Bisnis.com, JAKARTA - Seniman senior asal Tegal, Jawa Tengah, Entang Wiharso kembali merilis karya instalasinya menyoal isu-isu kritis yang hadir di tengah masyarakat. Kali ini, Entang menggandeng seniman asal Australia Sally Smart untuk menggelar pameran bertajuk Conversation: Endless Acts in Human History di Galeri Nasional, Jakarta, yang berlangsung hingga 1 Februari 2016.
Menurut Entang, pameran dapat berlangsung berdasarkan rasa percaya untuk berkarya dan berkolaborasi, sekaligus menggelar pameran bersama. “Karya-karya ini komitmen kami berdua untuk membuat pernyataan bahwa pameran ini tidak bersifat kebetulan, tetapi diciptakan. Sebagai seniman profesional, tidak mudah membuat rasa saling percaya. Terkadang, masing-masing dari kami memiliki ego tinggi. Biasanya kolaborasi diindentikkan dengan material. Kami tidak ingin berhenti di unsur material. Kami ingin melampaui itu. Jadi, yang dipandang adalah konseptual act, seperti itulah praktik konsep saya dengan Sally,” tutur pria berusia 48 tahun itu.
Kurator pameran Suwarno Wisetrotomo menilai pameran kolaborasi antara Entang dan Smart merupakan suatu forum dialog antardua seniman berbeda negara, melalui karya yang mengangkat sejumlah isu kritis. “Karya-karya seni ciptaan mereka merupakan pernyataan, komentar, dan opini terhadap suatu yang ingin dikomunikasikan dengan orang lain. Jika dua seniman yang memiliki kesamaan karakter dan ketertarikannya terhadap isu-isu kritis, bertemu dan bekerja sama untuk mengadakan pameran, maka pameran itu dapat dijadikan sebagai tempat mereka berdialog,” tutur Suwarno.
Dalam pameran kali ini, Entang memamerkan salah satu karyanya yang dipamerkan bertajuk Self Potrait (Digital Print, 200x124 cm, 2015). Menurutnya, hasil karyanya tersebut dimaksudkan untuk mengingat kembali memori masyarakat pada masa lalu. “Karya ini menjadi public portrait. Setiap orang saling terkait, misalnya, ingat Bruce Lee dalam film dan sebagainya. Memori itu dibangun kembali sampai akhirnya menjadi public portrait. Karya ini menghadirkan persoalan cutting dari lembaran akrilik dibentuk seperti bentuk gawai iPhone,” katanya.
Instalasi yang berwujud susunan aklirik yang disusun seperti album foto dan kemudian digantungkan dalam kerangka besi ini dibuat berdasarkan pengamatan Entang, bahwa pada dasarnya tubuh manusia menjadi mediator gelombang elektromagnetik yang berasal dari televisi, radio, atau gawai. Tanpa sadar, peristiwa itu berpengaruh terhadap prilaku hidup manusia. Entang menangkap fenomena tersebut dan membuatnya dalam bentuk instalasi Self Potrait tersebut.
Karya Entang ini ternyata linier dengan karya Smart yang bertajuk Choreography of Collage (Pertunjukan), (Wall assemblage installation, 350x1.150 cm, 2015). Menurut Sally, dia turut memerhatikan aspek psikologis dalam membuat karya yang dipamerkan itu. “Saya membuat elemen kolase berhubungan satu sama lain. Hal tersebut ditujukan untuk menekankan intensitas psikologis dan emosional termasuk humor. Instalasi lukisan, dan video dihubungkan menggunakan teknik kolase,” ungkap Smart.
Karya ini menunjukkan proses bagaimana hubungan antara satu dan yang lainnya dalam bentuk tarian. Smart dengan sangat cerdas mendedahkan dan memisahkan setiap elemen tarian dalam papan tulis berukuran besar, dengan sangat jelas. Pemahaman tentang tubuh dan setiap gerakan yang dihasilkan, dijadikan Smart sebagai pondasi untuk mengungkapkan setiap asep dalam kehidupan. Sungguh percakapan batin yang sangat ‘cerdas’ diantara dua seniman lintas negara ini.