Bisnis.com, JAKARTA - Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Minggu (13/3/2016) sore resmi merilis novel O karya Eka Kurniawan. Novel itu disebut-sebut sebagai pembuktikan kejeniusan Eka Kurniawan sebagai penulis berkelas dunia.
Editor Senior Bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti, menuturkan novel O lebih kompleks dari novel Eka Kurniawan sebelumnya.
Dia menjelaskan bingkai-bingkai cerita disusun sedemikian rupa. Tiap bingkai bisa berdiri sendiri, tetapi bisa juga dinikmati sebagai satu kesatuan novel utuh.
Alur masing-masing bingkai saling beririsan. "Ini menunjukkan kejeniusan Eka sebagai penulis kelas dunia," katanya.
Secara keseluruhan, O bisa disebut sebagai fabel karena banyak menceritakan tokoh hewan-hewan dengan beberapa manusia, tetapi tidak murni fabel karena masih ada tokoh manusia dalam ceritanya.
Keunikan karakteristik inilah yang akhirnya membuat penerbit berani mencetak novel O dengan tiras awal sebanyak 15.000 eksemplar.
Dibutuhkan delapan tahun bagi Eka untuk menyelesaikan novel O.
Novel berkisah tentang kehidupan seekor monyet bernama O.
Novel O merupakan novel keempat/buku ketujuh Eka Kurniawan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
Karya sebelumnya adalah Corat-Coret di Toilet (2000), Cantik Itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), Gelak Sedih (2005), Cinta Tak Ada Mati (2005), dan Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014).
Novel pertamanya, Cantik Itu Luka, telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa dan oleh kritikus disandingkan dengan karya-larya Gabriel Garcia Marquez dan Fyodor Dostoevsky.
Sementara novel keduanya, Lelaki Harimau, telah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Italia, Korea, Jerman, dan Prancis.
Langkah penerjemahan ini sukses mengantar Eka Kurniawan memasuki jajaran sastrawan dunia.
Sehingga, pada 2015 Jurnal Foreign Policy menobatkannya sebagai salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia, karena berhasil menegaskan posisi Indonesia di peta kesusastraan dunia.
Baru-baru ini, Lelaki Harimau kembali mencatatkan prestasi gemilang dengan menjadi buku Indonesia pertama yang dinominasikan di ajang penghargaan sastra bergengsi dunia: The Man Booker International Prize.
Dalam longlist penghargaan ini Eka berbagi tempat dengan para penulis peraih Nobel Sastra yakni, Orhan Pamuk dan Kenzaburo Oe.
Terkait Novel O, Antaranews.com menuliskan bahwa "O" merupakan sebuah novel yang memiliki banyak lapisan cerita, dengan ringkasan pendek di sampul belakangnya sebagai "kisah tentang seekor monyet yang ingin menikah dengan Kaisar Dangdut".