Salah satu karya perupa kondang Affandi/
Show

Maestro Perupa Indonesia & Lampung Berpadu di Spirit Khua Jukhai

M. Syahran W. Lubis
Jumat, 17 Maret 2017 - 20:09
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Lampung khususnya publik seni rupa bakal mendapat kejutan. Pasalnya, para apresian seni rupa akan disuguhi karya para maestro perupa Indonesia koleksi Galeri Nasional Indonesia (GNI) dan juga karya-karya perupa Lampung terpilih.

Pameran keliling koleksi GNI dan karya pilihan perupa Lampung ini akan ditaja di Gedung Olah Seni  (GOS) Taman Budaya Lampung di Bandar Lampung pada 22 - 29 Maret 2017.

Kepala Taman Budaya Lampung Suslina Sari berharap masyarakat Lampung bisa memanfaatkan momen penting dan jarang ini untuk meningkatkan apresiasinya.

“Ini kesempatan langka untuk mengenal karya lukis maestro Indonesia sekaligus juga karya para perupa Lampung terpilih,” ujar Suslina di Bandar Lampung sebagaimana siaran pers yang diterima Bisnis.com pada Jumat (17/3/2017).

Menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus Sukmana, pameran koleksi Galeri Nasional ini merupakan kegiatan berkala tahunan GNI dengan misi ingin mendekatkan secara langsung karya-karya otentik dari koleksi GNI pada apresian seni rupa di Lampung.

Pameran yang mengusung tajuk Spirit Khua Jukhai  ini  memamerkan 40 karya lukisan koleksi GNI juga karya rupa perupa Lampung terkini hasil seleksi dari undangan terbuka GNI.

Bakal ditampilkan dalam pameran akbar itu 15 karya koleksi dari GNI adalah karya AD Pirous, Affandi Edy Purwantoro, Helmi Azeharie, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Ida Hajar, I Nyoman Gunarsa, Anak Merah, Mochtar Apin, R. Basoeki Abdullah, Raden Saleh Syarif Bustaman, Subardjo, Trisno Sumarjo, dan Widayat.

Di samping itu juga akan ditaja 25 karya terpilih perupa Lampung yang lolos kurasi dari open call yaitu karya Ari Susiwa Manangisi, Ayu Sasmita, Bunga Ilalang, Christian Heru Cahyo Saputro, Damsi Tarmizi, Dika Ardes, Diki Andrianto, Djunaidi KA, Eko Martoyo, Eddy Purwantoro, Evit Wong Stiawan, Helmie Azehari, Ian Daniarso, Ibnu Setyo Budiyanto, Icon, Koliman, Nurbaito, Pulung Swandaru, Salvator Yen Joenaedhy, Sisna Ningsih, Subardjo, Sutanto, Suyitno, Toni, dan Yulius Benardi.

Tubagus Sukmana mengatakan untuk setiap penyelenggaranya pameran ini selalu disertai oleh karya-karya terpilih dari perupa setempat.

“Ini stimulan dan yang juga memiliki nilai penting bagi perkembangan seni rupa daerah tempat pameran keliling berlangsung,” ujar Andre, panggilan akrab Tubagus Sukmana.

Mudah-mudahan gelaran ini bisa menjadi pemantik perupa Lampung dengan  merespons tema Spirit Khua Jukhai dalam pameran bersama para perupa senior dan bersejarah Indonesia.

“Perupa Lampung  dalam pameran ini diharapkan bisa menghadirkan karya-karya visual terkini dan bisa mendorong perkembangan karya dan wacana seni rupa Lampung  pada peta seni rupa Indonesia,” lanjutnya.

Pameran di Lampung ini dikuratori kurator Galeri Nasional Sudjud Dartanto didampingi kurator setempat Joko Irianto dan David.

Menurut Sudjud, pameran ini berupaya untuk menggali kekhasaan idiomatik pada konteks lokal yang ada, dalam kaitan ini, untuk itu kurator menyodorkan tema Spirit Khua Jukhai.  “Sebuah tema dari konteks sejarah setempat yang memiliki makna lokal sekaligus universal,” ujar Sudjud.

Sementara David menambahkan dari elobarasi bersama, tema Spirit Khua Jukhai ini dapat dimaknai Khua Jukhai dalam bahasa Lampung adalah Khua artinya dua dan Jukhai adalah keturunan atau kelompok.

“Jadi “Spirit Khua Jukhai” adalah semangat pencampuran budaya dari masyarakat setempat dengan budaya dari masyarakat pendatang untuk membangun ruang geo-kultural Lampung baik secara sosial, budaya, politik, arsitektur, dan yang lainnya,” paparnya.

Kurator lainnya, Joko Irianta, membeberkan secara metaforis ruang geokutural ini adalah semacam Indonesia kecil yang mengindasikan bahwa masyarakat negara ini sesungguhnya terbentuk dari keberagaman budaya.

Jadi sebagai sebuah tema, Spirit Khua Jukhai kiranya dapat diartikan seluas-luasnya, terutama kaitannya dengan wacana identitas budaya dalam representasi dan praktik seni rupa.

“Identitas budaya sendiri bukanlah sebuah kondisi yang final, ia selalu kondisi menjadi (becoming). Seni di satu sisi mengonfirmasi pengalaman-pengalaman subjektivitas dalam proses dinamis formasi dan reformasi identitas budaya,” papar Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro