ISPA. /Bisnis.com
Health

Jangan Menyepelekan Gejala ISPA pada Anak

Rezza Aji Pratama
Minggu, 31 Januari 2016 - 02:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang pertengahan tahun lalu bencana kabut asap menimpa sejumlah daerah di Tanah Air. Akibatnya, angka penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) meningkat tajam. Seberapa besar sebenarnya bahaya ISPA?

ISPA merupakan kondisi ketika terjadi infeksi di sistem pernafasan atas seperti sinus dan tenggorokan. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Penderita penyakit ini biasa memiliki keluhan batuk, sakit kepala, badan pegal-pegal dan sakit pada tenggorokan.

Menurut dokter spesialis pneumonia Arifin Nawas penanganan ISPA biasanya dilakukan dengan memberikan obat antibiotik. Namun, tidak sedikit juga gejala ISPA yang akan sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan antibiotik.

Gejala ISPA terutama pada anak-anak harus ditanggapi secara serius. Pasalnya, ISPA merupakan fase awal yang jika memburuk akan memicu terjadinya pneumonia atau radang paru akut.

Sama seperti ISPA, pneumonia juga diakibatkan oleh bakteri yang menyebabkan infeksi. Gejalanya mulai dari demam yang disertai batuk  dan sesak nafas. Pada pneumonia batuk biasanya sangat sering terjadi dengan perubahan warna dahak menjadi kuning hingga kehijauan.

“Jika terjadi pada pada anak gejala ini harus sangat diperhatikan karena bisa menyebabkan kematian,” katanya.

Gejala pneumonia terutama pada anak juga bisa dilihat dari peningkatan frekuensi nafas. Jika lebih dari 80 kemungkinan besar penyakit radang paru akut terjadi. Arifin menuturkan, kecepatan dalam mendeteksi gejala penyakit ini akan berdampak besar pada keberhasilan pengobatan.

Untuk mencegah terjadinya pneumonia, saat ini sebenarnya sudah dikembangkan vaksin pencegahannya.  Selain itu, kecepatan dalam pengobatan ISPA juga bisa mencegah kemungkinan munculnya pneumonia.

Mengapa ISPA bisa meningkat menjadi pneumonia? Arifin menjelaskan ISPA akan menyerang saluran pernafasan atas. Jika terjadi kolonisasi atau berkembangnya kuman di saluran pernafasan tersebut hingga di atas 1 juta kuman, kuman-kuman tersebut akan turun ke paru-paru.

Kolonisasi kuman sendiri bisa dipicu oleh daya tahan tubuh yang menurun dan jenis kuman yang semakin ganas. Selain itu, faktor asam lambung juga akan mempengaruhi gejala pneumonia. “Kadang-kadang asam di lambung kita tidak cukup asam sehinga tidak cukup ampuh untuk membunuh kuman,” katanya.

Arifin menjelaskan penderita ISPA harus mempertahankan daya tahan tubuhnya. Faktor makanan sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Namun, konsumsi rokok dan alkohol sebaiknya di hindari karena kan menggerus daya tahan tubuh.

Faktor asap juga akan semakin memperburuk kondisi penderita ISPA. Pasalnya, beberapa partikel asap seperti C02 akan sangat berbahaya bagi penderita infeksi saluran pernafasan ini.

Bagi penderita ISPA, beberapa langkah ini bisa menjadi perhatian. Jika diakibatkan oleh virus, istirahat yang cukup dan menjaga pola makan sebenarnya sudah cukup. Namun, jika terjadi demam maka pemberian antibiotic harus dilakukan.

Untuk mengetahui kuman penyebab infeksi dokter biasanya melakukan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas dengan terapi antibiotic empiric. Ini dilakukan jika kuman yang menyebabkan infeksi belum diketahui. Hal ini akan membantu memberikan jenis antibiotic yang tepat.

Pengobatan pneumonia bianya paling cepat dilakukan dalam 5-7 hari dengan memberikan antibiotik. Namun, kondisi ini menjadi tidak berlaku jika seseorang telah mengalami resisten antimikroba. Ini akibat penggunaan obat antibiotic yang tidak sesuai dosis. Jika hal tersebut terjadi, dokter biasanya akan mencabut penggunaan antibiotic dan memilih mengobati gejalanya.

Bagi penderita ISPA non spesifik atau rinofaringitis akut, pemberian antibiotic sebaiknya dilakukan. Faringitis akut pada orang dewasa biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Obat hanya diberikan untuk mengobati gejala yang timbul.

Menurut data World Health Organization, pneumonia merupakan pembunuh anak-anak tertinggi di dunia. Tidak kurang dari 1,1 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. Mengenali gejala dini pneumonia dan memberikan penanganan dengan cepat akan menyelamatkan nyawa anak-anak. 

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (31/1/2016)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro