali ada yang namanya keris Gerantim, ada yang bentuknya patung Togog, ada juga yang bentuknya seperti ulat yang akan menjadi kupu-kupu alias kepompong.

Empu di Bali yang masih banyak di mana saja?

Di Kusamba Klungkung masih ada beberapa. Di Denpasar juga masih ada. Sebenarnya, di tiap kabupaten ada dan dilestarikan, karena keris adalah bagian dari kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Bali.

Lantas, apa fungsi keris dalam kehidupan sosial masyarakat adat di Bali?

Kalau zaman kerajaan, atau sebelum ada museum, tentunya keris digunakan untuk berperang. Namun, setelah zaman itu berakhir, keris lebih banyak digunakan sebagai penjaga, pengamong, dan untuk upacara adat.

Banyak upacara adat di Bali menggunakan keris, terutama untuk perkawinan. Pasti harus pakai keris. Pengantin laki-laki harus membawa keris. Upacara-upacara dengan pakaian kebesaran Bali juga harus menyertakan keris.

Keris jenis apa yang dipakai?

Keris yang dipasupati alias disakralkan.

Bagaimana peran keris dalam pembentukan strata sosial?

Tentunya ada perbedaan jenis keris untuk golongan masyarakt tertentu. Biasanya, keris yang dipegang untuk kerajaan memilikidanganan[pegangan/handle] yang berbentuk patung Togog dan terbuat dari emas.

Kalau untuk orang biasanya,danganan-nya biasanya hanya berbentuk bonggolan biasa. Selain bentuknya, kemampuan keris dari masing-masing strata juga berbeda. Kelihatan jelas, keris yang bernilai tinggi itu adalah bekas milik bangsawan.

Selain penggunaan, keris dibedakan berdasarkan apa saja?

Jenisnya. Ada keris lurus dan ada yang ber-luk. Keris yang lurus itu memiliki makna berhati lurus, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak gampang tergoda.

Keris yang ber-lukitu yang terbaik apabilaluk-nya menyerupai filosofi ular mengejar katak. Artinya, hidup ini memiliki tujuan tertentu atau cita-cita tertentu yang akan dituju.

Bagaimana menentukan nilai keris?

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhisebagaimana dinilai oleh UNESCObaik dari segiwangun, komposisi besi-baja, polapamor-nya, maupun nilai garap atau kerapiannya.

Polapamordalam keris itu dilihat dari guratan-guratan yang ada di bilahnya. Ada yang berbentuk abstrak maupun figuratif, semuanya tergantung dari hasil penempaan yang berulang-ulang dan dilipat-lipat dari bahan besi, baja, dan nikel murni.

Kalau untuk keris-keris kuno, yang diakui aspeknya a.l. sejarah, seni, sosial, simbolis, teknologi, tradisi, filosofi, dan mistik. Mistik itu tidak dapat dipisahkan dari budaya perkerisan, karena itu menyangkut keyakinan.

Bagaimana membedakan keris yang asli dan yang palsu?

Itu kita bisa lihat dariwangun-nya, polapamor, sertatang ting danting ting-nya. Dari situ kita bisa bedakan keris yang benar-benar kuno dan diaku-aku sebagai kuno.

Ting ting itu bunyinya. Kalau tidak bagus, dia tidak akan nyaring. Kalau bisa nyaring itu adalah karena kematangan penempaannya. Tang ting itu keseimbangannya. Kalau bagus, dia pasti bisa berdiri tanpa dipegangi.

Kalau ada keris yang dikunokan tapi tidak kuno, pati akan langsung kelihatan kalau kita sudah biasa melihat keris.

Kalau dari koleksi Anda, mana yang paling bernilai tinggi?

Keris dari abad ke-13 yang bersejarah. Asalnya dari Karangasem di Bali Timur. Ada juga Ki Gagak Pethak dari Buleleng. Ki itu berarti orang tua yang dimuliakan.

Bagaimana perawatan keris yang baik?

Biasanya tiap bulan dikasih minyak khusus keris. Ada itu. Harus dipelihara karena bagaimanapun keris itukanbesi dan baja. Jadi, harus dirawat baik-baik supaya tidak karatan.

Bagaimana dengan stigma mistis yang melekat pada keris?

Itu bagian dari kepercayaan. Semua keris kalau dipakai untuk upacara Pakaian Gede [baju adat/pakaian tradisional] atau perkawinan pasti harus menggunakan pakaian lengkap dan didoakan.

Lalu, keris juga dipakai untuk mendoakan saat ada bangunan baru. Supaya bangunan tersebut selamat, didoakan dengan menggunakan keris dan sesajen.

Bagaimana pendapat tentang makin maraknya kolektor keris dari generasi muda?

Itu bagus. Karena, seperti yang saya bilang, keris adalah bagian dari budaya yang disahkan UNESCO. Di Bali malah sering sekali ada pameran-pameran keris.

Penggemar keris mulai bangkit lagi sejak pengukuhan dari UNESCO itu. Bahkan di sini, kalau ada pertemuan-pertemuan di desa-desa wajib membawa keris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro