Logo Badan Ekonomi Kreatif. / Bisnis
Fashion

Bekraf Targetkan Indonesia Jadi Mode Hijab Dunia Pada 2019

Heri Faisal
Kamis, 8 September 2016 - 12:36
Bagikan

Bisnis.com, PADANG—Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menargetkan Indonesia menjadi acuan mode hijab atau busana muslim dunia pada 2019 dengan semakin berkembangnya sektor usaha kreatif di Tanah Air.

Restog K Kusuma, Direktur Akses Perbankan Bekraf mengatakan dari 16 subsektor usaha kreatif yang digarap Bekraf, industri fesyen merupakan yang paling siap dan ditargetkan menjadi rule mode dunia di akhir pemerintahan Jokowi – JK.

“Target kami 2019, fesyen hijab atau busana muslim kita menjadi mode dunia. Asing harus melihat Indonesia sebagai barometernya,” ujar Rastog di Padang, Rabu (7/9/2016).

Menurutnya, potensi pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) kreatif di Tanah Air sangat besar, dengan potensi melebihi 12 juta pelaku usaha.

Dia mengatakan untuk tahap awal, lembaganya memprioritaskan pengembangan tiga subsektor usaha kreatif yakni, fesyen, kuliner, dan craft atau kerajinan tangan. Selain itu juga tiga sektor pendukung yaitu musik, film, dan animasi.

Menurutnya, saat ini Bekraf bersama pemerintah daerah di sejumlah provinsi sudah menggelar pelatihan dan pembinaan kepada 1.300 pelaku usaha. Kegiatan itu akan dilakukan bergulir untuk mendorong perkembangan usaha kreatif dalam negeri.

Sementara di Sumatra Barat, pemda setempat memprioritaskan pengembangan 9 subsektor usaha kreatif guna meningkatkan pertumbuhan UKM kreatif di daerah itu.

Karnalis Kamaruddin, Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumbar menyebutkan 9 subsektor itu a.l fesyen, kuliner, kerajinan tangan, musik, seni pertunjukan, fotografi, desain, animasi, dan film, agar mendapatkan pengembangan lebih lanjut.

“Saat ini yang berkembang baru kuliner, fesyen, dan kerajinan tangan atau souvenir. Itu juga belum tergarap maksimal. Kami mau potensi ini dimaksimalkan berbarengan dengan pengembangan sektor pariwisata,” katanya.

Menurutnya, industri kreatif di daerah itu masih terkendala susahnya pemasaran, keterbatasan modal untuk berproduksi, serta pengelolaan dan menajemen keuangan yang tidak tertata dengan baik, sehingga tidak banyak usaha kreatif yang tumbuh.

Dia mengatakan pemda sudah melakukan pembinaan dan pelatihan berkelanjutan kepada pelaku usaha untuk menghasilkan produk berkualitas, manajemen, sekaligus membantu menjangkau akses pasar.

“Apalagi, sekarang prioritasnya pemerintah wisata halal. Industri kreatif juga perlu ambil bagian dengan memperkuat brand-nya yang mendukung wisata halal,” ujarnya.

Dia belum bisa memastikan berapa jumlah pelaku usaha kreatif di daerah itu. Namun, dengan banyaknya sentra industri kreatif seperti di Sawahlunto, Bukittinggi, dan Batusangkar, maka sektor tersebut potensial dikembangkan.

 

Penulis : Heri Faisal
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro