Saat ini bangunan itu dipergunakan sebagai Kantor Pusat Yayasan Amanat Sultan Syarif Qasim.
Travel

Melongok Koleksi Langka Istana Siak

Asep Dadan Muhanda
Minggu, 27 Maret 2016 - 01:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Tidak banyak kerajaan di Indonesia yang menyisakan koleksi benda bersejarah cukup lengkap. Kerajaan Siak Sri Indrapura salah satu yang masih mempunyai koleksi berbagai benda kuno, dan perlengkapan kerajaan yang layak untuk diamati bagi penikmat wisata budaya dan sejarah.

Pada umumnya, kerajaan di Indonesia mengalami perang hebat, sehingga minim meninggalkan jejak berupa benda-benda dan kelengkapan istana serta isinya.  Istana Siak Sri Indrapura di Provinsi Riau, merupakan salah satu kerjaan yang hampir utuh meninggalkan koleksi benda-benda kuno dan langka. Bahkan, barang-barang impor yang sengaja dibeli atau dibawa dari Eropa.

Di istana yang masih berdiri kokoh dan megah itu, pengunjung masih bisa menyaksikan jejak kemegahan kejayaan Islam di Tanah Melayu. Berbagai benda yang digunakan oleh raja dan penghuni istana, mulai dari gelas, piring, lemari, kursi raja, dan meriam, alat pemutar pringan hitam atau gramofon pun masih ada.

Kerajaan Siak Sri indrapura disebut juga dengan nama Istana Aseeraiyah Hasyimiah dibangun pada 1889 oleh Sultan Siak XI yang bergelar Assyaidin Syarif Hasyim Abdul Jalili Syafiudin Syah.

Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan Melayu Islam yang semula bernama Kerajaan Buantan yang terletak di tepi Sungai Jantan (Siak) didirikan pada 1725 oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah dari Kerajaan Pagaruyung.

Kesultanan Siak sempat menjadi kerajaan bahari yang menguasai pesisir timur Sumatra dan semenanjung Malaya dan mengendalikan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah proklamasi kemerdekaan Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Pemerintah Republik Indonesia.

Kini Istana Siak menjadi museum dan menjadi salah satu objek wisata favorit. Istana ini terletak di Kabupaten Siak, dan bisa ditempuh sekitar 3 jam perjalanan darat dari Pekanbaru yang merupakan Ibu Kota Provinsi Riau.

Menurut Muhammad Medi, salah satu pemandu yang bertugas di Istana Siak, kunjungan wisatawan saat akhir pekan sekitar 300 orang--400 orang. Namun, saat libur panjangan jumlah kunjungannya bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat.

“Pengunjung tidak hanya dari Riau, ada juga dari Jambi, Sumatra Barat, Aceh, Medan dan Palembang. Kami juga sering kedatangan wisatawan dari luar Sumatra dan wisatawan asing yang mempunyai minat khusus terhadap wisata budaya dan sejarah,” ujarnya.

Menurut Medi, koleksi yang ada sekarang sebenarnya tinggal seperempat dari benda-benda yang ada pada saat kerajaan resmi bergabung dengan Republik Indonesia pada 1945. Sebagian koleksi dicuri, hilang atau rusak. Beberapa benda dibuatkan replikanya.

Benda Impor

Meskipun demikian, koleksi benda di Istana Siak tetap patut di acungi jempol. Beberapa Sultan Siak pada masa kejayaannya menjalin hubungan baik dengan raja-raja di Eropa, termasuk Ratu Wihelmina dari Kerajaan Belanda yang menjajah Indonesia saat itu. “Jika Sultan ke Eropa, pulangnya selalu membawa oleh-oleh,” jelasnya.

Alhasil, selain benda pusaka lokal, di Istana Siak juga bisa ditemui benda-benda impor yang sudah sangat langka. Salah satunya alat pemutar piringan hitam atau gramofon lengkap dengan koleksi kasetnya.

Sultan Siak Sultan Siak XI pada 1896 juga berhasil membawa kotak musik raksasa bernama Komet dari Jerman sewaktu melawat ke Eropa. Kotak musik itu berukuran 3 meter dan lebar 1 meter. Pada bagian pemutar ditutup dengan pintu kaca berukir klasik bertuliskan Komet Goldenberg & Zeitlin.

Kotak musik ini berisi musik-musik instrumental klasik abad ke VIII karya komponis terkenal, seperti Bethoveen, Mozart, dan Strauss. Menurut cerita yang berkembang, Komet hanya ada dua di dunia, yakni di Istana Siak dan di Jerman. Konon, Komet yang ada di Jerman sudah tidak dapat digunakan lagi.

Koleksi piringan baja berisi aransemen musik klasik tersimpan di laci bawah dan terawat dengan baik. Kotak musik ini menyimpan 17 keping piringan baja.
Koleksi lainnya yang menarik dalah perlengkapan makan yang terbuat dari kristal, meja pertemuan, serta cermin putri.

Istana Siak yang khas dengan dinding bercat kuning gading terdiri dari dua lantai. Bagian luar menggunakan batu bata sedangkan bagian dalam terbuat dari kayu.

Di sisi kiri dan kanan depan istana berdiri enam buah pilar, dua buah masing-masing terdapat patung seekor Burung Garuda yang mengembangkan sayapnya dan dihiasi mahkota, bertengger di puncak pilar, sedangkan pada pilar lainnya terdapat patung garuda tanpa mahkota.

Pintu dan jendela berbentuk kubah dengan hiasan mozaik. Bangunan terdiri dari dua lantai, lantai dasar terdapat lima ruangan utama yang berfungsi untuk menerima tamu dan ruang sidang.

Adapun, pada lantai atas terdapat empat ruangan berbentuk kamar berfungsi untuk istirahat sultan dan tamu, serta dua buah ruangan berbentuk aula.

Kedua lantai dihubungkan dengan dua buah anak tangga berbentuk spiral, di sebelah kanan istana untuk naik dan di sebelah kiri untuk turun.

Selain bangunan istana, terdapat pula bangunan Istana Peraduan yang berfungsi sebagi tempat tinggal sultan beserta keluarganya. Saat ini bangunan itu dipergunakan sebagai Kantor Pusat Yayasan Amanat Sultan Syarif Qasim.

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (27/3/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro