Bisnis.com, JAKARTA--Di salah satu ruangan sebuah hotel di Jakarta, para juri Festival Film Indonesia yang berasal dari praktisi di bidang film, sosiolog hingga budayawan melakukan penjurian untuk menetapkan satu kandidat yang mewakili masing-masing nominasi.
Juri-juri duduk di sofa seperti di rumah dan mengamati adegan demi adegan Film Filosofi Kopi karya Angga Dwimas Sasongko melalui sebuah televisi lengkap dengan piranti yang memberikan penilaian lebih detail. Suasana yang santai itu sengaja diciptakan.
Menurut Jajang C Noer yang menjadi Ketua Dewan Juri, hari ini terdapat empat film yang dinilai. Tahap ini merupakan tahap akhir karena melalui proses ini didapatkan satu calon yang akan memegang piala citra. Adapun, keempat film yang dinilai hari ini yaitu Air Mata Surga, Filosofi Kopi, Nada Untuk Asa dan Kapan Kawin?
Sedangkan, juri yang sedang menilai seperti Perancang Mode Ghea Panggabean, Kritikus Seni Tomy Awuy dan Sastrawan Rayni N Massardi. Lebih lanjut, di tahap ini ditambah 15 juri yang berasal dari berbagai ahli di bidangnya yang menunjang penilaian lebih baik. "Air Mata Surga, Filosofi Kopi, Nada Untuk Asa dan Kapan Kawin? Dengan komen-komen masing-masing. 15 orang ini adalah pakar-pakar di bidangnya," ujarnya dalam jumpa pers di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (17/11/2015).
Cara ini, menurut Ketua Panitia FFI 2015 Olga Lydia, bisa mempermudah sekaligus menghasilkan nilai yang lebih objektif. Perusahaan di bidang elektronik yaitu Samsung memfasilitasi juri dengan Samsung UHD TV beserta home theater agar bisa memberikan penilaian yang lebih detail. "Untuk memudahkan, kami bekerja sama dengan art preneur dan Samsung agar juri-juri bisa nonton. Samsung menginstalasi tak hanya tv juga home theater," katanya.