Fariz RM. /Bisnis.com
Entertainment

FARIZ RM: Tuhan Tidak Memberikan yang Buruk

Novie Isnanda Pratama
Minggu, 13 Maret 2016 - 01:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Masih ingat dengan Fariz Rustam Munaf? Musisi sekaligus penyanyi, komposer dan arranger belum lama ini menggelar konser bertajuk Akustikonzerto di Motion Blue, Fairmont Hotel Senayan, Jakarta, dan tampil dalam gelaran jazz akbar, Java Jazz 2016.

Masih hangat dalam kenangan, pelantun lagu hits Barcelona itu menyapa hangat ratusan penonton dan penggemar dari penyanyi yang dikenal dengan nama Fariz RM.

Alumnus jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung tersebut menggaet enam musisi top seperti Eddy Syakroni yang dipercaya Fariz untuk mengisi posisi drum, Adi Darmawan pada posisi bass, Eugene pada saxophone, Iwan Miradz pada perkusi, Michael Alexander pada gitar dan Asri Dewi Lestari, putri dari musisi Sam Bimbo pada biola.

Dalam konser yang berjalan sekitar 120 menit tersebut, Fariz membawakan puluhan lagu-lagu hits sepanjang kariernya selama 40 tahun seperti Penari, dan Sungguh sebagai lagu pembuka.

Musisi kelahiran Jakarta, 5 Januari 1959 ini dikenal sebagai sosok yang memiliki gagasan yang berbeda dari seniman lainnya. Dia selalu berani melakukan terobosan dan gagasan baru lewat lagunya.

Hal tersebutlah yang dapat menginspirasi pemusik nasional lintas generasi di panggung musik Tanah Air. Tak sampai disitu, paman dari penyanyi Sherina Munaf ini dikenal sangat kritis.

Lagu berjudul Balada Potret Bangsa yang dibuat pada 2012 merupakan hasil pemikiran Fariz terkait rumitnya masalah yang terjadi di Tanah Air. Anda masih ingat lagu hits-nya yang berjudul Susie Bhelel? Lagu ini muncul berdasarkan pengamatannya pada fenomena anak muda yang saat itu banyak berkumpul di daerah Melawai, Jakarta.

“Bagi yang mudanya tinggal di Jakarta, mungkin tahu fenomena Lintas Melawai. Saat itu, anak anak muda Jakarta nongkrong di Jalan Melawai, Kebayoran Baru. Saya ingat ada seseorang yang saya tidak tahu asalnya, dia kaya dan nongkrong di Melawai juga,” ujarnya.

Nama Fariz mulai dikenal pada 1979, saat tergabung dalam grup musik Badai Band yang dimotori oleh Keenan Nasution. Saat itu, Badai Band dimotori oleh Chrisye sebagai vokalis dan bass, Yockie Surjoprajogo (keyboards), Keenan Nasution (drums), Oding Nasution (gitar), Roni Harahap (keyboard), dan Fariz RM (drums).

Permainan drum Faris memang luar biasa hebat. Pada kemudian hari dia dikenal sebagai musisi yang multi talenta. Semua itu terbukti saat dia merilis album Sakura (1980). Mulai dari aransemen lagu, bernyanyi, bermain drum, gitar, dan keyboard dia lakukan sendiri.

Sakura bahkan masuk dalam 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa menurut versi majalah Rolling Stone.

Di era 1980-an, Fariz juga dikenal sebagai musisi yang sangat akrab dengan musik MIDI, yang memudahkan penggunanya untuk memainkan musik secara simultan dalam sebuah perangkat.

Keterampilan yang dimiliki dan pergaulan yang luas dengan musisi di Jakarta dan Bandung membuat Fariz tidak pernah terkungkung dalam sekat genre musik. Beragam aliran musik dia akrabi. Mulai dari pop, R&B, soul funk, blues, rock, hingga jazz. Ketertarikannya dalam bermusik sudah muncul sejak Fariz duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Seusai sekolah, dia biasanya tidak langsung pulang ke rumahnya di jalan Maluku, Menteng Jakarta. Biasanya dia mampir ke kediaman musisi Keenan Nasution di jalan Pegangsaan Barat, Menteng untuk bermain drum. Rumah Keenan memang biasa dijadikan tempat berkumpul untuk bermusik.

Saat duduk di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Setiabudi, Jakarta, almarhum Chrisye memintanya untuk terlibat dalam album fenomenal Badai Pasti Berlalu, sebagai pemain drum. Kegiatannya bermusik ternyata juga mengantarkan SMAN 3 dikenal sebagai sekolah yang memiliki grup vokal yang prestasinya patut diacungi jempol.

Di sekolah ini, dia bergabung dalam grup vokal SMA 3 bersama dengan rekannya—yang dikemudian hari dikenal sebagai musisi—Adjie Soetama, dan Addie MS.

Seusai menamatkan pendidikan SMA di Jakarta, Fariz mendaftarkan diri ke jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Di Bandung dia tinggal bersama saudara sepupunya, Triawan Munaf yang sekarang menjabat sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif.

Di kota Kembang, nama Triawan dikenal sebagai pemain keyboards khususnya aliran rock. Bersama dengan penyanyi Dedy Stanzah, dia pernah bergabung dalam band Tripod United. Selain itu, dia membentuk Lizzard Band, bersama Harry Soebarja, dan kemudian diminta Benny Soebardja untuk menggantikan Deddy Dorres di band Giant Step.

Melalui Triawan, yang saat itu juga menjadi pemain keyboard dari Gang of Harry Roesli, Fariz dikenalkan dengan Harry Roesli, Benny Soebardja, dan Hari Soebardja. Di luar kegiatannya kuliah, Fariz mulai bergabung dengan komunitas musik Bandung. Pada 1980, Fariz dipercaya Benny Soebardja untuk menggarap dua album solonya yakni Setitik Harapan (1979) dan Lestari (1980).

Dalam dua album solo itu, Fariz bermain keyboards dan drums serta menulis lagu berikut aransemennya. Yang paling dikenang oleh penggemar musik hingga saat ini adalah karya Fariz yang masuk dalam album Barcelona. Album ini dirilis pada 1988 yang berisi lagu-lagu yang terispirasi dari perjalanannya ke Eropa pada 1987.

PROSES HIDUP

Setahun setelah melakukan perjalanan ke Eropa, dia melamar pujaan hatinya yakni Oneng Diana Riyadi pada 1989, dan dikaruniai tiga orang putra putri yakni kembar Ravenska Atwinda Difa dan Rivenski Atwinda Difa, serta Syaver gio Avia Difaputra.

Perjalanan hidup Fariz yang selama ini selalu diliputi hingar bingar ketenaran, ternyata mengalami pasang surut. Salah satunya adalah keterlibatannya dalam penggunaan obat terlarang. Dia menghadapi kasus yang dua kali menimpanya itu dengan sangat terbuka.

“Tidak ada yang ingin saya tutupi. Seperti masalah narkoba kemarin juga saya mau ceritakan, karena seperti itulah diri kita. Semakin kita membuka diri maka orang semakin respect ,” tuturnya.

Menurutnya, kesalahan itu adalah hal yang normal karena hal itulah salah satu cara untuk mengetahui kebenaran. “Yang [kasus] pertama mungkin memang menjadi pengguna, tetapi yang kedua kalinya itu masalah pergaulannya yang masih terlalu terbuka. Saat di dalam penjara, saya juga bikin album. Lagu-lagu itu mencerminkan fenomena seperti itu. Nantinya akan saya buka dalam pentas,” ujarnya.

Dia mengklaim pada saat dirinya masuk ke dalam jeruji besi bukanlah suatu musibah. Dia juga menegaskan bahwa semua yang terjadi dalam dirinya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada dirinya.

“Pada dasarnya mana ada musibah? Mana ada Tuhan menyusahkan kita? Itu semua adalah anugerah. Semua kejadian kalau kita bisa membaca hikmahnya, itu semua adalah anugerah, warning yang positif. Tuhan tidak memberikan sesuatu yang buruk,” ujarnya. (DIENA L ESTARI)

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (13/3/2016)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro