Bisnis.com, JAKARTA—Jakarta dan kota penyangganya perlu mengantisipasi kehadiran kamar hotel baru mencapai 10.290 kamar sepanjang tahun ini agar tingkat okupansi tetap dapat dipertahankan.
Director of Strategic Advisory Coldwell Banker Commercial Indonesia Tommy H. Bastamy mengatakan selain Jakarta dan penyangganya yakni Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek), pasokan hotel baru di kota-kota Indonesia tidak mengalami perubahan pada kuartal pertama tahun ini.
Total pasokan kuartal I-2016 tumbuh 2% menjadi 114.341 kamar dari sebelumnya 112.069 kamar di akhir tahun lalu. Pertumbuhan terbesar terjadi di Bodebek, mencapai 25% dan terutama dari hotel bintang 4.
Pertumbuhan di Jakarta dan Bodebek masih akan berlanjut sepanjang tahun ini hingga menembus tambahan pasokan baru sebanyak 10.290 kamar.
Penambahan pasokan ini tidak diimbangi permintaan pada kuartal pertama tahun ini, yang justru turun 3,8% dibandingkan kuartal sebelumnya. Tommy menilai hal tersebut wajar menimbang sumber utama permintaan hotel yakni dari aktivitas meeting, incentive, convention & exhibition (MICE) belum banyak dilaksanakan di kuartal pertama.
Alhasil, okupansi dan harga sewa turut tertekan. Tarif kamar hotel seluruh kota rata-rata turun 1,3%. Meski begitu, Tommy memperkirakan bisnis hotel masih akan cukup bergairah tahun ini.
“Tarif kamar diperkirakan akan terus mengalami kenaikan pada triwulan-triwulan selanjutnya sejalan dengan akan mulai dilaksanakannya aktivitas MICE sejak bulan April,” katanya seperti dikutip dari riset Coldwell Banker Commercial, Selasa (24/5/2016).
Head of Research and Advisory PT Cushman & Wakefield Indonesia Arief Raharjo mengatakan, walaupun Jakarta tetap menjadi destinasi utama bisnis di Indonesia dengan jumlah kedatangan penumpang sebanyak 27 juta orang melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta di tahun 2015, tingkat hunian hotel tetap rendah akibat tingginya pasokan baru.
Dirinya pun sepakat, dengan kondisi ekonomi saat ini yang masih tertekan, permintaan akan kamar hotel diperkirakan masih akan tumbuh positif, lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Akan tetapi, dengan pertumbuhan permintaan yang tidak secepat pembangunan proyek hotel, tingkat hunian hotel bintang 3, 4 dan 5 diperkirakan tetap akan turun. Untuk Jakarta, tahun ini diperkirakan akan ada 4.945 unit pasokan kamar baru.
Hingga akhir 2015, okupansi hotel bintang 3, 4 dan 5 turun masing-masing menjadi 57,4%, 61,0% dan 55,7%. Dirinya memproyeksikan penurunan akan berlanjut masing-masing menjadi 56,6%, 57,1% dan 55,3% di akhir tahun 2016.
“Harga kamar diperkirakan akan terus naik untuk mengatisipasi kenaikan biaya operasi hotel di 2016,” katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, saat ini masalah utama industri hotel memang adalah kelebihan suplai. Untuk itu, PHRI berupaya meningkatkan permintaan melalui berbagai kegiatan promosi destinasi wisata dan kerjasama dengan stakeholder terkait.
Hal ini dimaksudkan untuk memperluas pasar dari kalangan wisatawan demi mengurangi ketergantungan permintaan terhadap kegiatan MICE semata.
Dirinya masih yakin okupansi hotel seluruh Indonesia tahun ini bisa mencapai 60%--65%, meningkat dari rata-rata tahun lalu 55%--60%. Meski begitu, tingkat okupansi ini belum sebaik okupansi 2014 yang mencapai 65%--70%.
“Kita telah rekomendasikan kepada pemerintah pusat dan terutama pemerintah daerah untuk melibatkan PHRI dalam memberikan rekomendasi untuk pendirian hotel baru. Ini sangat penting. Usaha kita untuk menciptakan demand baru ini harus didukung dengan pengendalian supply,” katanya.