Bisnis.com, JAKARTA--Semua orang tentu ingin menjadi kaya. Namun, tidak semua orang tahu bagaimana caranya. Padahal, berbagai cara bisa ditempuh untuk menjadi kaya. Salah satunya adalah dengan berinvestasi. Lantas kapan waktu yang tepat untuk investasi?
Banyak orang menunggu punya uang untuk berinvestasi. Hal ini membuat seseorang selalu menunda-nunda investasi karena menunggu uang terkumpul. Menurut Teddy Oetomo, Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia, investasi sebenarnya bisa dilakukan kapanpun tanpa perlu menunggu uang terkumpul lebih banyak.
“Kita harus memutus lingkaran itu dan menganggap investasi sebagai bagian dari gaya hidup, seperti juga pengeluaran,” katanya.
Teddy menuturkan meskipun kita memiliki uang banyak, jika tidak dikelola dengan baik uang itu akan cepat menghilang. Cara mengelola dan menginvestasikan penghasilan yang ada sekarang justru akan menentukan masa depan. Memiliki tambahan uang lebih untuk berinvestasi tidak akan meningkatkan probabilitas kita dalam mengumpulkan kekayaan.
Menjadikan investasi sebagai gaya hidup adalah langkah yang tepat untuk menjadi kaya. Apa yang dimaksud dengan investasi sebagai gaya hidup? Teddy menjelaskan hal ini berarti mengalokasikan sebagian dari penghasilan untuk berinvestasi.
Dia mengajukan contoh sederhana. Ketika kita menjadikan berlari sebagai bagian dari gaya hidup, setiap pelari pasti mengetahui bahwa ada hari-hari di mana sepertinya ada hambatan untuk melakukan latihan 10 km. Namun, untuk kebanyakan orang yang telah menjadikan lari sebagai bagian dari gaya hidup mereka, ada waktu di mana kita harus disiplin dan melakukan latihan olahraga, bahkan pada hari-hari di mana kita tidak ingin melakukannya sama sekali.
Jika kita menjadikan investasi sebagai gaya hidup, kita akan menjadi lebih disiplin. Hal ini serupa dengan berwisata sebagai gaya hidup. Saat ingin berwisata, seseorang cenderung disiplin dan menunda pembelian barang tertentu agar dapat mengumpulkan uang yang cukup untuk membayar liburan.
Ketika kita menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup, kita akan terdorong untuk menghabiskan waktu untuk memeriksa, meriset dan mempelajari investasi dan produk-produk investasi. Hal ini adalah suatu upaya berkelanjutan bukan suatu hal yang sekali terjadi.
Dengan demikian, ketika kita menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup kita, kita juga akan menjadi disiplin untuk menempatkan bagian dari penghasilan kita untuk berinvestasi. Kita juga akan berupaya untuk mempelajari produk-produk investasi dan harapan-harapan yang dapat terjadi. Hal ini harus menjadi bagian dari gaya hidup kita dan kita akan menikmati proses untuk melakukannya karena kita sedang mencoba mengembangkan kekayaan kita untuk masa depan. Bagaimanapun juga, berinvestasi tidak memerlukan modal awal yang sangat besar. Di Indonesia, persyaratan minimal untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen keuangan tertentu seperti misalnya reksadana, hanya Rp100.000.
Teddy memberikan contoh kisah hidup Ronald Read. Ronald adalah seorang penjaga pompa bensin dan petugas kebersihan yang mengumpulkan kekayaan US$8 juta selama masa hidupnya. Ini didapatkan dari manfaat bunga berbunga atas kepemilikannya di pasar ekuitas. “US$8 juta bukanjumlah yang luar biasa. Namun, mengingat bahwa Ronald hanya mendapatkan penghasilan yang tidak besar, kita menjadi bertanya-tanya bagaimana caranya mengumpulkan kekayaan tersebut,” tambahnya.
Jadi, siapkah menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup?