Gita Buana Murti/Istimewa
Fashion

Gita Buana Murti: Dunia Sulih Suara Bergantung Kejar Tayang

Wike Dita Herlinda
Minggu, 19 Maret 2017 - 19:02
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Maret adalah bulan istimewa bagi insan dan pecinta perfilman Indonesia. Sebab, pemerintah telah menetapkan bulan ketiga ini sebagai bulan film nasional. Tidak heran, setiap Maret banyak sekali acara-acara terkait perfilman dihelat di berbagai kota.

Namun, di balik perayaan itu, ada sebuah profesi di indstri perfilman nasional yang kerap dipandang sebelah mata. Profesi itu adalah penyulih suara alias dubber. Meskipun penampilan mereka tidak terlihat di layar, paradubber memiliki peran krusial di sebuah film.

Dalam industri perfilman Indonesia, dunia sulih suara baru populer pada dekade 1990-an, ketika banyak serial televisi asing menyerbu tayangan stasiun televisi lokal. Salah satu film yang menjadi tonggak dunia sulih suara di Indonesia adalah Escrava Issaura.

Telenovela asal Brasil itu pertama kali disulihsuaranya oleh beberapa warga Indonesia yang tinggal di Malaysia. Serial tersebut adalah tayangan sulih suara pertama yang disiarkan oleh TVRI.

Setelah itu, semakin banyak film layar lebar buatan Indonesia yang dialognya dilakukan melalui proses pengisian suara di studio. Bahkan, tidak sedikit dari aktor di sebuah film yang dialognya disuarakan oleh para dubberprofesional.

Menilik sejarahnya, pada 30 April 1996, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro menggunakan penyebutan ‘alih suara’ untuk menjelaskan proses pengalihan suara bahasa dalam film asing menjadi berbahasa Indonesia.

Namun, pada 24 Juni tahun yang sama, dalam acara Seminar Sehari Meningkatkan Mutu Sulih Suara di Gedung Pusat Bahasa Jakarta, mulai disepakatilah penggunaan terminologi ‘sulih suara’ untuk menjelaskan proses pengalihan suara bahasa asing ke bahasa Indonesia.

Sayangnya, meskipun sudah lama populer digunakan dalam industri perfilman, profesi penyulih suara tidak banyak mendapat sorotan. Pekerjaan itu masih dipandang kurang prestisius. Banyak juga yang beranggapan menjadi penyulih suara tidaklah prospektif.

Padahal, tanpa profesi dubber, sebuah film (khususnya animasi atau film terjemahan) akan terasa hampa, tidak menarik, dan sulit dipahami. Sebab, tugas penyulih suara memberikan roh dan emosi ke dalam alur cerita film.

Di Indonesia, komunitas sulih suara juga tidak banyak berkembang. Hanya ada beberapa yang berdiri di kota-kota besar. Salah satu yang paling terkenal di Tanah Air adalah komunitas Dubbing and Friends (D&F) yang berbasis di Jakarta.

Sayangnya, beberapa waktu terakhir, komunitas ini pun sudah mulai jarang menggelar kegiatan. Berbagai alasan dan kendala menjadi pemicunya, salah satunya adalah masalah regenerasi di kalangan penyulih suara. Berikut penuturan Sekjen D&F, Gita Buana Murti:

Sejak kapan berdiri? Apa latar belakangnya?

Kami berdiri pada 2011. Dulu nama komunitas kami adalah Dubber and Friends. Pada awalnya, tujuan kami adalah untuk menjembatani paradubber profesional dan penggemar-penggemarnya.

Namun, pada 2013 kami berganti nama menjadi Dubbing and Friends supaya tidak ada gap antara para dubberprofesional dan penggemarnya. Juga agar kami bisa membuka kesempatan bagi penggemar dunia sulih suara yang ingin menjadi dubber profesional.

Akhirnya, kami juga mengadakan pelatihan-pelatihan singkat bagi orang-orang yang ingin belajar sulih suara.

Berapa anggotanya saat ini?

Basis kegiatan kami hanya di Jakarta saja, tapi keanggotannya berasal dari seluruh Indonesia. Kami memiliki grup yang anggotanya mencapai lebih dari 5.000 orang. Namun, yang aktif sebagai pengurus atau pengelola hanya beberapa orang saja.

Apa saja kegiatannya?

Di D&F, kami punya dua jenis agenda;online dan offline. Untuk agenda offlinebiasanya kami mengadakan kegiatanMari Mendongeng. Kami mengumpulkan anak-anak dan menggelar lomba dongeng dengan cara memainkan karakter melalui sulih suara.

Kami juga mengadakan kunjungan ke panti-panti jompo untuk mendongeng dan mengajak para manula untuk bernostalgia. Biasanya setiap ada kegiatan offline, jumlah anggota yang berpartisipasi antara 20-30 orang.

Untuk agenda online, jumlah pesertanya jauh lebih banyak karena tidak terbatas hanya dari Jakarta dan sekitarnya saja. Kami sering mengadakan kegiatan online saat hari besar nasional, seperti saat 17 Agustusan, Kartinian, Imlek, Ramadan, dan sebagainya.

Saat Agustusan, misalnya, kami mengunggah profil-profil pejuang kemerdekaan dalam bentuk audio. Kami membuka kesempatan bagi siapa saja yang mau latihan membaca teks-teks profil tersebut untuk dipajang difanpage kami di Soundcloud dan YouTube.

Apa manfaat mengikuti komunitas ini?

Kami memberikan kesempatan bagi siapa saja yang tertarik menjadi penyulih suara. Seringkali kami mengadakan workshop sulih suara dan menghadirkan tokoh-tokoh penyulih suara terkenal seperti Denis Setiano atau Agus Nurhasan.

Terkadang, kami juga mengadakangathering dengan mengundang para penyulih suara kawakan. Sehingga, di sana mereka bisa berbagi ilmu dan memberi manfaat bagi para peserta.

Seperti apa kontribusi komunitas ini terhadap dunia sulih suara di Indonesia?

Selain menjembatani antara penggemar dubbing dengan paradubber, kami juga membantu proses regenerasi. Sebab, di dunia sulih suara, regenerasi adalah sebuah permasalahan yang sangat sulit. Nah, kami ingin menghadirkan solusi untuk menjembatani masalah itu.

Selain itu, kami membuka keanggotaan tidak terbatas pada dubber dan para penggemarnya saja. Namun, ada juga anggota kami yang berasal dari pelaku industri animasi, film, games, dan sebagainya.

Dari situ, kami sering menjadi penghubung untuk pihak-pihak yang sedang membutuhkan penerjemah atau pengisi suara. Sehingga, kami membuka peluang pekerjaan agar lebih banyak lagi orang yang tertarik menjadi penyulih suara profesional.

Lalu, kenapa sekarang vakum?

Sebagaimana saya kemukakan, masalah tersulit dari dunia sulih suara Indonesia adalah regenerasi. Termasuk dari para pengurus komunitasnya. Banyak yang akhirnya sibuk dengan pekerjaan utama masing-masing atau proyek lain.

Namun, meskipun saat ini sedang vakum, banyak pengurus D&F yang akhirnya mendirikan komunitasdubbing-nya sendiri.

Sebab, dalam kepengurusan kami, kami juga mengadakan pelatihan internal untuk mengampu komunitas. Termasuk bagaimana hubungan kemasyarakatannya, public speaking-nya, dan sebagainya.

Sehingga, pada saat terjadi vakum seperti saat ini, geliat kegiatan komunitas dubbing tidak berhenti begitu saja. Banyak anggota yang akhirnya mendirikan komunitas baru dengan panji berbeda, tetapi kegiatannya tetap berbasis sulih suara.

Selain regenerasi, apa tantangan dunia sulih suara dan profesi penyulih suara di Indonesia saat ini?

Bagi para dubber, posisi kami ini semacam ‘belum diakui sebagai profesi’ di Indonesia. Pekerjaan ini belum terlalu mendapatkan apresiasi dari dunia luar. Apalagi, posisi dubberdi Indonesia kebanyakan adalah tenaga kerja lepas [freelance].

Karena freelance itulah, risiko pekerjaan kami sangat besar. Penghasilan sangat tergantung dariorder, jam kerja sangat tidak pasti, dan tunjangan tidak diproteksi. Dalam sehari, seorang dubber bisa bekerja dan berpindah-pindah ke 2 hingga 5 studio berturut-turut.

Bagaimana jika dibandingkan dengan indutsri sulih suara di luar negeri?

Terus terang sangat jauh tertinggal. Selain masalah kompensasi yang tidak diatur, juga masalah sistem. Dunia sulih suara di Indonesia masih sangat bergantung pada deadline alias kejar tayang.

Jadi, dalam sehari di satu studio, seorang dubber bisa menyelesaikan [proses pengisian suara untuk] beberapa episode sekaligus. Pekerjaaan seorang dubber sangat sekadar dituntut kecepatan. Sehingga, kualitasnya tidak bisa dipastikan selalu baik.

Bagaimana menghitung kompensasinya?

Kompensasi biasanya dihitung per episode, dan tergantung dari tokoh yang diperankan; apakah utama atau sampingan. Kisaran tarif per studio berbeda-beda. Ada yang satu episode berdurasi setengah jam dibanderol Rp100.000, ada yang Rp70.000, ada yang Rp150.000.

Jelaskan, bagaimana proses sulih suara berlangsung?

Katakanlah ada sebuah serial animasi yang hendak disulih suara. Pada awalnya studio akan melakukancasting terhadap beberapa dubber. Lalu, jika terpilih, mereka akan dihubungi lagi untuk mengetahui siapa tokoh yang bakal diperankan.

Jika sudah deal, para dubber akan ke studio untuk melakukan take suara. Seringkali, sebelumnya mereka belum pernah melihat tayangannya sebelumnya. Mereka akan langsung diberi naskah, masuk ke studio, dan langsung isi suara.

Apa saja yang harus diperhatikan dalam proses sulih suara?

Seperti yang saya bilang, sebelumnyadubber tidak tahu seperti apa tayangan yang akan disulih suara. Itulah tingkat kesulitannya. Oleh karena itu, dubberharus selalu siap untuk mengejar lip sync agar selaras. Dubber harus bisa memprediksi emosi dari karakter yang diperankannya dalam hitungan sepersekian detik.

Selain itu, selalu jaga kondisi suara.

Apa tip dan trik bagi yang ingin mencoba sulih suara?

Rajin-rajinlah latihan dengan menonton film asing yang ada subtitlebahasa Indonesia-nya. Dari situ kita bisa melakukan simulasi mengisi suara, belajar cara ngomong, dan belajar memahami emosi.

Selain itu, banyak-banyaklah membaca cepat untuk menghindari lidah ‘terpeleset’ saat membaca naskah. Latihan bisa dilakukan, misalnya dengan cara membaca koran dengan cepat.

Perlu diperhatikan, sulih suara cenderung lebih sulit jika dilakukan untuk film live action ketimbang animasi. Sebab, pada film live action, penyulih suara harus bisa menghidupkan emosi tokoh seperti layaknya aktor dalam film tersebut.

Sebaliknya, kalau sulih suara untuk film animasi, kami masih bisa melakukan dramatisasi; bagaimana ceria, bagaimana marah, bagaimana menangis, dan sebagainya. Kalau filmlive action, harus diperankan seralistis mungkin.

Apa yang diharapkan atau harus dibenahi untuk memajukan profesi sulih suara di Indonesia?

Kami mengharapkan pemerintah membuat kebijakan-kebijakan untuk lebih memperhatikan dan menjamin profesi penyulih suara. Tidak hanya penyulih suara saja sih, tetapi para pelaku industri ekonomi kreatif secara umum.

Kami ingin lebih diapresiasi dengan cara diberi kepastian hukum dan dilindungi melalui pengakuan penyulih suara sebagai sebuah profesi. Misalnya saja, dibuat peraturan khusus bagaimana sistem kesepakatan antara klien yang membutuhkan dengan paradubber.

Bisa disebutkan tokoh terkenal apa yang pernah Anda sulih suaranya?

Terakhir saya mengisi suara Chelsea di film Barbie: Dreamtopia [2016]. Saya juga mengisi komentar di tayangan TV Champion [acara perlombaan dari Jepang] untuk Indonesia.

Bagaimana demand terhadap profesi penyulih suara di Indonesia?

Demand ada siklusnya. Kalau sekarang sedang tinggi-tingginya, karena sedang musim ‘impor’ serial dari luar negeri, khususnya India dan Turki, di televisi-televisi nasional. Para penyulih suara bisa maraton kerjanya kalau siklus permintaannya sedang ramai.

Nanti ada masanya ketika sinetron Indonesia kembali ramai dan satu per satu penonton mulai jenuh dengan serial impor. Namun, kalau sudah sepi seperti itu, biasanya para dubber lebih banyak menyulih suara untuk tayangan di TV kabel seperti Discovery Channel atau HBO.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro